Pendidikan bukan hanya tentang seberapa cemerlang siswa menjawab soal saat diujikan atau seberapa fasih mereka berbicara dalam bahasa asing. Imam Syafi’i pernah mengatakan, "ilmu adalah yang memberikan manfaat, bukan yang sekadar hanya dihafal".Â
Pendidikan sejati adalah tentang membangun nilai-nilai dan karakter yang menjadi fondasi kesuksesan hidup. Pendidikan adalah proses membangun generasi yang tidak hanya pintar secara akademik tetapi juga berkarakter.Â
Namun, mari kita jujur saja bahwa memang menciptakan generasi berkarakter adalah tantangan yang tidak mudah.
Karakter yang baik menjadi kunci kesuksesan individu dan masyarakat di masa depan. Seorang individu yang cerdas tanpa karakter hanya akan menjadi ancaman bagi dunia. Inilah mengapa pembentukan karakter menjadi isu yang sangat penting dalam dunia pendidikan saat ini.Â
Sekolah sebagai tempat tumbuh kembang anak memegang peranan strategis dalam proses ini. Namun, seringkali kita menghadapi realita yang membuat prihatin.Â
Salah satunya adalah budaya antre yang seharusnya menjadi salah satu hal penting di sekolah. Kurangnya budaya antre di kalangan siswa tidak hanya menciptakan kericuhan di kantin tetapi juga dapat berdampak pada perilaku mereka di luar sekolah seperti kebiasaan menyerobot antrean di fasilitas umum atau kurangnya rasa hormat terhadap aturan yang ada.Â
Sayangnya, di banyak sekolah malah budaya antre justru sering menjadi masalah yang sulit dipecahkan.
Coba bayangkan dalam waktu istirahat yang hanya 15 menit ada 300 siswa berebut untuk mendapatkan makanan di kantin. Teriakan, dorongan, dan keributan pun acap kali terjadi. Kondisi ini tentu jauh dari nilai-nilai karakter yang ingin kita tanamkan kepada siswa.
Waktu istirahat 15 menit yang terbatas membuat siswa merasa harus bersaing untuk menjadi yang tercepat mendapatkan makanan. Berdasarkan survei sederhana di sekolah, 78% siswa merasa bahwa waktu istirahat yang singkat membuat mereka terburu-buru dan cenderung mengabaikan nilai-nilai kedisiplinan seperti antre secara tertib.Â
Ini menunjukkan perlunya evaluasi terhadap alokasi waktu istirahat untuk mendukung pembelajaran karakter secara optimal.Â
Situasi ini tidak hanya menciptakan kekacauan tetapi juga menghilangkan esensi dari nilai-nilai kesabaran, keadilan, dan kedisiplinan. Padahal sekolah seharusnya menjadi ruang untuk mengajarkan nilai-nilai tersebut secara nyata.