Lebih parahnya, persaingan semacam ini dapat memicu perselisihan dan pertengkaran di antara siswa. Ketika satu anak diintimidasi karena tidak mampu "bersaing" maka perasaan marah atau cemburu dapat timbul.Â
Ini tidak hanya merusak hubungan mereka, tetapi juga dapat mempengaruhi iklim kelas secara keseluruhan. Di sinilah peran guru dan orang tua sangat diperlukan untuk memandu dan mengawasi perilaku anak-anak agar tidak berkembang menjadi konflik yang lebih serius.
Para orangtua mengajari anak-anak untuk menolak permintaan teman yang meminta uang atau imbalan lainnya merupakan langkah penting dalam pembentukan karakter.Â
Anak-anak perlu belajar untuk mengatakan tidak dengan cara yang baik, tanpa harus merasa bersalah atau takut kehilangan teman.Â
Hal itu akan membantu mereka mengembangkan rasa percaya diri dan kemandirian, serta menghindarkan mereka dari perasaan terpaksa atau dimanfaatkan oleh orang lain.
Orang tua juga perlu terlibat aktif dalam memantau bagaimana anak-anak mereka menggunakan uang jajan.Â
Mengobrol tentang keuangan sederhana bisa menjadi bagian dari pendidikan informal di rumah. Orang tua bisa mencontohkan dengan memberi alokasi uang jajan yang secukupnya dan mengajarkan anak untuk membuat prioritas dalam penggunaannya.
Orang tua perlu berkomunikasi dengan anak-anak mereka tentang bahaya dari praktik semacam ini. Mengajarkan bahwa persahabatan sejati tidak bisa diukur dengan uang adalah langkah penting dalam membentuk karakter anak yang kuat dan mandiri.Â
Anak-anak perlu memahami bahwa hubungan yang sehat dibangun atas dasar saling menghormati dan kesetaraan, bukan atas dasar siapa yang bisa menawarkan lebih banyak "bonus" kepada temannya.
Lalu, di sini peran guru juga menjadi krusial ---bukan hanya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai pengamat dan pemandu kehidupan sosial--- yang membantu anak didik memahami dan mengarahkan pola pertemanan ke arah yang positif.