Ketika Anda sadar jika Tuhan menciptakan Anda bukan untuk melakukan  pekerjaan ini dan memiliki "panggilan" untuk melakukan sesuatu yang  lain, maka waktunya mengikuti panggilan itu. Jangan membunuh suara hati  kecil Anda.
Posisi versus Kontribusi
Bagaimana jika tujuan pindah kerja untuk mencari penghidupan (gaji)  yang lebih baik? Tentu itu wajar dan manusiawi. Tapi anehnya, hampir  semua orang hebat (entrepreneur, direktur, pejabat publik) yang saya  temui dan baca biografinya tidak meletakkan bayaran sebagai motivasi  utama. Mengutip Kiyosaki:
 "Hanya kelas menengah yang bekerja demi gaji".
Oleh karena itulah, juga demi menghindari pajak, CEO perusahaan besar  seperti Steve Jobs (Apple), Sergey Brin (Google), atau Lee Iacocca  (Chrysler) hanya 'digaji' 1 dollar USD. (Tentu mereka mendapat benefit package lain senilai jutaan dollar yang dikenai pajak lebih kecil).
Â
Bagi orang-orang keren ini, bayaran tak perlu dipikirkan. Hal itu  pasti naik mengikuti pertumbuhan kualitas diri. Mereka tidak berkata :  "Apa yang saya dapatkan?", tapi justru malah bertanya: "Apa yang bisa  saya berikan?".
Â
Mereka tahu perbedaan antara posisi dan kontribusi. Posisi itu alat.  Kontribusi itu nilai. Orang kebanyakan lebih mementingkan posisi  daripada kontribusi. Sedangkan mereka tahu jika kontribusi lebih penting  daripada posisi. Kontribusi memberikan Anda posisi. Posisi mewajibkan  Anda untuk berkontribusi. Kita tak perlu menunggu memiliki posisi, untuk  menyumbangkan kontribusi.
Â
Direktur itu posisi. Mengusulkan solusi itu kontribusi.
Pejabat itu posisi. Melayani orang lain itu kontribusi.