Mohon tunggu...
Muhammad AkbarKhan
Muhammad AkbarKhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang yang sedang berkelana di jalan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Simalakama Media Sosial

28 Desember 2021   15:03 Diperbarui: 28 Desember 2021   15:25 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Media sosial saat ini sudah dikenal oleh segala kalangan. Mulai dari anak dibawah umur hingga orang yang sudah lanjut usia. Ini membuktikan bahwa media sosial sebagai salah satu contoh akibat dari pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Media sosial sendiri merupakan platform digital yang dapat menghubungkan pengguna satu dengan lainnya. Dengan adanya segala kemudahan ini, maka wajar saja jika media sosial digunakan seluruh kalangan salah satu contohnya adalah mahasiswa. Mahasiswa menggunakan media sosial dengan tujuan sebagai sarana komunikasi dan hiburan. Namun faktanya bahwa secara langsung maupun tidak langsung, media sosial mampu mempengaruhi penggunanya. Ini disebabkan karena prioritas developer masing-masing media sosial yang terus mengembangkan media sosial agar lebih nyaman digunakan. Tentu saja dengan adanya fasilitas ini, kita sebagai pengguna media sosial akan betah berama-lama menggunakan media sosial. Akibatnya kita akan terpenjara dalam ruang lingkup yang sama dan enggan menghabiskan waktu dalam ruang lingkup khalayak yang lebih luas di dunia nyata. Padahal kita sebagai mahasiswa dituntut melakukan kontak komunikasi secara luas agar sosial skill kita bertambah.

Hubungan antara media sosial dan penggunanya menurut Jogiyanto yaitu bahwa perilaku pengguna medsos adalah tindakan atau kegiatan nyata yang dilakukan individu karena adanya tujuan tertentu. Tujuan dan minat akan menentukan perilaku. Perilaku yang diinginkan adalah perilaku yang kejadiannya merupakan suatu hasil langsung dari usaha-usaha di bawah sadar yang dibuat oleh individu. Dalam konteks penggunaan teknologi informasi, perilaku adalah pengguna sesungguhnya dari teknologi.

Dalam ruang lingkup perguruan tinggi, penggunaan media sosial lebih meningkat fungsinya, media sosial yang awalnya sebagai sarana komunikasi sekarang diajdikan sebagai sarana pengumpulan tugas ke dosen. Tidak hanya itu, sebagian besar mahasiswa juga menggunakan media sosial sebagai tempat diskusi berbagai hal. Untuk tujuan ini sendiri, mereka seringkali meggunakan fasilitas grup yang ada di berbagai platform media sosial.

Dengan adanya opini dan pernyataan-pernyataan diatas. Kami sebagai penulis tentu saja ingin lebih tahu akan hal-hal tersebut. Maka kami memutuskan melakukan quotioner kepada beberapa mahasiswa dan hasilnya bahwa alasan mereka menggunakan media sosial yaitu sebagai kebutuhan pendidikan di kampus, sebagai sarana komunikasi baik antar mahasiswa ataupun lainnya, sebagai sarana mendapatkan informasi, dan mengikuti tren pergaulan.

Setelah kita memahami dan mengetahui perilaku penggunaan media sosial di kalangan mahasiswa. Lantas kita perlu melakukan sebuah filter terhadap pola watak dari media sosial yang berakibat negatif baik terhadap kita maupun terhadap lingkungan disekitar kita. Namun ancaman seperti apakah yang dikemudian hari mampu berdampak besar? Ancaman yang paling nyata yaitu perpecahan serta intoleransi. Selain itu ancaman yang akan muncul lainnya yaitu sikap individualisme dan hedonism. Jumlah ujaran kebencian yang meningkat drastis pada saat ini merupakan salah satu contoh akibat dari ancaman -- ancaman diatas. Banyak mahasiswa yang mengutarakan opininya di media sosial namun mereka bersikap intoleran dan menggunakan kata-kata kebencian dalam penyampainnya. Lalu persoalannya, ada pula ekspresi-ekspresi yang tidak dapat dikategorikan sebagai ujaran kebencian, namun mendorong adanya perpecahan yang bahkan lebih besar serta kompleks. Sangat disayangkan kenyataanya bahwa logika media sosial memang beroperasi dengan cara seperti itu. Namun demikian, menutup media sosial bukankah opsi yang tepat untuk menghadapi situasi seperti ini.

Kami mengambil konklusi bahwa apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi situasi seperti ini agar menjadi lebih baik. Pertama yaitu, kita sebagai mahasiswa dapat melakukan penyuluhan penggunaan media sosial secara sehat baik di media sosial maupun secara langsung. Penyebaran pengertian istilah hoaks dan bagaimana cara membedakannya terhadap segala kalangan dapat menyebabkan masing-masing individu jauh lebih awas dengan penyebaran hoaks yang tersebar di media sosial. Dengan adanya penanaman kesadaran ini, pengguna media sosial baik dikalangan mahasiswa maupun lainnya dapat menggunakan media sosial secara sehat.

Yang kedua yaitu mendorong adanya mekanisme penyaringan konten di media sosial. Konten yang menyebar di media sosial tidak hanya berasal dari media sosial itu sendiri. Namun banyak di antaranya merupakan kutipan dari media daring, dan tak sedikit diantaranya merupakan media daring yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Media daring pun secara sengaja menggunakan media sosial untuk memperbanyak traffic ke situsnya. Selain itu, hoax yang tersebar di media sosial juga bisa saja berasal dari luar media digital seperti berita yang tersebar lewat mulut ke mulut, dan sebagainya. Selanjutnya yaitu pengawasan terhadap ujaran kebencian. Pengawasan terhadap ujaran kebencian harus terus-menerus dilakukakan. Karena jika hal ini terus dibiarkan maka akan menyebabkannya semakin marak dilakoni di mana-mana. Hal ini fatal jika dibiarkan terus menerus. Banyak dampak besar yang akan ditimbulkan beberapa diantaranya yaitu perpecahan dan sebagainya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun