Smartphone telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern kita saat ini. Mulai dari bangun tidur hingga menjelang malam, perangkat canggih yang satu ini tak pernah jauh dari genggaman kita.Â
Entah untuk urusan pekerjaan, berkomunikasi dengan teman dan keluarga, atau sekadar mengecek media sosial, smartphone seolah menjadi "teman hidup" yang selalu setia menemani. Namun, dibalik semua kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan, ada harga yang harus dibayar. Yakni, ketergantungan yang berlebihan dan dampak negatif terhadap keseimbangan hidup.
Ketergantungan pada smartphone seringkali tanpa disadari mengarah pada apa yang disebut dengan "technostress", yaitu stres yang muncul akibat penggunaan teknologi yang berlebihan. Hal ini tidak hanya mengganggu kesehatan mental, tetapi juga dapat merusak hubungan sosial dan produktivitas kita sehari-hari.Â
Banyak dari kita yang merasa tidak nyaman jika jauh dari smartphone, seolah-olah ada yang hilang atau kurang lengkap. Kecanduan ini bisa mempengaruhi pola tidur, konsentrasi, dan bahkan menimbulkan rasa cemas (baca: stres).
Sebagai respons terhadap technostress, muncul tren "dumb phone" ---handphone yang hanya memiliki fitur dasar seperti telepon dan SMS. Kembali ke era dimana handphone hanya berfungsi sebagai alat komunikasi sederhana, para penggemar dumb phone berusaha mencari kedamaian dengan mengurangi tekanan digital yang tak henti-hentinya menyerbu. Ini adalah salah satu cara untuk mengembalikan kendali atas hidup yang sempat hilang di tengah derasnya arus teknologi dan informasi.
Namun, tak bisa dipungkiri bahwa hidup tanpa smartphone di era modern ini terasa mustahil. Dunia saat ini menuntut kita untuk terus terhubung dan terinformasi. Menolak smartphone sepenuhnya mungkin seperti mundur ke zaman purba, dimana informasi tidak semudah didapat dan komunikasi terhambat oleh jarak dan waktu.Â
Karena itu, daripada melarikan diri dari teknologi, kita perlu mencari cara untuk menjalin hubungan yang lebih sehat dan seimbang dengan smartphone.
Kita juga harus sadar bahwa teknologi seharusnya menjadi alat yang membantu, bukan menjadi beban. Dengan penggunaan yang bijak, smartphone bisa menjadi asisten pribadi yang efisien tanpa mengambil alih kehidupan kita sepenuhnya.Â
Mengambil jeda dari layar handphone, menyisihkan waktu untuk refleksi, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup akan membantu kita meraih keseimbangan yang didambakan.
Smartphone adalah seperti semua alat, tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Dengan bijak mengatur interaksi kita dengan smartphone, kita bisa menikmati manfaatnya tanpa terjebak dalam kecanduan yang merusak atau membahayakan.Â