Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Jangan Berbohong untuk Alasan Anak Tidak Masuk Sekolah

17 Oktober 2024   13:31 Diperbarui: 17 Oktober 2024   19:31 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kejujuran orangtua dalam proses pendidikan membangun karakter anak yang berintegritas. (Foto: Akbar Pitopang)

Dalam mencapai keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah, kehadiran siswa di kelas menjadi aspek yang sangat penting. Pembelajaran tatap muka seperti yang diterapkan saat ini memang menuntut siswa untuk hadir di sekolah agar bisa mengikuti setiap kegiatan belajar yang telah direncanakan. Lain halnya saat pandemi, ketika pembelajaran dilakukan secara daring. Seiring kembali diterapkannya metode pembelajaran tatap muka, kehadiran di kelas kembali menjadi indikator penting untuk kelancaran proses belajar.

Tentu saja, ada situasi-situasi tertentu yang mengizinkan siswa untuk tidak hadir ke sekolah. Misalnya, ketika siswa sedang sakit atau ada halangan mendesak yang memaksa mereka absen. 

Dalam kondisi demikian, guru akan dengan mudah memahami dan menerima alasan siswa yang tidak bisa hadir di kelas, asalkan alasannya jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

Namun, yang sering terabaikan oleh sebagian orangtua adalah bahwa kehadiran anak di sekolah bukan hanya soal rutinitas belajar, tetapi juga berkaitan erat dengan aspek pendidikan karakter. 

Ketidakhadiran yang tidak terkontrol dan didukung dengan alasan yang tidak jujur justru bisa memberi dampak negatif terhadap pembentukan karakter anak, terutama dalam hal kejujuran dan integritas.

Pentingnya kejujuran menjadi faktor utama dalam menjaga komunikasi antara sekolah dan orangtua. Saat anak tidak bisa hadir karena alasan yang valid, misalnya sakit, tidak ada masalah jika orangtua memberi tahu guru dengan alasan yang sebenar-benarnya. 

Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah kejujuran dalam menyampaikan alasan ketidakhadiran. 

Di era digital seperti saat ini, orangtua punya kemudahan untuk berkomunikasi dengan guru misalnya melalui aplikasi perpesanan instan. Misalnya, mereka bisa mengirim chat secara langsung untuk memberitahukan bahwa anaknya tidak masuk karena sakit, dan surat keterangan dokter bisa menyusul. 

Ini tentunya mempermudah komunikasi dan memperkuat hubungan antara orangtua dan guru di sekolah.

Sayangnya, ada kasus dimana orangtua memberikan alasan yang tidak jujur kepada guru tentang ketidakhadiran anak mereka. Situasi seperti ini tidak hanya mengganggu proses komunikasi, tetapi juga bisa merusak nilai-nilai kejujuran yang sedang dibangun pada anak didik. 

Anak-anak yang tidak memahami situasi ini seringkali membocorkan fakta yang sebenarnya kepada teman-temannya, yang kemudian bisa sampai juga ke telinga guru.

Anak-anak pada umumnya jujur dan belum pandai menyembunyikan hal-hal yang tidak sesuai dengan kenyataan. Ketika mereka ditanya oleh teman-teman mereka tentang alasan absen dari sekolah, seringkali mereka dengan polos menceritakan situasi yang sebenarnya terjadi.

Yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang dikatakan orangtua mereka kepada guru. Situasi seperti ini bisa menjadi bumerang bagi orangtua.

Informasi kehadiran siswa di kelas. (Foto: Akbar Pitopang)
Informasi kehadiran siswa di kelas. (Foto: Akbar Pitopang)

Kejadian ini harus menjadi perhatian serius bagi setiap orangtua. Jangan pernah menanamkan kebohongan dalam hal-hal sederhana, karena ini bisa menjadi contoh buruk yang akan dicontoh oleh anak di kemudian hari. 

Sebagai orangtua, kita memiliki tanggung jawab besar untuk mengajarkan nilai-nilai kejujuran kepada anak-anak kita.

