[caption id="attachment_165995" align="alignright" width="300" caption="Rajungan (Portunus pelagicus). dok, amtahya"][/caption] Industri akuakultur saat ini seyogyanya lebih diorientasikan pada pengembangan komoditi melalui inovasi teknologi yang lebih ramah lingkungan, sehingga dapat menjadi solusi bagi peningkatan daya saing dan produksi komoditi perikanan yang berkelanjutan. Indonesia memiliki banyak komoditi perikanan yang belum tersentuh oleh teknologi akuakultur inovatif. Padahal hampir semua komoditi yang kita punya memiliki prospek pasar ekspor yang sangat menjanjikan. Hampir seluruh masyarakat pesisir di Indonesia memanfaatkan sumberdaya yang ada, akan tetapi kreatifitas dalam pemanfaatan masih sangat minim. Saat ini produk hasil perikanan masih banyak dihasilkan dari kegiatan penangkapan di alam.
Dengan melihat kapasitas alam yang terus mengalami penurunan, maka kegiatan penangkapan tidak boleh dijadikan tumpuan untuk memenuhi kebutuhan protein hewani dari laut. Produksi perikanan Indonesia harus tetap ditingkatkan dengan solusi cerdas dan bijaksana. Akuakultur menjadi solusi utama peningkatan produksi, dan menjaga stok alami dari kepunahan. Selain itu indikasi penangkapan berlebih (overfishing) semakin memperkuat alasan untuk segera melaksanakan kegiatan akuakultur dan membatasi penangkapan di alam.
Akan tetapi, kegiatan akuakultur tetap memiliki dua dimensi yang bisa memberi keuntungan, dan pada dimensi lainnya akan mengakibatkan kerusakan sangat parah. Kegiatan akuakultur ramah lingkungan akan meminimalkan buangan limbah hasil budidaya, tidak merusak tatanan alami dan menerapkan keramahan tehadap organisme kultivan. Berbeda halnya dengan akuakultur konvensional yang memaksakan produksi tanpa memperhatikan lingkungan sekitar, akan menimbulkan kerusakan yang berkepanjangan, dan tentunya akan berdampak pula pada penurunan produksi.
Sistem akuakultur dengan resirkulasi air tertutup merupakan salah satu konsep budidaya yang memanfaatkan lahan yang minim dengan produksi maksimal. Pada sistem ini pengelolaan air menjadi sangat penting karena menerapakan sistem daur ulang yang meminimalkan buangan limbah sehingga bernilai ramah lingkungan. Selain itu, sistem semacam ini akan memudahkan dalam kegiatan domestifikasi agar sesuai untuk kebutuhan hidup kultivan (organisme akuakultur).
Pada beberapa kasus budidaya rajungan (Portunus pelagicus) di tambak akan rentan terhadap perubahan lingkungan, apalagi jika terjadi secara tiba-tiba sehingga akan mempengaruhi respon rajungan. Selain itu, budidaya di tambak membutuhkan lahan yang cukup luas dan akan menyulitkan untuk pengontrolan. Budidaya rajungan di tambak tentunya akan menghasilkan buangan limbah yang akan berdampak toksik bagi rajungan itu sendiri, maupun lingkungan sekitar melalui buangan limbah budidaya saat penggantian air. Kegiatan pemberian pakan pada lahan tambak yang cukup luas akan mengakibatkan kesalahan perhitungan dan prediksi kebutuhan pakan per individu rajungan, yang berdampak pada berlebih atau berkurangnya pakan yang diberikan dan masing-masing memiliki konsekuensi yang sangat fatal bagi krustase sensitif ini.
Oleh karenanya teknologi akuakultur yang lebih baik sangat diharapkan guna menunjang kegiatan produksi perikanan Indonesia. Namun, yang penting untuk diperhatikan adalah teknologi akuakultur harus inovatif, ramah terhadap kultivan dan lingkungan. Ingin Makan Ikan, Budidayalah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H