Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Menyingkap Paradoks Keberagaman: Hijab dan Paskibraka

15 Agustus 2024   14:15 Diperbarui: 19 Agustus 2024   14:07 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi via kompas.id)

Kata "keseragaman" seringkali disalah artikan, dan kasus dugaan pelarangan hijab dalam Paskibraka di IKN adalah contoh nyata dari salah kaprah ini. Dengan alasan menciptakan keseragaman, anggota Paskibraka perempuan diduga diminta untuk melepas hijab mereka. 

Pertanyaannya, mengapa sesuatu yang menjadi identitas personal dan spiritual harus diseragamkan? Apakah benar keseragaman yang dicari, atau justru penyamarataan yang meminggirkan hak-hak individu?

Pancasila dan UUD 1945, sebagai dasar negara, telah dengan tegas mengakui kebebasan beragama dan kebebasan untuk menjalankan keyakinan. 

Sila pertama menggarisbawahi hak setiap warga negara untuk menganut dan menjalankan agamanya, tanpa paksaan atau diskriminasi. Dalam konteks ini, pelarangan hijab bukan hanya mengabaikan hak fundamental tersebut, tetapi juga melanggar prinsip keadilan yang seharusnya dipegang teguh dalam setiap kebijakan nasional.

Keseragaman seharusnya tidak berarti penyeragaman identitas. Justru, kekuatan Indonesia terletak pada kemampuannya untuk memadukan keberagaman dalam bingkai persatuan. 

Ketika seorang anggota Paskibraka memilih untuk mengenakan hijab, itu bukanlah sebuah gangguan terhadap keseragaman, melainkan ekspresi dari kekayaan budaya dan keyakinan yang ada di negeri ini. 

Mengabaikan hal ini sama saja dengan menutupi jati diri bangsa yang sebenarnya. Tidak bisa dipungkiri, tindakan seperti ini bisa dianggap sebagai bentuk ketidakadilan bagi mereka yang ingin menjalankan keyakinan agamanya. 

Paskibraka bukan sekadar tentang baris-berbaris atau kekompakan dalam pengibaran bendera negara kita, tetapi tentang penghormatan terhadap nilai-nilai nasional, termasuk di dalamnya penghargaan terhadap keberagaman. 

Saat identitas keagamaan diabaikan demi alasan keseragaman, kita sebenarnya sedang mempersempit makna persatuan itu sendiri.

Jika keseragaman yang diinginkan berarti mengorbankan identitas dan keyakinan, maka mungkin sudah saatnya kita mempertanyakan kembali makna dari persatuan dan kesatuan yang selalu kita banggakan. 

Keberagaman adalah bagian integral dari Indonesia, dan itu harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam Paskibraka. Mari menjaga agar nilai-nilai Pancasila benar-benar hidup dalam praktik, bukan hanya dalam pidato dan slogan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun