Mohon tunggu...
Akbar Tribowo
Akbar Tribowo Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Industri Pariwisata

Seorang pencinta industri pariwisata yang sedang belajar menulis untuk mengisi waktu luang. Siap menerima kritik dan saran yang membangun.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Virus Corona! Adakah Solusinya? Pukulan Telak Industri Pariwisata, Tidak Ada Alasan untuk Jalan-Jalan

27 Maret 2020   23:48 Diperbarui: 30 Maret 2020   14:30 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari unsplash.com

Pandemi virus corona telah menyerang hampir ke seluruh dunia. Per tanggal 26 Maret 2020 telah ada total sebanyak 471.820 kasus. Kejadian ini hampir mematikan perekonomian dunia melalui masing-masing sektornya, tidak terkecuali dengan industri pariwisata yang tentunnya berdampak simetris terhadap industri pariwisata di Indonesia.

Sebelum virus corona menyebar, beberapa lembaga internasional memprediksi industri pariwisata akan mengalami peningkatan dari tahun ketahun. 

Bahkan Indonesia sangat percaya diri bahwa pariwisata dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Namun, semua itu berubah ketika mimpi buruk virus corona datang, semua potensi lenyap dan tidak teraih.

Kehadiran virus corona (COVID-19) saat ini membuat pariwisata Indonesia lesu. Dampak terbesar diakibatkan dari adanya pembatasan seluruh penerbangan dari dan ke luar negeri oleh pemerintah Indonesia. 

Melalui data kunjungan yang dilansir dari Kemenparekraf bahwa kunjungan wisman ke Indonesia melalui seluruh pintu masuk mengalami penurunan sebanyak 7,62% untuk periode Januari 2020 (1.272.083 kunjungan wisman) dibanding Desember 2019 (1.377.067 kunjungan wisman). 

Lalu berdasarkan kebangsaan, Singapore menjadi negara yang memberikan penurunan kunjungan terbesar yaitu menurun 33,12% untuk periode Januari 2020 (138.625) dibanding Desember 2019 (207.263).

Penurunan jumlah kunjungan wisatawan tentunya berpengaruh terhadap tingkat penghunian kamar hotel bintang di Indonesia. 

Dalam laporan PHRI terkait perkembangan industri hotel dan restoran dampak dari pandemic Covid-19 mencatat bahwa occupancy rate hotel di Indonesia dalam rentang waktu 1-14 Maret 2020 telah dibawah 50%, hal ini menunjukkan sektor hotel mengalami kesulitan cash flow dan kerugian. 

Lalu untuk sektor restoran pada bulan Maret 2020 terjadi penurunan omset penjualan sebesar 25-50% dari kondisi penjualan saat normal.  

Penurunan yang tajam ini terjadi sejak dikeluarkannya Nota Dinas dari beberapa Kementrian dan Lembaga yang memberikan instruksi untuk tidak mengadakan rapat atau acara yang mengumpulkan orang banyak, karena dapat diketahui bahwa segmen pasar pemerintah bagi sektor hotel sangat dominan diseluruh wilayah Indonesia dibanding segmen pasar wisatawan.

Belum lagi industri tour and travel yang juga ikut menjerit, hilangnya beberapa permintaan perjalanan ditambah beberapa perusahaan asuransi menolak adanya nasabah baru untuk asuransi perjalanan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun