Dalam jangka panjang, pendekatan semacam ini akan berdampak positif pada perkembangan akademik dan sosial-emosional siswa. Mereka akan lebih mudah menyerap materi pelajaran dan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan mandiri dalam belajar. Hal ini sesuai dengan tujuan utama kebijakan transisi PAUD ke SD yang dicanangkan oleh Kemendikbud ---menjadikan masa awal sekolah dasar sebagai pengalaman yang penuh kebahagiaan dan semangat untuk belajar.
Dengan dukungan dari berbagai pihak, seperti Bunda PAUD, PKK, guru, dan orangtua, masa transisi ini bisa berjalan dengan baik dan menjadi pondasi kuat bagi perkembangan pendidikan anak-anak kita.
Belajar Fokus Supaya Bisa Fokus BelajarÂ
Setiap anak memiliki profil perkembangan yang unik. Hal ini semakin terlihat jelas saat mereka beralih dari dunia Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) ke Sekolah Dasar (SD). Pada fase ini, anak-anak yang baru mengenal dunia belajar cenderung masih labil dalam hal kesiapan mental.Â
Bagi mereka, konsep sekolah dan belajar adalah sesuatu yang baru, dan banyak yang belum memiliki kemampuan untuk mengelola fokus serta perhatian secara optimal. Itulah mengapa masa transisi ini harus mendapatkan perhatian khusus dari para pendidik.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi anak-anak di awal masa SD adalah kemampuan untuk memusatkan perhatian. Sebelum mereka dapat dengan mudah mengenali huruf, angka, atau bahkan mampu membaca, menulis dan berhitung (calistung), mereka terlebih dahulu perlu belajar bagaimana memusatkan perhatian.Â
Fokus adalah pintu gerbang menuju proses belajar yang efektif. Tanpa kemampuan ini, anak-anak akan kesulitan untuk mengikuti materi pembelajaran yang diberikan.
Guru-guru perlu menyadari bahwa proses pengembangan fokus ini tidak bisa terjadi secara instan. Anak-anak pada usia transisi memerlukan pendekatan yang penuh kesabaran dan kreativitas.Â
Kegiatan-kegiatan yang merangsang minat mereka, seperti permainan edukatif, bernyanyi, dan gerakan (kinestetik), dapat membantu anak-anak untuk secara perlahan membangun kemampuan fokusnya.Â
Ketika mereka merasa tertarik dan senang, perhatian mereka akan lebih mudah diarahkan pada materi yang disampaikan.
Banyak anak di masa ini masih kesulitan untuk duduk diam dalam waktu yang lama atau memahami instruksi yang kompleks. Oleh karena itu, pendekatan yang lebih interaktif dan dinamis diperlukan. Ini adalah bentuk belajar yang lebih alami dan sesuai dengan perkembangan usia mereka.