Orangtua Menyikapi Dilema Calistung di Era Kurikulum Merdeka
Meskipun kebijakan transisi dari PAUD ke SD menyenangkan telah digulirkan untuk mengurangi beban akademis pada anak-anak, kenyataannya banyak Taman Kanak-Kanak (TK) yang tetap memiliki target agar siswanya mengenal kemampuan dasar membaca, menulis, dan berhitung (calistung).Â
Beberapa anak memang berhasil menguasai calistung, tidak hanya karena dorongan sekolah, tetapi juga berkat peran orang tua yang aktif membimbing mereka di rumah. Hal ini seringkali membuat siswa lebih siap memasuki bangku SD.
Namun, tak semua anak memiliki kesempatan yang sama. Meskipun sekolah berusaha menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan ramah anak, tidak semua siswa bisa segera menguasai calistung.Â
Apalagi dengan penerapan Kurikulum Merdeka yang menegaskan bahwa siswa tidak boleh tinggal kelas meskipun mereka mengalami keterlambatan dalam menguasai keterampilan dasar (literasi dan numerasi).Â
Akibatnya, ada siswa yang naik kelas dengan kemampuan calistung yang masih rendah, sehingga tertinggal dari teman-temannya.
Kondisi ini menciptakan dilema tersendiri bagi guru dan orangtua. Di satu sisi, ada dorongan untuk tidak memberikan tekanan akademis berlebih pada anak. Namun di sisi lain, siswa yang terlambat menguasai calistung kerap mengalami kesulitan dalam mengikuti pelajaran di kelas yang lebih tinggi.Â
Ini juga memunculkan kesenjangan antara siswa yang sudah mahir dengan mereka yang masih kesulitan, menuntut perhatian lebih dari guru untuk menciptakan suasana pembelajaran yang inklusif dan kolaboratif.
Dalam situasi seperti ini, peran orangtua menjadi penting. Orangtua tidak hanya bisa menjadi pendukung dalam proses belajar anak di rumah, tetapi juga menjadi mitra bagi guru dalam membantu anak mencapai kemampuan yang diharapkan.Â
Melalui bimbingan rutin di rumah, anak yang terlambat menguasai calistung dapat perlahan-lahan mengejar ketertinggalannya.Â
Orangtua juga perlu memahami bahwa setiap anak memiliki ritme belajar yang berbeda, sehingga diperlukan kesabaran dan pendekatan yang positif dalam mendampingi anak.