Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Stop Menormalisasi Emak-emak "Caper" kepada Guru (Muda)

30 September 2024   11:58 Diperbarui: 1 Oktober 2024   08:12 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran media sosial memperbesar ruang interaksi antara guru dan wali murid. Dalam situasi ini, penting bagi setiap pihak untuk menyadari bahwa interaksi digital sekalipun tetap harus mematuhi etika profesional. 

Terkadang, lelucon yang dibuat di ruang chat atau grup media sosial bisa disalahartikan, dan ini dapat menjadi pintu masuk bagi hubungan yang melampaui batas. Semua pihak harus menjaga kehati-hatian, karena celah kecil bisa berakibat fatal.

Integritas adalah hal yang harus dijaga oleh setiap pendidik. Sebagai guru muda, penting untuk memiliki self-control yang kuat dalam menghadapi situasi yang mungkin "menggoda". 

Wali murid pun harus menyadari bahwa meskipun keakraban bisa membangun hubungan yang baik, tetap ada batasan yang tidak boleh dilanggar. 

Kedua belah pihak harus saling menghormati peran dan fungsinya masing-masing demi menciptakan lingkungan pendidikan yang sehat.

Menjaga jarak aman dalam membangun etika interaksi guru dan murid. | ilustrasi: huitu.com
Menjaga jarak aman dalam membangun etika interaksi guru dan murid. | ilustrasi: huitu.com

Anak Meniru Bagaimana Orangtua Berinteraksi

Menjaga jarak aman dalam interaksi antara guru dan wali murid bukan hanya soal profesionalisme, tetapi juga memberikan contoh yang baik bagi anak didik. 

Anak-anak adalah peniru ulung. Yang mana mereka akan mengamati dan meniru bagaimana orangtua mereka berinteraksi dengan orang lain, termasuk guru. 

Jika wali murid, khususnya emak-emak yang aktif di media sosial seperti TikTok, sering bercanda berlebihan atau genit kepada guru muda, ini bisa membentuk persepsi yang salah di benak anak.

Saat anak melihat orangtua mereka berinteraksi secara genit dengan guru, mereka bisa menganggap bahwa sikap tersebut wajar untuk ditiru. Hal ini dapat menimbulkan masalah di kemudian hari, karena anak-anak akan merasa sah-sah saja berperilaku serupa terhadap gurunya. 

Akibatnya, batas-batas profesionalisme antara siswa dan guru bisa kabur, yang berpotensi menciptakan situasi yang diluar batas di lingkungan sekolah layaknya yang terjadi di Gorontalo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun