Membangun sekolah yang ramah anak bukanlah sekadar label atau sertifikasi, melainkan sebuah komitmen berkelanjutan yang melibatkan seluruh elemen sekolah. Meski suatu sekolah sudah berstatus "sekolah ramah anak", upaya untuk terus mewujudkan lingkungan yang aman dan nyaman bagi siswa tetap harus dilaksanakan secara konsisten. Mengapa demikian? Karena menciptakan sekolah yang benar-benar ramah anak membutuhkan perhatian terhadap berbagai aspek yang lebih luas dari sekadar tampilan fisik.
Pertama-tama, pentingnya menciptakan lingkungan yang bebas dari bullying tak bisa diabaikan. Bullying adalah ancaman serius yang dapat merusak mental dan emosi anak didik. Sekolah perlu memiliki kebijakan anti-bullying yang tegas serta program pendukung yang melibatkan siswa, guru, dan orang tua.Â
Dengan begitu, anak-anak merasa dilindungi dan dihargai di sekolah, serta tumbuh dengan rasa percaya diri yang kuat.
Selain itu, Kurikulum Merdeka dan metode pembelajaran juga harus dirancang agar ramah anak. Ini berarti, pembelajaran harus menyesuaikan dengan kebutuhan individu siswa, bukan sebaliknya.Â
Pendekatan yang lebih fleksibel dan humanis, seperti pembelajaran terdiferensiasi, dapat menjadi solusi untuk memastikan setiap anak mendapatkan pengalaman belajar yang positif dan memotivasi.
Nah, dari segi fasilitas, sekolah juga harus memperhatikan aspek keselamatan fisik siswa. Fasilitas yang tidak memadai atau berbahaya, seperti tangga yang licin, gedung yang tidak terawat, atau area bermain yang tidak aman, dapat menimbulkan risiko yang besar.Â
Oleh karena itu, inspeksi rutin dan perbaikan yang cepat harus menjadi prioritas untuk mencegah kecelakaan.
Pada kesempatan kali ini, itulah yang harus menjadi perhatian dan penting sekali bagi kita.
Sekolah bukan hanya tempat belajar, tetapi juga lingkungan kedua bagi siswa setelah rumah. Oleh karena itu, fasilitas atau sarana prasarana yang ada di sekolah harus selalu memberikan rasa aman, terutama bagi siswa jenjang dasar atau SD.Â
Di usia ini, anak-anak cenderung aktif berlari, melompat, dan bermain dengan gaya yang sering kali impulsif dan penuh energi. Meski semua ini adalah bagian dari proses tumbuh kembang mereka, potensi bahaya tetap harus diantisipasi.
Mitigasi risiko sejak dini menjadi langkah krusial yang harus dilakukan secara konsisten. Fasilitas sekolah harus selalu dalam kondisi prima dan bebas dari potensi bahaya.Â
Mulai dari ruang kelas, tangga, hingga area bermain, semua harus dipastikan aman dan nyaman untuk digunakan. Inspeksi rutin dan pemeliharaan yang tepat waktu adalah kunci untuk mencegah kerusakan yang bisa menjadi sumber kecelakaan.
Bagi sekolah dasar, perhatian ekstra perlu diberikan karena siswa di jenjang ini belum sepenuhnya sadar akan resiko di sekitarnya. Misalnya, lantai yang licin atau tangga yang tidak dilengkapi pegangan dapat dengan mudah menjadi ancaman.Â
Bahkan peralatan bermain yang rusak atau tidak terawat bisa menjadi jebakan berbahaya. Oleh karena itu, sekolah harus memastikan semua fasilitas dalam kondisi aman dan sesuai standar keselamatan.
Namun, mitigasi bukan hanya soal memeriksa dan memperbaiki fasilitas yang rusak. Ini juga mencakup edukasi kepada siswa tentang keselamatan.Â
Anak-anak perlu diberi pemahaman tentang cara bermain yang aman dan bagaimana menghindari situasi yang berisiko. Ini bisa dilakukan melalui pendekatan yang menyenangkan dan mudah dipahami, sehingga siswa tetap bisa belajar sambil bermain/berinteraksi dengan aman.
Sekolah adalah tempat bagi anak-anak kita menghabiskan sebagian besar waktu untuk belajar dan berkembang. Oleh karena itu, tanggung jawab pihak sekolah dalam memastikan keselamatan siswa tidak bisa dianggap enteng.Â
Setiap sudut sekolah harus diperhatikan dengan seksama untuk mengidentifikasi potensi bahaya yang mungkin mengancam keselamatan siswa. Dari lantai hingga jendela, semuanya harus dalam kondisi sempurna untuk mencegah terjadinya kecelakaan.
Salah satu contoh konkret adalah lantai atau keramik yang rusak. Meski terlihat sepele, keramik yang pecah atau sisinya tajam bisa menjadi ancaman serius. Siswa yang aktif berlarian di koridor bisa saja terpeleset atau terluka akibat lantai yang tidak rata atau tajam. Oleh karena itu, perbaikan harus dilakukan segera. Sekolah tidak boleh menunggu hingga terjadi kecelakaan baru mengambil tindakan.
Contoh lainnya adalah jendela kaca yang retak. Meskipun keretakan terlihat kecil dan tidak berbahaya, potensi risiko tetap ada. Kaca yang retak bisa pecah kapan saja, dan serpihannya dapat menyebabkan luka serius. Langkah paling bijak adalah segera mengganti atau membuang kaca yang retak tersebut. Keselamatan siswa harus menjadi prioritas utama, dan tidak boleh ada kompromi dalam hal ini.
Kecepatan dalam menyingkirkan semua potensi bahaya adalah hal yang mutlak. Proaktif lebih baik daripada reaktif; artinya, sekolah harus selalu berada satu langkah di depan dalam mengantisipasi masalah keselamatan. Ini bukan hanya soal mencegah kecelakaan, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi semua siswa.
Selain itu, kesadaran dan kepekaan terhadap detail-detail kecil yang berpotensi membahayakan perlu ditingkatkan. Guru, staf sekolah, hingga siswa itu sendiri harus dilibatkan dalam menjaga keselamatan.Â
Membangun budaya peduli terhadap keselamatan di lingkungan sekolah akan membuat semua pihak lebih waspada dan siap menghadapi potensi risiko.
Sekolah yang benar-benar peduli terhadap keselamatan siswa adalah sekolah yang tidak hanya merespons ketika ada masalah, tetapi juga aktif dalam mencegahnya. Dengan perhatian yang teliti dan tindakan yang cepat, sekolah dapat menjadi tempat yang benar-benar aman bagi siswa untuk belajar, bermain, dan berkembang tanpa rasa khawatir.
Keterlibatan seluruh pihak  --guru, orang tua, dan bahkan siswa itu sendiri-- sangat penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang aman. Guru dan staf sekolah harus sigap mengidentifikasi potensi bahaya dan segera mengambil tindakan yang diperlukan. Orang tua juga bisa turut serta dengan memberikan saran atau melaporkan jika ada fasilitas yang memerlukan perhatian khusus.
Pendidikan memang harus mengikuti perkembangan teknologi dan sosial. Akan tetapi, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar keamanan dan kesejahteraan anak. Sekolah ramah anak adalah sekolah yang terus beradaptasi dengan perubahan zaman.Â
Hanya dengan cara inilah kita bisa memastikan bahwa sekolah benar-benar menjadi tempat yang mendukung masa depan anak-anak, memberikan mereka rasa aman, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi dunia dengan percaya diri dan penuh harapan.
Mewujudkan fasilitas sekolah yang aman adalah upaya bersama yang memerlukan komitmen jangka panjang. Dengan mitigasi yang konsisten dan kesadaran akan pentingnya keselamatan siswa.
Kita dapat memastikan bahwa sekolah menjadi tempat yang benar-benar aman bagi anak-anak kita untuk belajar, bermain, dan berkembang tanpa rasa khawatir. Aamiin..
Semoga bermanfaat..
*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H