Mohon tunggu...
Akbar Surya
Akbar Surya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hobi saya tidur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Macam-Macam Santri di Nusantara

14 Oktober 2022   07:55 Diperbarui: 14 Oktober 2022   08:04 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebutan santri adalah peserta didik yang sekolah agama di pondok pesantren. Mencari ilmu dari sang kyai dan berlomba mendapat barokah dan ridho dari kyai. Dididik dan di gembeng untuk menumbuhkan sikap tasamuh, tawazun, ta'adul dan tawashut (moderat) harus dijadikan dorongan dalam bersikap yang sesungguhnya.

Santri melaksanakan ajaran islam dengan penuh spirit agar melahirkan keistiqamahan, kesalihan, keihklasan, kepedulian, kepekaan dan tanpa ada keterpaksaan adalah bela islam yang sesungguhnya. Santri mempunyai rasa nasionalis yang sangat tinggi. Perlu ditanamkan juga bahwa Islam agama rahmatan lil 'alamin yang menghargai perbedaan tetapi membenci penindasan. Namun ternyata berdasarkan domisilinya, ada beberapa jenis santri di Nusantara, berikut jenis-jenis santri yang ada di pesantren:

1. Santri Mukim

Santri mukim ini paling umum ditemui di setiap pondok pesantren. Mereka adalah santri yang tinggal dan menetap di lingkungan pesantren. Mereka bermukim di pondok, ikut kurikulum belajar pondok, dan mengaji di pondok. Santri jenis ini kebanyakan berasal dari luar kota hingga luar pulau.

Dari aspek sejarah, santri mukim merupakan cikal bakal pendirian suatu pesantren. Sebelum ada bangunan pondok, para ulama terdahulu mengajar pengajian di masjid, mushalla, atau rumah. Lalu datang santri dari luar kota untuk belajar.

Mereka tidak bisa bolak-balik. Sehingga mereka membangun sebuah pondokan atau kamar berwujud gubuk di dekat rumah kiai. Sejak saat itu ia pun resmi menjadi santri mukim. Semakin banyak santri, kian banyak pula pondok-pondok kecil yang dibangun untuk bernaung. Lambat laun, bangunan-bangunan itu berkembang menjadi banguanan pesantren.

Santri mukim mengikuti jenjang, program, jadwal, dan struktur belajar di dalam pondok. Mulai dari belajar baca kitab, menghafal kitab-kitab matan, serta mengupas kitab-kitab dasar seperti kitab Ta'lim Muta'alim dan kitab Fathul Qorib 

2. Santri Kalong

Santri kalong kebalikan dari santri mukim. Mereka bolak-balik dari rumah ke pesantren untuk ikut pengajian rutin. Jenis santri ini ada yang mengaji kitab intensif selayaknya santri mukim. Ada pula sekadar ikut pengajian seminggu sekali atau sebulan sekali, saat pondok mengadakan menggelar pengajian rutinan. Santri kalong menjadi opsi bagi mereka yang ingin belajar agama, tapi memiliki kesibukan lain.

Santri kalong ini menjadi bukti, pesantren membuka diri sebagai ruang belajar bagi masyarakat umum. terkhusus pada momen kajian umum. Masyarakat sekitar bebas keluar masuk untuk ikut mengaji tanpa formalitas dan administrasi.


3. Santri Kilatan

Pernah ikut pesantren kilat? Nah, ada juga yang disebut santri kilatan. Mereka adalah santri yang hanya beberapa waktu tinggal di pesantren, misalnya satu pekan atau sebulan. Biasanya mereka tinggal di pondok pesantren untuk mengaji kitab khusus.

Santri kilat ini marak pada bulan ramadhan. Kadang pula seminar ilmiah atau pemberian ijazah tertentu. Ada pula yang hanya mengejar barokah di pesantren dengan sowan, ziarah, dan tirakatan.

Santri-santri kilat ini banyak ditemui di pesantren salaf. Bahkan, tak jarang ditemui pesantren membuat program pesantren kilat untuk anak-anak yang ingin merasakan kehidupan pesantren, namun memiliki aktivitas belajar di lembaga pendidikan lain.

4. Mahasantri

Mahasiswa adalah gelar elite yang ada dalam sosio-kultural yang ada di masyarakat. Dengan kata 'Maha' sesungguhnya dia telah 'meminjam' sebagian nama Tuhan. Dan "Santri" sendiri memliki arti yakni orang yang sedang mendalami ilmu agama islam di pesantren

Jadi Mahasantri ialah seorang mahasiswa yang mengikuti kuliah seperti biasanya namun dia juga tinggal di satu asrama atau pesantren dengan peraturan yang ada dan berdasarkan atas agama islam yang kuat.

 Kini saya akan membahas tentang kehidupan seorang santri. Karena saya seorang santri saya memiliki banyak berbagai pengalaman baik yang menyenangkan dan tidak menyenangkan pada saat belajar ilmu agama di sebuah pondok pesantren. Saya masuk kedalam dunia pesantren pada saat saya umur 16 tahun pada saat masuk SMA (Sekolah Menengah Atas).

Pada saat pertama-pertama memasuki kawasan pondok pesantren saya dikagetkan dengan adab santri terhadap seorang kyai, waktu itu saya sedang berada pada perjalanan menuju kantor pusat untuk mendaftarkan diri di sebuah pondok pesantren besar di kota Jombang.

Waktu itu saya terheran-heran pada saat saya dijalan melihat banyaknya santri yang diam dan menunduk pada saat ada Kyai nya lewat, tetapi pada saat sudah memasuki area pondok pesantren hal tersebut sudah biasa, karena itu adalah salah satu adab santri kepada seorang Kyai atau guru. Dengan tujuan agar dapat mendapat barokah dari kyai tersebut.

Nah pada saat ini saya sedang menjadi seorang mahasantri di kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Di kampus ini merupakan satu-satunya kampus yang mewajibkan mahasiswa barunya untuk tinggal di mabna yang telah disediakan oleh pihak kampus.

Kami para mahasantri di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang diwajibkan untuk mengikuti semua kegiatan yang ada di ma'had dari pagi hingga malam. Kegiatan-kegiatannya tidak jauh berbeda pada saat saya menjadi santri pada waktu sekolah menengah atas, seperti wajib mengikuti jamaah sholat, mengaji taklim, dan mengikuti kelas tambahan Bahasa arab

Tetapi dengan berbagai kegiatan di ma'had tersebut kita para mahasantri dapat berbagai pengalaman dan beberapa pelajaran yang dapat kita ambil. Harapannya kami dapat memberi tauladan untuk masyarakat sekitar. Mengingat kita berada pada era modernisasi dapat menyalurkan apa yang telah kita lakukan pada saat aktif dalam menjadi santri lewat media elektronik.

Disambung dengan perbaikan akhlak yang sekarang ini kian menurun yang ada dikalangan pelajar muda yang seharusnya menjadi penerus bangsa, seorang santri harus jadi penengah yang mengajak ke arah kebaikan, bukan ikut terlibat di dalamnya. Menjadi penggerak dan mengamalkan ilmu meskipun sedikit akan memberi pengaruh yang baik pula. Dan salah satu bentu baktinya santri pada negeri ini. Jika orang dibumi ini memiliki sikap yang baik, mudah-mudaan negra yang dibangun juga menjadi negara yang aman, sebagai perwujudan dalam Baldatun Thoyyibatun wa rabbun ghofur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun