Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dilema Sekolah terhadap Pengelolaan Sampah

5 Januari 2025   09:39 Diperbarui: 5 Januari 2025   12:22 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga lingkungan dimulai dari sekolah. (Foto: Akbar Pitopang)

Beberapa sekolah bahkan memiliki program khusus untuk mengedukasi siswa tentang bahaya sampah bagi lingkungan. Program seperti ini harus diperkuat guna menciptakan generasi yang lebih peka terhadap lingkungan.

Sayangnya, kebiasaan membuang sampah sembarangan masih saja terjadi. Banyak orangtua dan masyarakat yang belum sepenuhnya menyadari dampak jangka panjang dari tindakan ini. Oleh karena itu, sekolah seharusnya mampu mengambil peran menjadi agen perubahan.

Bagi sekolah yang lokasinya berada di dekat sungai mesti ada perhatian khusus yang diberikan. Sebaiknya ada tempat penampungan sementara (TPS) yang tidak berdekatan dengan pinggir sungai agar sampah tidak mudah terbawa oleh arus sungai.

Masyarakat sekitar juga perlu diajak untuk peduli. Kolaborasi antara sekolah, siswa, dan masyarakat akan lebih efektif dalam menjaga lingkungan sekitar tetap bersih dan sehat.

Jika sekolah dan masyarakat tidak peduli, maka bukan hanya lingkungan yang tercemar, tapi kita juga gagal membentuk generasi yang peka dan peduli terhadap lingkungan. Inilah risiko yang akan dihadapi jika tidak ada tindakan nyata dari sekarang.

Dengan adanya TPS yang representatif maka sampah bisa dikelola dan diangkut secara berkala oleh petugas sampah tanpa resiko mengotori sungai. Upaya ini akan memberikan contoh yang baik bagi siswa dan masyarakat.

Sampah beresiko mengotori sungai dan sumber air. (Foto: Akbar Pitopang)
Sampah beresiko mengotori sungai dan sumber air. (Foto: Akbar Pitopang)

Pendidikan karakter di sekolah bukan hanya untuk melengkapi nilai akademis, tetapi juga berhubungan dengan nilai-nilai sosial dan lingkungan. Peduli sampah adalah bagian dari pendidikan karakter dan sangat penting untuk masa depan keberlanjutan lingkungan yang lestari.

Saat siswa memahami bahwa kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab mereka, maka kesadaran akan kebersihan akan terbawa hingga mereka dewasa. Demi terciptanya masyarakat yang beradab dan peka terhadap lingkungan.

Masa depan kelestarian lingkungan dan alam Indonesia berada di tangan generasi muda. Oleh karena itu, sekolah harus menjadi pelopor dalam mendidik siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan.

Tidak hanya di sekolah, tetapi kebiasaan ini juga harus dibawa ke lingkungan masyarakat. Jika setiap orang peduli dengan sampahnya sendiri, maka pemandangan lingkungan yang kotor bisa dimininalisir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun