Mohon tunggu...
Akbar Marzuki Tahya
Akbar Marzuki Tahya Mohon Tunggu... -

menjadi pembelajar dengan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peran Penting Organ Mandibular dalam Fisiologi Kepiting Bakau

1 Februari 2017   12:47 Diperbarui: 1 Februari 2017   13:04 738
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelangsungan hidup kepiting bakau setelah penyuntikan ekstrak Organ Mandibular

Hasil analis ragam terhadap data kelangsungan hidup kepiting bakau menunjukkan bahwa penyuntikan ekstrak OM memberi pengaruh berbeda (P<0.05) terhadap kelangsungan hidup hingga akhir pengamatan. Adapun rata-rata kelangsungan hidup kepiting bakau setelah penyuntikan ekstrak OM disajikan dalam Tabel 4. Berdasarkan hasil uji lanjut, menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari kepiting bakau dalam kelompok perlakuan kontrol memberikan respon berbeda dengan kelompok perlakuan lainnya. Kepiting bakau dalam kelompok perlakuan 1-O/3, 1-O/4, 1-O/6, 1-O/7, 1-O/8, 1-O/9, dan 1-O/11 menghasilkan respon kelangsungan hidup tertinggi, yakni 100%.

Sedangkan parameter kualitas air pada akhir tahun yang dikuatirkan berakibat buruk terhadap pemeliharaan kepiting bakau dapat ditepis dengan adanya data mortalitas rendah. Kepiting bakau yang telah disuntik ekstrak OM dan dipelihara dalam media pemeliharaan dalam kisaran salinitas 32±1.44 - 33±2.14 ppt mampu bertahan hidup dengan baik. Selain itu kisaran suhu air yang tinggi, yakni 30.5±1.35 – 34.1±1.54°C ikut mempertegas bahwa kondisi kepiting setelah penyuntikan relatif lebih prima, sehingga kelangsungan hidup menjadi lebih baik pada kondisi lingkungan tersebut.

Hasil pengamatan kelangsungan hidup kepiting bakau yang telah disuntik ekstrak OM memberikan gambaran kelangsungan hidup yang lebih baik dibandingkan kontrol. Ekstrak OM yang di dalamnya terkandung MF diduga berperan penting dalam meningkatkan kemampuan kepiting bakau untuk beradaptasi, akan tetapi belum secara pasti diketahui proses fisiologisnya. Hasil pengamatan pengaruh tekanan hyper-osmotic terhadap Libinia emarginatayang menemukan peningkatan sintesis MF (Ogan et al. 1997) mungkin dapat dijadikan indikator peranan MF dalam meningkatkan kelangsungan hidup.

Kualitas air utama dalam budidaya kepiting lunak yakni salinitas dan suhu selama pengamatan berada pada level yang tinggi, dibandingkan kebutuhan ideal kepiting bakau. Menurut Karim (2008) salinitas optimal untuk kebutuhan metabolisme yang baik bagi kepiting bakau jenis S. olivacea adalah 25 ppt. Pemeliharaan yang dilakukan Aslamyah dan Fujaya (2010) pada kisaran salinitas 36-50 ppt dan suhu 26-35°C mengakibatkan kepiting bakau mengalami stres, yang mengakibatkan induksi molting terganggu. Kondisi kualitas air yang kurang ideal selama pengamatan diduga berkontribusi terhadap mortalitas yang terjadi pada beberapa kepiting dan penghambatan molting pada perlakuan kontrol. Proses osmoregulasi berguna untuk mengendalikan volume cairan tubuh, sebagaimana tekanan osmotik dan komposisi ionik, sehingga peranannya sebagai fungsi adaptasi hewan (Nagaraju 2007).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun