Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Museum sebagai Portal Pembelajaran di Era Kurikulum Merdeka

7 September 2024   17:36 Diperbarui: 7 September 2024   17:40 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Museum Sang Nila Utama di Taman Budaya Riau di Kota Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)

Kenapa sih sekolah harus mengajak siswa ke museum?

Mengunjungi museum merupakan salah satu cara terbaik untuk menambah wawasan dan memperkaya pengetahuan. Museum tidak hanya menyajikan artefak sejarah, tetapi juga berfungsi sebagai jendela pengetahuan tentang kebudayaan, seni, dan peradaban. 

Bagi siswa, belajar di museum memberikan pengalaman berbeda dibandingkan belajar di kelas, karena mereka bisa langsung melihat benda-benda bersejarah dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.

Dalam dunia yang serba digital seperti saat ini, seringkali museum dianggap sebagai tempat yang membosankan, padahal justru di sinilah kekayaan ilmu pengetahuan dapat digali secara mendalam. 

Museum Sang Nila Utama di Taman Budaya Riau di Kota Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)
Museum Sang Nila Utama di Taman Budaya Riau di Kota Pekanbaru. (foto Akbar Pitopang)

Saat ini, di Museum Sang Nila Utama dan Taman Budaya Melayu Riau, Kota Pekanbaru, sedang berlangsung Festival Budaya Melayu, sebuah perayaan budaya yang sangat penting untuk dilestarikan. 

Festival ini menyajikan beragam kegiatan yang bukan hanya menampilkan kekayaan seni dan budaya Melayu, tetapi juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk merasakan atmosfer pembelajaran di luar kelas yang lebih interaktif dan inspiratif.

Festival Budaya Melayu ini tidak sekadar memamerkan koleksi museum, tetapi juga menampilkan pertunjukan seni tradisional, workshop budaya, maupun pameran-pameran yang menuangkan nilai-nilai kearifan lokal. 

Bagi para siswa, mengunjungi museum dan mengikuti festival ini adalah kesempatan emas untuk mengenal lebih dalam warisan budaya bangsa. Serta memahami bagaimana kebudayaan telah berkontribusi dalam membentuk identitas nasional.

Tampak guru menjelaskan pengetahuan sejarah kepada anak didik. (foto Akbar Pitopang)
Tampak guru menjelaskan pengetahuan sejarah kepada anak didik. (foto Akbar Pitopang)

Salah satu keunggulan dilaksanakannya kegiatan ini adalah belajar bersama di museum, dimana para siswa di lingkungan Kota Pekanbaru diundang untuk mengeksplorasi koleksi museum dan ikut serta dalam sesi belajar interaktif bersama teman dan guru. 

Ini merupakan strategi yang brilian untuk mengajak generasi muda lebih mencintai budaya mereka dan menyadari betapa pentingnya melestarikan sejarah untuk masa depan.

Tidak hanya itu, festival ini juga memberi ruang bagi para siswa untuk berinteraksi langsung dengan para seniman dan budayawan, yang lagi-lagi tentunya akan memperkaya pengalaman mereka. 

Berbagai karya seni, pameran kain nusantara, hingga pameran fotografi, dan pertunjukan musik tradisional, dapat dilihat langsung oleh pengunjung sehingga akan memperkuat pemahaman akan keragaman budaya Indonesia.

Para siswa mengamati diorama dan menambah wawasan mereka. (foto Akbar Pitopang)
Para siswa mengamati diorama dan menambah wawasan mereka. (foto Akbar Pitopang)

Menjadikan museum sebagai pusat pembelajaran adalah langkah visioner, karena disinilah siswa dapat memahami konteks sejarah secara lebih nyata. 

Artefak yang dipajang tidak hanya menjadi saksi bisu perjalanan sejarah, tetapi juga menjadi sumber inspirasi dan refleksi bagi siswa maupun masyarakat  yang ingin mendalami lebih jauh tentang kebudayaan yang ada.

Museum seringkali dianggap sebagai tempat yang sunyi dan penuh barang antik, namun jika dipandang dari sisi positifnya, museum adalah wahana ilmu pengetahuan yang luar biasa. 

Di dalamnya tersimpan jejak-jejak sejarah yang bisa menjadi sumber inspirasi bagi generasi muda. 

Barang-barang yang dipamerkan di museum bukan sekadar benda mati, melainkan pintu masuk menuju kisah-kisah masa lalu yang berharga. 

Setiap artefak, lukisan, atau diorama yang dipajang memiliki cerita tersendiri yang dapat mengajarkan nilai-nilai sejarah dan budaya. 

Dengan mempelajari benda-benda ini, para siswa tidak hanya memahami masa lalu, tetapi juga mendapat perspektif baru tentang bagaimana masa lalu mempengaruhi masa kini.

Suasana di dalam Museum Sang Nila Utama, yang kental akan budaya melayu di Riau. (foto Akbar Pitopang)
Suasana di dalam Museum Sang Nila Utama, yang kental akan budaya melayu di Riau. (foto Akbar Pitopang)

Di era Kurikulum Merdeka yang mengusung semangat "Merdeka Belajar", museum bisa menjadi sarana pembelajaran yang ideal. 

Konsep belajar yang fleksibel dan interaktif dapat diwujudkan dengan mengajak siswa belajar di luar kelas, salah satunya melalui kunjungan ke museum. 

Belajar di museum memberi ruang bagi siswa untuk belajar secara kontekstual, dimana mereka bisa melihat langsung dan memahami materi pelajaran melalui benda-benda yang dapat diamati secara jelas dan nyata.

Pembelajaran di museum juga mengembangkan rasa ingin tahu siswa. Mereka diajak untuk bertanya, menganalisis, dan bahkan berdiskusi tentang berbagai hal yang mereka temukan disana. 

Dengan metode ini, siswa juga aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Ini adalah bentuk pendidikan yang akan lebih mendalam dan berkesan.

Kain Songket yang ada di Museum Sang Nila Utama. (foto Akbar Pitopang)
Kain Songket yang ada di Museum Sang Nila Utama. (foto Akbar Pitopang)

Museum juga menawarkan peluang untuk memahami keragaman sosial dan budaya. Benda-benda yang dipamerkan menggambarkan berbagai aspek kehidupan masyarakat di masa lampau, mulai dari teknologi, seni, hingga kehidupan sehari-hari. 

Dengan memahami ini, para siswa diajak untuk menghargai kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki bangsa kita, sekaligus menumbuhkan rasa cinta tanah air.

Tidak hanya itu, museum juga berfungsi sebagai laboratorium pengetahuan sosial. Dalam suasana yang berbeda dari kelas, siswa belajar berinteraksi dengan sejarah, budaya, dan sesama pengunjung. 

Para siswa bisa belajar menghargai perbedaan, meresapi nilai-nilai yang diajarkan lewat diorama, dan berkolaborasi dengan teman-teman dalam memahami konteks sejarah yang lebih luas.

Layang Kuau Raja Tebuk Isi dari Riau. (foto Akbar Pitopang)
Layang Kuau Raja Tebuk Isi dari Riau. (foto Akbar Pitopang)

Museum juga menjadi tempat yang ideal untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi. Siswa bisa terinspirasi oleh karya seni atau inovasi masa lalu, yang bisa menjadi landasan bagi ide-ide kreatif mereka di masa depan. 

Melalui kunjungan museum, mereka dapat belajar bagaimana orang-orang di masa lalu menemukan solusi kreatif untuk tantangan yang mereka hadapi, dan itu bisa menjadi pelajaran berharga dalam menghadapi masalah masa kini dan nanti.

Tanjak yang dipakai oleh lelaki di Riau yang dipajang di Museum Sang Nila Utama. (foto Akbar Pitopang)
Tanjak yang dipakai oleh lelaki di Riau yang dipajang di Museum Sang Nila Utama. (foto Akbar Pitopang)

Kurikulum Merdeka mengajarkan bahwa belajar tidak terbatas pada dinding kelas, dan museum adalah salah satu tempat di mana pembelajaran yang kaya dan bermakna bisa terjadi. 

Melalui kunjungan ke museum, siswa dapat memperoleh perspektif yang lebih luas tentang dunia di sekitar mereka. 

Ini akan membantu mereka menjadi individu yang lebih berpengetahuan dan terbuka terhadap segala sesuatu yang bernilai positif.

Tampak orangtua bersama anak-anaknya ke museum. (foto Akbar Pitopang)
Tampak orangtua bersama anak-anaknya ke museum. (foto Akbar Pitopang)

Mari jadikan museum sebagai bagian integral dari perjalanan pendidikan anak-anak kita. 

Museum bukan hanya tempat untuk melihat benda-benda tua, tetapi juga arena untuk menggali ilmu pengetahuan, mengembangkan kreativitas, dan membangun pemahaman yang lebih mendalam tentang dunia yang kita tinggali.

Nah, festival ini berakhir pada Minggu, 8 September 2024, merupakan momentum yang tidak boleh dilewatkan. 

Bagi mereka yang belum sempat mengunjungi Museum Sang Nila Utama, ada baiknya untuk segera datang dan merasakan sendiri kekayaan budaya yang tersaji di sini.

Pameran Kain Nusantara pada Festival Budaya Melayu, yang masih akan berlangsung hingga Ahad, 8 September 2024. (foto Akbar Pitopang) 
Pameran Kain Nusantara pada Festival Budaya Melayu, yang masih akan berlangsung hingga Ahad, 8 September 2024. (foto Akbar Pitopang) 

Melalui kegiatan semacam ini, museum kembali menunjukkan peran vitalnya sebagai penjaga sejarah dan penyampai ilmu pengetahuan bagi generasi muda.

Jadi, manfaatkan kesempatan ini untuk memperdalam kecintaan terhadap budaya dan sejarah melalui kunjungan ke museum. 

Mengajak siswa belajar di museum bukan hanya memberi mereka pengalaman yang berbeda, tetapi juga membentuk generasi yang menghargai dan melestarikan warisan budaya bangsa.

Apakah Anda setuju dan kembali berminat mengunjungi museum?

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
[Guru muda mengajar di Pekanbaru]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun