Dengan mengutamakan pendidikan yang inklusif, suportif, dan berpusat pada kesejahteraan siswa, kita dapat membangun sistem pendidikan yang tidak hanya membentuk siswa yang unggul, tetapi juga berkarakter.
Bibit Kekerasan dari Pendidikan Informal
Pendidikan adalah sebuah proses universal yang tidak hanya terbatas di ruang kelas. Pendidikan sejati melibatkan seluruh aspek kehidupan, termasuk pendidikan informal yang terjadi di rumah.Â
Orangtua dan keluarga memiliki peran besar dalam membentuk karakter anak. Sayangnya, banyak kasus kekerasan yang terjadi di sekolah sebenarnya merupakan cerminan dari pola asuh yang diterima anak di rumah.Â
Ketika anak sering mengalami kekerasan atau ketidakmampuan orangtua dalam mengontrol emosi, dampaknya tidak hanya terbatas pada lingkungan keluarga, tetapi juga terbawa ke lingkungan sekolah.
Kekerasan yang dialami anak di rumah, baik itu dalam bentuk verbal maupun fisik, dapat memicu anak akhirnya terdorong untuk tindakan bullying atau kekerasan di sekolah.Â
Anak yang kurang mendapatkan kasih sayang dan bimbingan emosional yang tepat di rumah cenderung melampiaskan rasa frustrasi atau kebingungannya kepada teman-temannya.Â
Alhasil, sekolah seringkali menjadi tempat di mana luka batin yang diderita anak di rumah meledak dalam bentuk kekerasan terhadap sesama siswa.
Faktor ini menunjukkan betapa pentingnya sinergi antara pendidikan di rumah dan sekolah. Pendidikan yang berfokus hanya di sekolah tanpa adanya dukungan dari keluarga tidak akan efektif dalam membentuk kepribadian anak secara utuh.Â
Orangtua perlu menyadari bahwa pola asuh mereka berdampak langsung pada perilaku anak di luar rumah, terutama di sekolah.Â
Bimbingan tentang pengelolaan emosi dan pengelolaan konflik yang sehat harus dimulai dari keluarga agar anak mampu menghadapi tekanan di lingkungan sosialnya dengan cara yang positif.