Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Pengrusakan Tugu Zapin Pekanbaru Pengingat untuk Garuda di IKN

14 September 2024   06:51 Diperbarui: 14 September 2024   14:52 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sayang Pelindung dari pelat baja di Taman Kusuma Bangsa Ibu Kota Nusantara. (KOMPAS.com/HILDA B ALEXANDER)

Ketika menatap keagungan karya Nyoman Nuarta di Ibu Kota Nusantara (IKN), perasaan kagum seolah tak bisa terelakkan. Istana Garuda yang menjadi sebutan lain dari Istana Negara, dan Sayap Pelindung Taman Kusuma Bangsa bukan hanya sebuah mahakarya arsitektur, namun juga menjadi simbol kekuatan seni dan identitas bangsa. 

Nyoman Nuarta, seorang maestro dalam dunia seni patung, berhasil menciptakan karya monumental dalam skala yang sangat besar yang juga sarat makna. Proses pembuatan yang panjang dan menantang ini akhirnya berhasil dirampungkan, dan hasil akhirnya sungguh luar biasa.

Karya-karya monumental ini terbuat dari ribuan lembar struktur baja tahan cuaca (weathering steel), bahan yang dipilih secara cermat untuk memastikan ketahanan sekaligus keindahannya. Material ini dipilih karena dapat memberikan kekuatan struktural pada patung atau tugu yang dibangun. (sumber)

Penciptaannya melibatkan proses yang sangat detail dan presisi, dimana setiap potongan dirakit dengan keterampilan tinggi dan ketekunan yang luar biasa. Hal ini menunjukkan dedikasi luar biasa Nyoman Nuarta dalam setiap inci karyanya.

Sayang Pelindung dari pelat baja di Taman Kusuma Bangsa Ibu Kota Nusantara. (KOMPAS.com/HILDA B ALEXANDER)
Sayang Pelindung dari pelat baja di Taman Kusuma Bangsa Ibu Kota Nusantara. (KOMPAS.com/HILDA B ALEXANDER)

Istana Garuda dan Sayap Pelindung ini bukan hanya sekedar simbol arsitektur megah di IKN, tetapi juga lambang dari transformasi bangsa menuju masa depan yang lebih maju. 

Garuda, sebagai lambang kekuatan dan ketangguhan Indonesia, melambangkan semangat perjuangan yang abadi. Sementara Sayap Pelindung memberikan kesan keteduhan, perlindungan, dan ketenangan. Memang pesan simbolis yang disematkan juga patut diacungi jempol.

Di era modern ini, mahakarya seni seperti ini juga merupakan investasi besar bagi citra bangsa di mata dunia internasional. IKN bukan hanya ibu kota baru, tetapi juga wajah baru Indonesia di kancah global. 

Dengan karya-karya seperti ini, Indonesia menunjukkan bahwa bangsa ini tak hanya kaya akan sumber daya alam, tetapi juga memiliki kekayaan budaya dan seni yang bernilai sangat tinggi. 

Dengan dirampungkannya karya Nyoman Nuarta di IKN, harapan kini terletak pada bagaimana karya ini akan menjadi landmark bersejarah yang mampu menginspirasi banyak generasi. 

Kekuatan seni patung ini bukan hanya dalam bentuk fisiknya, tetapi dalam pesan yang terkandung di dalamnya. Seperti pesan kebersamaan, kekuatan, dan kemajuan.

Namun, di balik keindahan yang terpampang, tantangan besar tetap mengintai. Keberhasilan proyek ini menuntut upaya pemeliharaan yang serius agar keberadaannya tetap terjaga. 

Salah satu kekhawatiran yang patut diwaspadai adalah potensi ancaman dari oknum tidak bertanggung jawab yang mungkin berniat mencuri potongan pelat kuningan atau baja. 

Di banyak tempat, tindakan seperti ini bukanlah hal baru, dan perlu tindakan preventif untuk menjaga eksistensi karya ini.

Tugu Zapin di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Kini masih ditutupi jaring berwarna hitam pasca pelatnya dicuri. (foto Akbar Pitopang)
Tugu Zapin di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Kini masih ditutupi jaring berwarna hitam pasca pelatnya dicuri. (foto Akbar Pitopang)

Mari kita melihat nasib Tugu Zapin yang juga merupakan karya Nyoman Nuarta yang ada di Kota Pekanbaru.

Salah satu karya fenomenal yang membuktikan hal ini adalah Tugu Zapin di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Tugu ini berupa patung yang menggambarkan sepasang manusia (bujang dan dara) sedang menari dengan gemulai dalam Tari Zapin. 

Tugu Zapin berdiri megah sebagai simbol kekayaan budaya Melayu sekaligus bagian dari sejarah penting ketika dibangun menjelang Pekan Olahraga Nasional (PON) XVIII pada tahun 2012 silam. (sumber)

Karya monumental ini tak hanya menarik secara visual, tetapi juga membawa pesan mendalam tentang kebanggaan akan budaya tradisional. Patung sepasang penari Zapin ini dirancang dengan sangat detail, menggambarkan gerakan tari yang dinamis dan penuh makna. 

Keindahan gerak tubuh yang divisualkan lewat pelat-pelat kuningan dan baja menampilkan seni yang tak hanya bernilai estetika, tetapi juga menghidupkan kembali semangat budaya Melayu di tengah hiruk-pikuk kota yang semakin modern.

Namun, keindahan Tugu Zapin tak luput dari ancaman. Belakangan, tugu ini mengalami kerusakan yang sangat disayangkan. Beberapa bagian pelat kuningan yang menjadi elemen penting dalam karya ini telah dicuri, meninggalkan bagian yang menganga dan merusak keindahannya. 

Kerusakan ini terpaksa ditutupi dengan jaring hitam. Tentunya hal ini mengurangi pesona artistiknya atau estetikanya. 

Aksi pencurian ini tidak hanya merugikan secara estetika, tetapi juga mencoreng penghargaan kita terhadap seni dan budaya.

Pencurian ini mencerminkan rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga karya seni sebagai bagian dari identitas kota dan warisan budaya. 

Padahal, keberadaan tugu ini tidak hanya menjadi simbol budaya, tetapi juga sebagai monumen yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan. 

Bilah selubung Burung Garuda di Kawasan Istana Presiden di IKN, siap digunakan pada 17 Agustus 2024. (KOMPAS.com/HILDA B ALEXANDER)
Bilah selubung Burung Garuda di Kawasan Istana Presiden di IKN, siap digunakan pada 17 Agustus 2024. (KOMPAS.com/HILDA B ALEXANDER)

Tentu kita berharap kejadian seperti ini tidak terulang, khususnya pada karya-karya monumental lainnya yang telah tersebar di berbagai daerah, termasuk di Ibu Kota Nusantara (IKN). 

Karya-karya yang begitu monumental, seperti Istana Garuda dan Sayap Pelindung, harus dijaga dengan sebaik mungkin. 

Pengawasan perlu diperketat agar pelat-pelat yang membentuk keindahan karya seni tersebut tidak menjadi sasaran pencurian oknum tak bertanggung jawab.

Penghargaan terhadap karya seni, terutama yang berukuran besar dan monumental harus diwujudkan dalam bentuk tindakan nyata. Termasuk perawatan rutin dan pengawasan ketat. 

Seperti halnya tugu atau patung, yang sering menjadi bagian dari ruang publik sangat rentan terhadap tangan-tangan jahil yang tidak memahami nilai estetika dan sejarah yang terkandung dalam setiap karya tersebut.

Upaya ini tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat secara luas. 

Penjagaan terhadap karya seni monumental harus menjadi kesadaran bersama, karena karya-karya ini merupakan simbol dari kebanggaan kita sebagai bangsa. 

Tugu Zapin, yang seharusnya menjadi ikon kebanggaan Pekanbaru dan atau masyarakat melayu di Riau. kini menjadi contoh betapa pentingnya menjaga dan merawat karya seni agar tetap berdiri megah tanpa cacat.

Jangan sampai nasib Garuda sama dengan Tugu Zapin di Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)
Jangan sampai nasib Garuda sama dengan Tugu Zapin di Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)

Kedepannya, kita berharap Tugu Zapin bisa direstorasi dan kembali memancarkan keindahannya, seperti saat pertama kali diresmikan. 

Keindahan seni ini harus tetap lestari, bukan hanya untuk kita, tetapi juga untuk generasi mendatang yang berhak menyaksikan mahakarya budaya tanpa kerusakan.

Masyarakat perlu memahami pentingnya menjaga warisan budaya dan seni yang telah menjadi bagian dari identitas nasional. Ketahanan sebuah karya seni tidak hanya bergantung pada kekuatan materialnya, tetapi juga pada komitmen bersama untuk melindunginya.

Nah, kesadaran akan pentingnya melindungi warisan seni menjadi refleksi penting bagi kita semua. Karya seni monumental seperti Tugu Zapin, dan karya-karya Nyoman Nuarta di IKN dan seluruh Indonesia, adalah cerminan dari peradaban bangsa yang harus kita jaga dengan sepenuh hati.

Nyoman Nuarta sekali lagi membuktikan bahwa seni tidak hanya tentang keindahan visual, tetapi juga tentang kekuatan simbolis yang mampu menggerakkan jiwa bangsa.

Semoga, Istana Garuda dan Sayap Pelindung tetap terjaga. Jangan sampai mengalami nasib yang sama dengan Tugu Zapin di Provinsi Riau.

Karena seni bukan sekadar hiasan, melainkan cerminan dari budaya, sejarah, dan identitas bangsa. Dan karya ini bisa menjadi simbol kebanggaan bagi Indonesia selamanya. 

Penjagaan terhadap karya monumental adalah penjagaan terhadap identitas bangsa. Sekaligus menjaga warisan budaya yang menjadi cermin dari sejarah untuk masa depan bangsa yang gemilang. Insya Allah.

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun