Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Stop Menormalisasi Emak-emak "Caper" kepada Guru (Muda)

30 September 2024   11:58 Diperbarui: 30 September 2024   22:22 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru muda di sekolah. | sumber: iStockphoto.com

Jangan Caper, Pentingnya Self-Control 

Selain hubungan antara guru dan murid, penting juga untuk menyoroti hubungan antara guru dan wali murid. Sebagai mitra dalam pendidikan, kolaborasi guru dan orangtua memang sangat krusial. 

Namun, harus tetap diingat bahwa ramah tamah antara guru dan orangtua tidak boleh menjurus ke dalam hubungan yang berpotensi menimbulkan "kemesraan" atau pelanggaran batas etika.

Di era sekarang, sekolah-sekolah banyak diisi oleh guru-guru muda dalam rentang usia Gen Z dan Milenial. Dengan rentang usia yang masih muda, mereka seringkali menjadi sasaran perhatian lebih dari wali murid, terutama para emak-emak. 

Namun, ada fenomena yang terlihat di beberapa kesempatan, di mana hubungan antara guru muda dan wali murid kerap disertai canda berlebihan yang terkadang keluar dari batas profesionalisme. 

Interaksi ini, meskipun terlihat ringan dan sepele, bisa membawa dampak yang kurang baik jika dibiarkan tanpa kendali.

Memang, menjaga komunikasi yang baik antara guru dan wali murid adalah hal penting untuk mendukung perkembangan siswa. Namun, ada kalanya interaksi ini justru terlalu santai hingga menimbulkan kesan genit atau bercanda yang tidak pada tempatnya. 

Para wali murid, khususnya emak-emak, kadang merasa terlalu akrab dengan para guru muda, dan tanpa disadari mereka melontarkan candaan yang seharusnya tidak dilontarkan dalam ruang pendidikan.

Bercanda dalam batas yang wajar tentu tidak masalah. Tetapi, ketika candaan tersebut mulai mengaburkan batasan antara profesionalisme dan privasi personal, disitulah risiko muncul. 

Tidak jarang, kasus asusila bermula dari interaksi yang awalnya dianggap ringan dan santai, tetapi kemudian berkembang menjadi hal yang jauh lebih intens dan menjadi memalukan.

Kehadiran media sosial memperbesar ruang interaksi antara guru dan wali murid. Dalam situasi ini, penting bagi setiap pihak untuk menyadari bahwa interaksi digital sekalipun tetap harus mematuhi etika profesional. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun