Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Orangtua "Tone Deaf" Menjadi Penghambat Pendidikan dan Proses Belajar Siswa

9 September 2024   11:36 Diperbarui: 9 September 2024   15:02 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika orangtua bersikap tone deaf, maka sikap ini tidak hanya membuat anak merasa tidak dipedulikan, tetapi juga bisa menurunkan rasa percaya diri dan motivasi anak dalam menjalani pendidikan.

Ilustrasi orangtua berusaha menghindari tone deaf dan mendukung proses pendidikan anak. (via grid.id)
Ilustrasi orangtua berusaha menghindari tone deaf dan mendukung proses pendidikan anak. (via grid.id)

Solusi Agar Orangtua Menghindari Tone Deaf 

Untuk menghindari sikap tone deaf, salah satu kunci utamanya adalah meningkatkan empati. Empati orangtua kepada guru akan memungkinkan pendidik untuk lebih memahami kebutuhan dan perasaan orangtua dan siswa, sehingga dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih suportif dan inklusif. 

Orangtua harus memberikan perhatian kepada guru dan pihak sekolah yang telah meluangkan waktu untuk mendengarkan, mengobservasi, dan memahami siswa mereka, baik dalam aspek akademis maupun non-akademis.

Untuk menghindari sikap tone deaf, orangtua perlu meningkatkan kesadaran sosial dan rasa saling mendukung. Ini berarti meluangkan waktu untuk mendengarkan anak, memahami apa yang mereka rasakan, dan memberikan dukungan yang tepat sesuai dengan kebutuhan anaknya. 

Orangtua yang peka dan peduli akan menciptakan lingkungan pendidikan yang lebih sehat, dimana anak merasa dihargai dan didukung. Bukan hanya dalam hal akademik, tetapi juga dalam perkembangan emosional dan sosial anak-anak.

Selain empati, penting juga untuk membangun budaya komunikasi terbuka di lingkungan pendidikan. 

Guru dan siswa harus merasa nyaman berbicara satu sama lain, saling memberikan umpan balik yang konstruktif tanpa takut merasa dihakimi. Dengan begitu, potensi terjadinya sikap tone deaf bisa diminimalisir karena semua pihak merasa didengar dan dihargai.

Begitu juga penting bagi orangtua untuk membangun komunikasi yang baik dengan pihak sekolah. Ini bisa dimulai dengan bersikap terbuka dalam berdiskusi dengan guru dan mengikuti perkembangan pendidikan anak dengan lebih aktif. 

Dengan begitu, orangtua dan sekolah bisa bekerjasama dalam mendukung proses belajar anak secara lebih efektif dan holistik.

Yuk, menghindari tone deaf sebagai orangtua dalam dunia pendidikan berarti memahami kondisi setiap anak begitu unik dengan kebutuhan, minat, dan tantangan mereka sendiri. Dengan menjadi orangtua yang peka dan empatik, itu tidak hanya membantu anak meraih kesuksesan akademik, tetapi juga membangun karakter yang lebih kuat dan siap menghadapi tantangan hidup.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun