Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Krisis Transportasi Umum dan (Krisis) Karakter Bangsa?

31 Januari 2025   17:59 Diperbarui: 31 Januari 2025   21:52 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Banyak pelajar masih tertarik memanfaatkan moda transportasi umum. (Dok. AKBAR PITOPANG)

Transportasi publik bukan sekadar alat mobilitas tetapi juga cerminan kepedulian sebuah kota terhadap warganya. Keberadaannya menjadi tulang punggung bagi banyak orang dalam menjalankan aktivitas sehari-hari diantaranya pekerja, pedagang, hingga pelajar. Sayangnya, di banyak daerah transportasi umum masih menyisakan berbagai pekerjaan rumah yang menuntut perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat.

Saat berbicara tentang transportasi umum yang ideal kita pasti menginginkan sesuatu yang murah, terjangkau, aman, nyaman, dan mudah diakses. Namun, realitas di lapangan sering kali masih jauh dari harapan. 

Armada yang terbatas, halte yang kurang representatif, hingga kenyamanan di dalam kendaraan masih menjadi catatan yang perlu diperbaiki. Kota yang baik adalah kota yang menyediakan transportasi publik yang layak bagi setiap warganya.

Pekanbaru, sebagai salah satu kota besar di Sumatera memiliki sistem transportasi umum yang masih belajar untuk terus berkembang. Trans Metro Pekanbaru hadir sebagai salah satu solusi bagi kebutuhan mobilitas warga. 

Setiap kali saya menaiki Trans Metro Pekanbaru, saya selalu melihat anak-anak sekolah menggunakan layanan ini untuk pulang maupun bepergian. Ini menandakan bahwa keberadaan transportasi umum sangat dibutuhkan khususnya bagi pelajar yang belum memiliki kendaraan sendiri.

Pelajar merupakan salah satu kelompok yang paling diuntungkan dengan adanya transportasi umum. Dengan tarif yang relatif terjangkau mereka bisa sampai ke rumah dengan lebih aman dan efisien. Ini tentu lebih baik daripada mereka harus berkendara sendiri dengan kendaraan pribadi yang mungkin belum mereka kuasai sepenuhnya.

Namun, keberadaan transportasi umum bukan hanya soal kendaraan yang berjalan di jalurnya. Tetapi juga bagaimana penggunanya berperilaku di dalamnya. 

Sebuah perjalanan dengan transportasi umum bisa menjadi ruang belajar yang luas bagi karakter seseorang. Kita bisa melihat berbagai wajah manusia di dalamnya —ada yang ramah, ada yang acuh, ada yang peduli, dan ada pula yang tak peduli sama sekali.

Baca juga: Isra Mi

Generasi muda kita harus diajarkan peduli dan empati serta diedukasi aturan menggunakan transportasi umum. (Dok. AKBAR PITOPANG)
Generasi muda kita harus diajarkan peduli dan empati serta diedukasi aturan menggunakan transportasi umum. (Dok. AKBAR PITOPANG)

Salah satu fenomena yang menarik perhatian saya adalah bagaimana remaja atau pelajar berperilaku saat menggunakan transportasi umum. Suatu hari, saya menaiki Trans Metro Pekanbaru sambil menggendong anak yang masih kecil. Bus penuh dan semua kursi telah diduduki oleh para penumpang. Termasuk oleh rombongan anak-anak SMP yang berjumlah sekitar 15 orang. Mereka ditemani oleh orang dewasa yang mungkin adalah orangtua atau kerabat salah satu dari mereka.

Sejak awal perjalanan, saya berdiri di dekat pintu dengan anak di gendongan. Harapan saya, mungkin ada diantara anak-anak ini yang menyadari bahwa saya membutuhkan tempat duduk. Namun, tak satu pun dari mereka yang berinisiatif memberikan tempat duduknya. Mereka asyik berbicara, tertawa, dan bermain hp seolah-olah tak ada yang perlu mereka perhatikan selain diri mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun