Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jadilah "Smart People" di Era Ketergantungan Smartphone

9 Agustus 2024   14:00 Diperbarui: 10 Agustus 2024   06:08 720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengunaan smartphone. (pexels.com/MART PRODUCTION)

Mari menjadikan smartphone sebagai teman baik yang membantu, bukan musuh dalam selimut yang mengendalikan kita sepenuhnya.

Ilustrasi kecanduan penggunaan smartphone. (myella via Kompas.com
Ilustrasi kecanduan penggunaan smartphone. (myella via Kompas.com

Menjaga Keseimbangan Hidup di Era Smartphone

Di era digital ini, smartphone bukan sekadar alat komunikasi, melainkan pusat kendali untuk segala aspek kehidupan kita, dari urusan pribadi, pekerjaan, hingga berinteraksi di media sosial. 

Sulit membayangkan hidup tanpa smartphone, karena perangkat ini sudah menjadi bagian dari rutinitas harian kita. 

Setiap detik yang kita habiskan untuk scrolling atau chatting seakan menjadi kebutuhan yang tak terelakkan. Namun, dibalik manfaatnya yang luar biasa, kita perlu menyadari pentingnya keseimbangan dalam penggunaannya.

Kehidupan nyata menawarkan warna dan keindahan yang tak tergantikan oleh dunia digital. Memusatkan seluruh perhatian pada layar smartphone bisa membuat kita kehilangan momen-momen berharga dalam kehidupan sehari-hari. 

Sementara kita sibuk memperbarui status atau menjawab pesan, ada hal-hal sederhana namun bermakna yang terjadi di sekitar kita. Seperti senyuman anak, obrolan ringan dengan pasangan, atau sekadar menikmati matahari terbenam di sore hari. Semua kebahagiaan sejati yang kita cari sebenarnya ada di dunia nyata, bukan di balik layar smartphone.

Smartphone memang bisa menjadi asisten yang luar biasa, memudahkan kita mengatur jadwal, kerja secara efisien, dan tetap terhubung dengan orang-orang. Namun, ketika pemanfaatannya tidak terkontrol, perangkat ini bisa berubah menjadi sumber stres dan kecemasan. 

Fenomena technostress adalah bukti nyata bahwa kemajuan teknologi, jika tidak diimbangi dengan penggunaan yang bijak, bisa menjadi pedang bermata dua. Bukannya mempermudah hidup, smartphone malah bisa membuat kita merasa terbebani dan ketergantungan.

Untuk itu, penting bagi kita untuk menetapkan batasan dalam penggunaan smartphone. Dengan membatasi smartphone, kita bisa lebih hadir dan menikmati momen-momen penting dalam kehidupan nyata. 

Keseimbangan ini akan membantu kita untuk tetap produktif di dunia digital tanpa mengorbankan kebahagiaan dan kesehatan mental kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun