Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Monopoli Kantin Sekolah

10 Januari 2025   08:14 Diperbarui: 10 Januari 2025   17:24 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orangtua pun akan memandang negatif kantin yang terlalu protektif. Ketimbang menghadapi konflik dengan penjaga kantin maka orangtua memilih menyiapkan bekal sendiri untuk anak. 

Larangan ini juga berpotensi mengikis semangat siswa dalam belajar berwirausaha. Lantaran siswa keterbatasan ruang untuk bereksperimen dan mengasah kreativitas. Padahal, pengalaman ini penting untuk pembentukan karakter.

Menghadapi situasi ini pihak sekolah memiliki peran penting sebagai penengah. Kolaborasi antara kantin dan siswa dapat diwujudkan dengan perencanaan yang matang. Contohnya, mengatur jadwal berjualan. Aspek komunikasi terbuka sangat dibutuhkan guna menghindari konflik. 

Misalnya, di sekolah kami saat pelaksanaan market day, kantin sekolah sengaja memasak sedikit jenis makanan. Untuk menghindari kerugian.

Bagi siswa, larangan berjualan seharusnya tidak memadamkan semangat. Mereka bisa mencari cara lain untuk mengembangkan kemampuan wirausaha seperti menjual produk secara daring di luar lingkungan sekolah.

Di sisi lain, dukungan orangtua juga sangat dibutuhkan bagi anak-anak mereka. orangtua dapat memberikan motivasi serta membantu mencarikan alternatif untuk dagangan siswa.

Penting juga bagi pihak sekolah untuk memberikan edukasi kepada semua pihak mengenai makna rezeki. Penjaga kantin perlu memahami bahwa persaingan sehat justru dapat meningkatkan kualitas layanan mereka.

Semua pihak perlu diingatkan bahwa rezeki adalah urusan Allah SWT. Yang penting adalah tetap berusaha dan bertawakal. Dalam proses ini kita juga diajarkan untuk berbagi kesempatan dan bersyukur.

Peristiwa yang terjadi ini wajib menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Sikap saling mendukung dan percaya akan rezeki yang telah diatur oleh Allah SWT adalah kunci untuk menciptakan harmoni. Dengan begitu, tidak ada lagi dagangan siswa yang terbuang sia-sia karena dirusak.

Masa depan pendidikan Indonesia sangat bergantung pada bagaimana kita menangani masalah seperti ini. Jika kolaborasi dan saling pengertian bisa dijunjung tinggi maka program-program seperti P5 dapat menciptakan generasi yang berdaya juang.

Sekolah adalah rumah kedua bagi siswa. Semua pihak seharusnya bisa membuat siswa merasa dihargai, didukung, dan diberi ruang untuk berkembang. Dengan semangat gotong royong kita bisa menjadikan sekolah tempat terbaik untuk tumbuh bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun