Krisis ekonomi yang melanda tanah air pada 1998, menyebabkan rencana pengembangan energi terhenti.
Era Reformasi
Pada masa reformasi, perbincangan atau isu terkait perencanaan pengembangan energi nuklir cenderung senyap. Selama kurang lebih satu dekade pasca pengunduran diri Presiden Soeharto, tak ada upaya pemerintah untuk mengembangkan energi nuklir.
Pada rentang 2011-2013, muncul kembali Upaya untuk mengembangkan energi nuklir, yaitu dengan melakukan studi kelayakan di Bangka Belitung. Namun, semangat pengembangan energi nuklir kembali melemah seiring dengan terjadi kecelakaan reaktor nuklir d Fukushima Jepang pada 2011.
Pada 2020-2022, dilakukan studi kelayakan kembali terkait pengembangan energi nuklir di Kalimantan Barat karena wilayah ini minim terjadi bencana alam, seperti gempa bumi, sehingga cocok untuk dijadikan lokasi pembangunan PLTN.
Hingga pada 2023, niat untuk membangun dan mengembangkan energi nuklir kembali muncul dan semakin kuat. Niat tersebut semakin kuat dengan dibentuknya NEPIO pada awal 2024.
Mengutip dari Antara (13/10/2023), menurut Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir BRIN Rohadi Awaludin, tahap awal pembangunan PLTN di Indonesia direncanakan mulai pada 2030-an.
"Ini masih dalam pembicaraan oleh berbagai pihak yakni Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Datanya saat ini sudah mengerucut ke tahun 2030-an, hanya saja tidak tau 2030 awal atau akhir, karena belum final," ujar Rohadi.
Saat ini, belum ada kepastian mengenai lokasi pembangunan PLTN pertama di tanah air. Namun, pemerintah menyatakan bahwa terdapat tiga tempat yang memiliki potensi sebagai lokasi PLTN, yakni Jepara, Kalimantan Barat, dan Bangka Belitung. Ketiga lokasi itu disebut aman untuk lokasi PLTN sebab minim bencana alam, seperti gempa bumi.
Referensi:
BRIN: PLTN Direncanakan Dibangun pada Tahun 2030-an. (2023). Diakses dari Antara: https://www.antaranews.com/berita/3772551/brin-pltn-direncanakan-dibangun-pada-tahun-2030-an