Jika kita ingin membentuk generasi yang berkarakter dan berintegritas, langkah pertama adalah memberikan teladan yang baik. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan berkata jujur kepada guru terkait alasan ketidakhadiran anak di sekolah. 

Ini mungkin tampak sepele, tetapi dampaknya sangat besar pada pembentukan karakter anak.

Kejujuran adalah fondasi dari integritas. Jika anak belajar sejak dini bahwa tidak apa-apa untuk berbohong demi alasan kenyamanan atau kepentingan pribadi, maka mereka akan membawa nilai tersebut hingga dewasa. 

Dan sebaliknya, jika anak melihat orangtua selalu jujur, mereka akan menghargai kejujuran dan menerapkannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Meskipun guru tidak akan banyak bertanya tentang alasan ketidakhadiran anak, kejujuran tetap harus menjadi prinsip utama. 

Misalnya, jika anak tidak masuk sekolah karena harus ikut orangtua bepergian, baik itu ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Lebih baik jujur menyampaikan hal tersebut daripada membuat alasan yang tidak benar.

Bohong itu bagaikan bola salju, yang terus bergulir semakin besar. Saya selalu menyampaikan kepada anak didik bahwa satu kebohongan akan mengundang kebohongan-kebohongan lain setelahnya. Semakin siswa mencari-cari alasan dan berbohong, semakin sulit kebohongan untuk dihentikan. 

Nah, ketika anak mengetahui bahwa orangtua berbohong, hal ini bisa menciptakan rasa bingung dan kehilangan pegangan. Anak yang seharusnya melihat orangtua sebagai role model justru akan meniru cara melakukan kebohongan yang sama.

Membiasakan kejujuran sejak dini adalah investasi jangka panjang yang manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh anak, tetapi juga masyarakat. Anak-anak yang tumbuh dengan nilai-nilai kejujuran akan menjadi individu yang dapat dipercaya, dihormati, dan mampu memegang amanah di masa depan.

Pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah, melainkan juga bagian dari peran orangtua di rumah. Dengan berperilaku jujur dalam hal-hal kecil, orangtua mengajarkan anak pentingnya nilai integritas dan memberikan dasar yang kokoh untuk kehidupan yang lebih bertanggung jawab.

Kesalahan dalam menyampaikan informasi kepada guru mungkin tampak sepele, tetapi ini bisa menjadi awal dari kebiasaan buruk untuk generasi. Oleh karena itu, mari kita cegah sejak dini dengan membiasakan diri bersikap jujur dalam setiap kesempatan.

Kita tidak ingin menciptakan situasi dimana anak merasa harus berbohong untuk menyenangkan orangtua atau melindungi mereka dari rasa malu. Lingkungan keluarga yang jujur dan terbuka akan mendorong anak untuk selalu berkata apa adanya.

Dalam menjalin hubungan yang baik dengan guru, sikap keterbukaan dan transparansi orangtua sangat dibutuhkan. Ini akan menciptakan komunikasi yang baik, yang pada akhirnya bermanfaat untuk mendukung perkembangan pendidikan anak.

Sebagai orangtua, kita harus memahami bahwa sikap yang kita tunjukkan akan menjadi cermin bagi anak-anak kita. Jadi, mari kita tunjukkan sikap yang penuh kejujuran dan integritas, agar anak-anak kita dapat mencontoh dan menerapkannya di kehidupan mereka.

Pendidikan tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga ada di rumah. Pendidikan karakter yang baik adalah sinergi dan kolaborasi guru dan orangtua, sekolah dan keluarga. 

Dengan begitu, kita dapat membentuk generasi yang jujur, berintegritas, dan siap menghadapi tantangan dunia dan masa depan.

Jadi, mari kita mulai dari diri sendiri dan tunjukkan kepada anak-anak kita bahwa kejujuran adalah nilai yang tidak bisa ditawar. Karena hanya dengan nilai-nilai yang baik, kita bisa berharap generasi mendatang akan menjadi lebih baik dari kita hari ini. Aamiin YRA..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun