Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Peran PMR dan Pentingnya Orangtua Peduli Sarapan

9 Desember 2024   04:43 Diperbarui: 9 Desember 2024   22:05 496
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peran PMR dan kepedulian orangtua, pentingnya sarapan cegah siswa tumbang saat upacara bendera. (Dok. Akbar Pitopang)

Senin pagi adalah waktu yang sibuk di sekolah. Para siswa berbaris rapi di lapangan mengenakan seragam terbaik mereka siap mengikuti upacara bendera dengan khidmat. Namun, diantara gemuruh suara derap langkah dan lantunan lagu nasional ada sekelompok siswa anggota Palang Merah Remaja (PMR) yang bertugas sebagai "dokter kecil" yang sigap dan selalu waspada.

Sebagai bagian dari tim kesehatan ala sekolah, PMR memiliki tanggung jawab penanganan siswa yang merasa lelah, pusing, atau bahkan nyaris pingsan. sigap membantu mengantar siswa tersebut ke ruang UKS atau ruang kelas. Kehadiran mereka untuk membantu menjaga situasi upacara bendera tetap berjalan dengan tertib.

Namun, ada satu hal yang cukup menyita perhatian. Meski para dokter kecil sudah siaga tapi siswa yang "tumbang" saat upacara tetap silih berganti setiap minggunya. mereka semua hampir memiliki alasan yang sama yakni belum sarapan. 

Fakta ini membawa kita pada refleksi tentang perhatian dan kepedulian orangtua terhadap kesiapan anak-anak mereka sebelum menjalankan aktivitas sekolah.

Sarapan pagi sering dianggap sepele. Padahal sejatinya memiliki dampak luar biasa bagi tubuh dan otak siswa. Makanan pertama di pagi hari menjadi sumber energi signifikan untuk aktivitas fisik dan mental termasuk untuk berdiri tegak mengikuti upacara bendera.

Siswa yang tidak sarapan mudah mengalami penurunan konsentrasi, mudah lelah, bahkan pusing. Selama upacara mereka harus berdiri dalam waktu yang cukup lama di bawah sinar matahari pagi. Kondisi ini menjadi kendala yang tidak bisa dianggap remeh.

Ketidaksiapan fisik ini seharusnya menjadi perhatian serius bagi orangtua. Bayangkan saja, siswa tersebut harus diantar ke UKS di depan teman-temannya hanya karena lupa sarapan. 

Lebih dari itu, kejadian ini bisa mengganggu jalannya upacara dan menciptakan suasana yang tidak kondusif karena konsentrasi ambyar.

Sebuah refleksi tentang peran kepedulian orangtua mengenai pentingnya sarapan. (Dok. Akbar Pitopang)
Sebuah refleksi tentang peran kepedulian orangtua mengenai pentingnya sarapan. (Dok. Akbar Pitopang)

Salah satu caranya adalah dengan membangun kebiasaan sarapan pagi yang konsisten. Kebiasaan ini tidak hanya memberikan energi tetapi juga menanamkan pola hidup sehat sejak dini.

Menghadirkan sarapan sehat bagi anak tidak harus rumit atau mahal. Nasi goreng sederhana, roti dengan olesan selai, buah segar, atau semangkuk bubur kacang hijau, bisa menjadi pilihan yang mudah disiapkan. 

Mungkin terdengar sederhana tetapi sarapan adalah sangat penting untuk keberhasilan anak di sekolah. Siswa yang sarapan akan mampu mengikuti pelajaran dengan lebih baik. Hal ini juga menjadi bagian dari pembentukan karakter tanggung jawab terhadap kesehatan diri sendiri di era Kemendikdasmen ini. Mereka akan memahami bahwa tubuh yang sehat adalah modal untuk mencapai prestasi.

Selain manfaat fisik, kebiasaan sarapan juga berdampak pada kesejahteraan emosional siswa. Energi yang cukup membantu mereka menghadapi hari dengan lebih percaya diri mengikuti kegiatan sekolah dengan hati yang riang.

Siswa PMR yang juga kadang dipanggil
Siswa PMR yang juga kadang dipanggil "dokter kecil" di sekolah. (Dok. Akbar Pitopang)

Para anggota PMR patut diapresiasi untuk potret kepedulian sejak usia dini. Dalam menjalankan tugas, mereka tidak hanya belajar tentang kesehatan, tetapi juga melatih empati dan tanggung jawab. Peran mereka membantu memastikan bahwa siswa yang kurang sehat mendapatkan penanganan yang cepat.

Namun, kendala ini seharusnya tidak hanya dipikul oleh anggota PMR. Karena orangtua memiliki peran besar untuk memastikan bahwa anak-anak mereka datang ke sekolah dalam kondisi prima. 

Melihat peran dokter kecil yang siap membantu di setiap Senin pagi maka kita seharusnya belajar tentang arti kebersamaan. Mereka bukan hanya membantu teman-temannya tetapi juga menjadi contoh bagaimana kepedulian terhadap sesama bisa berdampak positif.

Oleh karena itu, mari kita dukung peran siswa PMR sambil memastikan bahwa anak-anak datang ke sekolah dalam kondisi terbaik. Langkah kecil seperti sarapan bisa memberikan manfaat besar. Sebuah kebiasaan yang sederhana tetapi sangat berguna.

PMR siaga saat upacara bendera. (Dok. Akbar Pitopang)
PMR siaga saat upacara bendera. (Dok. Akbar Pitopang)

Lebih dari itu, pihak sekolah juga dapat mengambil langkah proaktif secara berkelanjutan. Misalnya dengan rutin menginformasikan tentang pentingnya sarapan pagi. 

Guru juga dapat memanfaatkan momen ini untuk mengajarkan pengetahuan dasar tentang gizi. Pengetahuan ini akan membuat siswa lebih sadar akan kebiasaan sarapan tidak hanya dilakukan karena disuruh orangtua tetapi tumbuh dari kesadaran pribadi mereka.

Informasi yang dikemas dengan menarik bisa menjadi pengingat bagi orangtua dan siswa tentang pentingnya asupan energi sebelum memulai hari.

Lagi-lagi kolaborasi guru dan orangtua juga penting. Dengan adanya komunikasi yang baik kedua pihak dapat berbagi tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung kesehatan fisik dan mental siswa. 

Misalnya, menyebarkan informasi melalui grup WhatsApp wali kelas atau membuat program sarapan bersama pada hari atau momen tertentu.

Semoga dengan perhatian yang lebih besar dari orangtua diharapkan jumlah siswa yang "tumbang" saat upacara bendera bisa berkurang. 

Menjaga jalannya upacara bendera dengan tertib sebagai cerminan cinta tanah air. (Dok. Akbar Pitopang)
Menjaga jalannya upacara bendera dengan tertib sebagai cerminan cinta tanah air. (Dok. Akbar Pitopang)

Biarkan upacara bendera menjadi momen yang penuh khidmat tanpa gangguan dimana semua siswa berdiri tegak menyanyikan lagu kebangsaan dengan penuh semangat cerminan rasa cinta tanah air serta kedisiplinan. 

Dengan dukungan dari semua pihak, dari siswa, orangtua, hingga dokter kecil PMR, kita bisa memastikan momen ini berjalan penuh makna.

Terima kasih untuk para dokter kecil anggota PMR atas inspirasi bagi kita semua untuk menjadi pribadi yang lebih peduli dan bertanggung jawab. 

Untuk dokter kecil, orangtua, guru, dan seluruh siswa: selamat bertugas, selamat belajar, dan jangan lupa sarapan!

Semoga ini bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun