Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Dilema Sekolah terhadap Pengelolaan Sampah

5 Januari 2025   09:39 Diperbarui: 5 Januari 2025   12:22 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjaga lingkungan dimulai dari sekolah. (Foto: Akbar Pitopang)

Ketika kita mendengar slogan "buanglah sampah pada tempatnya," ini bukan sekadar himbauan, melainkan pengingat bahwa tanggung jawab terhadap sampah dimulai dari setiap individu. Sebagai manusia yang hidup berdampingan dengan lingkungan sekitar, menjaga kebersihan adalah wujud penghormatan dan syukur kita kepada alam dan bumi kita.

Sejak dini, anak-anak diajarkan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, baik di rumah maupun di sekolah. Pendidikan dasar ini akan menjadi fondasi bagi mereka untuk hidup bertanggung jawab terhadap sampah yang mereka hasilkan.

Sekolah adalah salah satu tempat pertama bagi anak-anak belajar untuk peduli terhadap lingkungan. Di sekolah, mereka diberi pemahaman bahwa menjaga kebersihan adalah bagian dari etika hidup yang harus dijaga, terutama dalam lingkungan yang padat aktivitas seperti sekarang.

Namun, pelajaran tentang sampah seringkali terbentur dengan kenyataan di lapangan. Ada kasus dimana sampah masih saja dibuang sembarangan, bahkan di tempat-tempat yang seharusnya bersih dan bebas dari sampah, seperti pinggir atau tepi sungai.

Di beberapa daerah, sekolah-sekolah berdekatan dengan sungai atau aliran air yang rawan menjadi tempat pembuangan sampah tidak resmi. Ada pihak yang menganggap lokasi tersebut sebagai tempat sampah darurat yang sampahnya nanti akan dibersihkan atau diangkat petugas sampah atau DLHK.

Kondisi ini cukup memprihatinkan. Bayangkan jika sampah-sampah yang ditumpuk di pinggir sungai akhirnya terbawa arus, mengotori sungai, dan memperburuk kualitas air sungai. Lebih parah lagi, hal ini dapat menimbulkan banjir.

Sejatinya, peran sekolah sangat penting dalam mengedukasi siswa agar tidak membuang sampah sembarangan, terutama di area yang dekat dengan aliran sungai. Karena tindakan ini bisa menimbulkan dampak jangka panjang terhadap ekosistem sungai dan lingkungan sekitar.

Pembentukan karakter peduli sampah di sekolah-sekolah yang dekat sungai. (Foto: Akbar Pitopang)
Pembentukan karakter peduli sampah di sekolah-sekolah yang dekat sungai. (Foto: Akbar Pitopang)

Setiap sampah yang dibuang ke sungai atau ke tepi sungai sekalipun, meski terlihat sederhana, bisa menjadi salah satu penyebab utama penyumbatan arus air. Saat aliran tersumbat, banjir menjadi ancaman nyata yang bisa merugikan banyak pihak.

Mengajarkan siswa untuk bertanggung jawab terhadap sampahnya sendiri akan membantu membangun karakter peduli lingkungan sejak dini. Hal ini penting agar mereka tumbuh dengan kesadaran yang tinggi akan pentingnya menjaga kebersihan dimanapun mereka berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun