Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

MBG Tak Kunjung Datang, Gerakan Sarapan Bersama di Sekolah Ini Wajib Dicontoh

3 Februari 2025   11:31 Diperbarui: 3 Februari 2025   21:25 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerakan sarapan bersama yang dilakukan guru untuk menanamkan kebiasaan baik di sekolah. (Koleksi AKBAR PITOPANG)

Pagi hari di sekolah selalu penuh dengan energi baru. Siswa datang dengan semangat membawa harapan untuk belajar dan berinteraksi dengan teman-teman. Namun, ada satu kebiasaan yang sering luput dari perhatian yaitu sarapan. Banyak siswa yang datang ke sekolah tanpa mengisi perut mereka terlebih dahulu. Entah karena terburu-buru atau memang belum terbiasa. Padahal, sarapan adalah kunci utama agar tubuh dan pikiran tetap bertenaga sepanjang hari.

Sejak program Makan Bergizi Gratis (MBG) diluncurkan, banyak sekolah kini tengah menunggu distribusi makanan untuk para siswa. Namun, tidak semua sekolah langsung menerima program ini pada tahap awal. Beberapa termasuk sekolah kami masih berada dalam daftar tunggu. 

Meski demikian, keterlambatan ini tidak menyurutkan semangat kami untuk menanamkan kebiasaan baik dalam menjaga asupan gizi dan sumber energi anak didik.

Menyadari pentingnya sarapan maka para guru di sekolah berinisiatif mengadakan gerakan sarapan bersama setiap hari Sabtu. 

Ini bukan sekadar momen makan bersama tetapi juga sebuah langkah kecil yang membawa dampak besar bagi kebiasaan hidup sehat bagi para siswa. Dengan membawa bekal sendiri dari rumah mereka belajar bertanggung jawab terhadap kebutuhan energi tubuhnya sendiri.

Salah satu siswa di Kelas 4 awalnya tidak terlalu peduli dengan sarapan. Tapi ia sering mengeluh lemas dan mengantuk saat kegiatan belajar. Namun, sejak mengikuti gerakan sarapan bersama, ia mulai menyadari betapa pentingnya mengisi energi sebelum beraktivitas. 

Kini, ia selalu membawa bekalnya sendiri dan bahkan sering berbagi cerita  dengan teman-teman tentang pentingnya sarapan atau mengisi perut yang makanan yang dibawa.

Kebiasaan makan bersama ini bukan sekadar tentang mengisi perut tetapi juga tentang membangun kesadaran. Setiap siswa membawa makanan dari rumah mereka masing-masing. Ada yang membawa nasi goreng buatan ibu, roti isi, atau bahkan bekal sederhana lainnya. 

Baca juga: Isra Mi

Tak hanya siswa, guru pun turut serta. Guru tidak hanya mengawasi tetapi juga ikut menikmati sarapan bersama. Ini adalah bentuk nyata dari pendidikan karakter yang bisa diwujudkan melalui kebiasaan positif secara konsisten.

Gerakan ini juga menanamkan kesadaran tentang pentingnya gizi. Banyak siswa yang awalnya hanya membawa makanan instan atau camilan tinggi gula mulai mengganti bekal mereka dengan sesuatu yang lebih sehat. 

Para guru pun memberikan edukasi ringan tentang pentingnya makanan bernutrisi dan membantu siswa memahami bagaimana pola makan yang baik dapat meningkatkan konsentrasi dan stamina.

Seturut dengan itu, peran orangtua dalam keberhasilan gerakan ini sangatlah besar. Orangtua menjadi kunci utama dalam memastikan anak-anak membawa bekal yang sehat. 

Beberapa orangtua bahkan mulai lebih peduli dalam menyiapkan makanan yang seimbang bagi anak-anak mereka karena menyadari bahwa apa yang dimakan anak akan mempengaruhi performa anak di sekolah.

Pentingnya peran keluarga dalam kebiasaan makan anak tak bisa diabaikan. Ketika orangtua aktif mendukung gerakan ini jelas dampaknya semakin terasa. Anak-anak tidak hanya makan sehat di sekolah tetapi juga mulai membiasakan di rumah sebelum berangkat ke sekolah pada hari-hari lainnya.

Sarapan bukan hanya soal mengisi perut tetapi juga tentang memberikan energi yang cukup agar anak-anak dapat fokus dalam belajar. Banyak penelitian menunjukkan bahwa siswa yang rutin sarapan memiliki daya konsentrasi yang lebih baik, lebih aktif, dan lebih jarang mengalami gangguan kesehatan seperti sakit kepala atau mual.

Di tengah banyaknya tantangan dalam dunia pendidikan maupun dalam program MBG sendiri maka gerakan ini menjadi bukti bahwa perubahan bisa dimulai dari langkah kecil. 

Sambil menanti MBG, revolusi inisiatif sarapan bersama tetap masih dibutuhkan. (koleksi AKBAR PITOPANG)
Sambil menanti MBG, revolusi inisiatif sarapan bersama tetap masih dibutuhkan. (koleksi AKBAR PITOPANG)

Sambil menunggu program MBG dari pemerintah maka sekolah dan komunitas dapat berperan aktif dalam menciptakan kebiasaan baik secara konsisten.

Sarapan bersama juga menjadi momen refleksi. Siswa diajak untuk lebih menghargai makanan yang mereka miliki. Mereka belajar bahwa tidak semua anak di luar sana biisa menikmati sarapan yang cukup. Kesadaran ini perlahan membentuk empati dan rasa syukur dalam diri mereka.

Saat bel masuk berbunyi, suasana kelas tetap penuh dengan semangat. Anak-anak yang sudah sarapan tidak lagi tampak lesu atau mengantuk. Mereka siap menyambut pelajaran dengan energi penuh karena mereka telah mendapatkan nutrisi yang cukup bagi tubuh mereka.

Kebiasaan baik ini memang tidak bisa dibentuk dalam semalam. Namun, dengan konsistensi dan dukungan dari guru, siswa, dan orangtua maka gerakan sarapan bersama seperti ini dapat menjadi bagian dari budaya sekolah yang positif.

Banyak pihak berharap bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) dapat segera merata ke semua sekolah. Namun, sambil menunggu, inisiatif dari sekolah tetap harus berjalan. 

Makan sehat bukanlah sesuatu yang hanya bergantung pada program pemerintah tetapi juga tanggung jawab bersama.

Di era modern ini banyak anak-anak lebih memilih makanan cepat saji atau camilan manis sebagai sarapan. Namun, dengan adanya gerakan sederhana tersebut siswa mulai memahami bahwa makanan sehat akan lebih baik bagi tubuh.

Gerakan ini juga bisa menjadi inspirasi bagi sekolah lain. Tidak perlu menunggu kebijakan besar untuk memulai perubahan. Kadang, inisiatif sederhana seperti sarapan bersama dapat membangun pola hidup sehat yang lebih baik.

Jika terus dilakukan, siswa yang terbiasa sarapan sehat sejak kecil cenderung akan membawa kebiasaan ini hingga nanti saat mereka sudah bekerja atau berkeluarga.

Sekolah adalah tempat belajar serta juga tentang bagaimana menjalani hidup dengan lebih baik. Dari kebiasaan sederhana ini, siswa belajar bahwa kesehatan adalah investasi jangka panjang. 

Siswa tidak hanya datang ke sekolah untuk belajar tetapi juga untuk tumbuh menjadi individu yang lebih sadar akan pentingnya menjaga atau menyayangi diri (self love).

Gerakan sarapan bersama yang dilakukan oleh guru di sekolah kami adalah tentang membangun kebiasaan, menumbuhkan kepedulian, dan menciptakan lingkungan sekolah yang lebih sehat dan peduli. 

Dan siapa tahu, mungkin dari gerakan kecil ini, lahir generasi yang lebih sadar secara mandiri akan pentingnya gaya hidup sehat untuk masa depannya yang lebih baik.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun