Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Job Fair Hadir di Sekolah, Peluang atau Bumerang?

23 Desember 2024   09:23 Diperbarui: 23 Desember 2024   09:23 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi rekrutmen siswa Kelas 12 lulusan SMA via job fair yang digelar di sekolah. Bisa atasi masalah pengangguran? | KOMPAS/ANDREAS LUKAS ALTOBELI

Perjalanan saya dari Pekanbaru menuju Jakarta untuk menghadiri Kompasianival beberapa waktu lalu membuka mata saya tentang sebuah peluang yang jarang terdengar. Yakni tentang rekrutmen kerja yang langsung digelar di SMA. Hal itu dibuktikan oleh penumpang yang duduk di sebelah saya dalam penerbangan. Saya mendapati seorang pemuda yang ternyata sudah bekerja di sebuah perusahaan tambang di Kalimantan.

Awalnya percakapan kami berlangsung biasa saja. Namun, rasa penasaran saya terusik ketika dia menyebutkan pekerjaannya. Dengan rasa ingin tahu saya bertanya tentang bagaimana ceritanya dia yang masih sangat muda bisa langsung bekerja di tambang. Jawabannya sederhana saja yakni melalui sebuah program rekrutmen yang dilakukan di sekolahnya.

Ternyata perusahaan tambang tersebut secara proaktif datang ke Pekanbaru untuk menjaring calon karyawan muda. Mereka menggelar job fair secara khusus di sekolah menengah atas yang mengundang siswa Kelas 12 dari berbagai SMA di Pekanbaru. 

Setelah proses seleksi beberapa siswa diterima untuk bekerja di perusahaan tambang tersebut termasuk anak muda yang satu ini.

Tampaknya ini adalah sebuah langkah strategis dari pihak perusahaan. Mereka memilih untuk mendidik karyawan sejak dini guna menjadikannya profesional sesuai standar perusahaan. Dari sisi bisnis langkah ini tentu memberikan keuntungan jangka panjang.

Namun, dibalik langkah menarik tersebut saya melihat sisi lain yang perlu menjadi perhatian. Siswa SMA yang direkrut memang mendapatkan peluang besar tetapi mereka juga menghadapi tantangan berat. 

Dengan usia yang begitu masih muda (lulusan SMA) maka keputusan mereka untuk bekerja tentu mempengaruhi jalan hidup mereka ke depan.

Poin pentingnya adalah kemampuan untuk mengambil keputusan secara bijak. Perusahaan besar seperti tambang tentunya menawarkan gaji yang menggiurkan. Namun, siswa juga harus mempertimbangkan dampak lain. 

Apakah perusahaan ini bertanggung jawab terhadap lingkungan?
Apakah pekerjaan ini memberikan dampak positif jangka panjang, baik untuk diri sendiri maupun masyarakat?

Bekerja di sektor tambang misalnya seringkali menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam situasi masyarakat dunia yang semakin sadar akan isu keberlanjutan. 

Penting bagi generasi muda untuk tidak hanya fokus pada iming-iming aspek finansial. Mereka harus mempertimbangkan etika kerja perusahaan dan dampaknya terhadap alam.

Mengintip peluang kerja lewat rekrutmen calon lulusan SMA. Salah satunya di tambang. (freepik/boggy via kompas.com) 
Mengintip peluang kerja lewat rekrutmen calon lulusan SMA. Salah satunya di tambang. (freepik/boggy via kompas.com) 

Fenomena ini juga memberikan pembelajaran penting bagi sekolah. Sekolah memiliki peran strategis dalam membekali siswa dengan informasi tentang memilih pekerjaan yang sesuai dengan nilai-nilai yang mereka anut.

Selain itu, pemerintah juga dapat berperan dalam memastikan bahwa program rekrutmen seperti ini diawasi dengan baik. Hal ini untuk memastikan bahwa lulusan SMA yang direkrut benar-benar mendapatkan pelatihan yang memadai dan perlindungan hak-hak kerja yang layak. Guna menghindari praktik eksploitasi pekerja muda.

Bagi para lulusan SMA dan sederajat, kesempatan seperti ini tentu sangat menggoda. Namun, mereka harus tetap berpikir panjang. 

Dunia kerja bukan hanya soal mendapatkan gaji tetapi juga soal tanggung jawab. Ketika seseorang memilih untuk bekerja di industri yang memiliki dampak besar seperti tambang. keputusan itu tidak hanya mempengaruhi dirinya sendiri tetapi juga masyarakat dan lingkungan sekitar.

Bagi saya pengalaman ini memberikan banyak refleksi.
Pertama, tentang bagaimana dunia kerja semakin membuka peluang bagi generasi muda.
Kedua, tentang bagaimana setiap individu memiliki tanggung jawab moral untuk memilih jalan hidupnya dengan bijak.

Saya membayangkan jika lebih banyak perusahaan yang mengadopsi model rekrutmen seperti ini maka kita akan melihat banyak perubahan dalam pola kerja dan pelatihan tenaga kerja di Indonesia. 

Namun, disisi lain saya juga berharap bahwa perusahaan-perusahaan ini tetap memegang teguh prinsip keberlanjutan.

Dengan adanya peluang seperti ini maka lulusan SMA yang direkrut juga harus didorong untuk menimba pendidikan tambahan atau lanjutan. 

Selain pelatihan kerja yang memang penting di perusahan, juga pendidikan formal tidak boleh diabaikan. Ada baiknya perusahaan menyediakan program lanjutan seperti kuliah sambil bekerja.

Generasi muda Indonesia adalah aset berharga. Jika dibimbing dengan benar mereka tidak hanya akan menjadi profesional yang handal tetapi juga agen perubahan yang membawa dampak positif bagi bangsa dan dunia.

Pengalaman saya berbincang dengan pemuda ini juga mengingatkan saya pada pentingnya diskusi yang terbuka antara generasi muda, orangtua, dan pendidik. Semua pihak memiliki peran untuk memastikan bahwa keputusan yang diambil oleh siswa ini benar-benar memberikan manfaat berharga.

Selain itu, kita semua hendaknya juga menyadari betapa pentingnya membangun kesadaran lingkungan di kalangan generasi muda. Ketika memilih suatu pekerjaan hendaklah mereka tidak hanya memikirkan kesejahteraan pribadi tetapi juga bagaimana pekerjaan tersebut berdampak positif pada dunia.

Saya membayangkan jika dulu saya masih menjadi lulusan SMA. Apakah saya akan mengambil kesempatan seperti ini? Apakah saya siap menghadapi tanggung jawab besar di usia yang begitu muda? 

Ini adalah pertanyaan reflektif yang penting bagi siapa pun. Pengalaman ngobrol ini menjadi pengingat bahwa kehidupan penuh dengan pilihan. Setiap pilihan memiliki konsekuensi dan setiap individu memiliki kekuatan untuk membuat keputusan yang tepat. 

Bagi para siswa calon lulusan SMA sederajat yang menghadapi peluang besar seperti ini. semoga mereka dapat mengambil langkah yang bijak dan bertanggung jawab.

Semoga ini bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun