Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Keluarga Bukan Sekadar Follower, Bisa Cegah Anak Jadi "Monster"

31 Juli 2024   20:24 Diperbarui: 1 Agustus 2024   05:40 1117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam hal ini, saya punya sebuah pengalaman. Saya sempat berjumpa dengan seorang anak yang menawarkan barang untuk dijual. Lalu, saya menanyakan asal sekolah anak tersebut. Ternyata di sekolahnya ada guru yang saya kenal. Yang kemudian mengungkap fakta bahwa orangtuanya lebih sibuk ber-tiktok ria daripada memperhatikan perkembangan anaknya. Orangtuanya kurang peduli dengan proses belajar anaknya di sekolah karena sibuk dengan media sosial.

Hal ini menunjukkan pentingnya pengawasan bukan hanya untuk anak-anak, tetapi juga bagi para orangtua.

Saling follow antar anggota keluarga di media sosial dapat berfungsi sebagai bentuk kontrol sosial yang efektif. Ini bukan sekadar untuk mengetahui aktivitas anak, tetapi juga untuk memantau perilaku orangtua. Di era dimana media sosial menjadi primadona, banyak orangtua yang terjebak dalam tren dan konten viral. Seringkali orangtua mengabaikan tanggung jawab mereka sebagai pendidik pertama bagi anak-anak dan keluarga. 

Dengan adanya interaksi dan pengawasan dari anggota keluarga lainnya, orangtua dapat lebih sadar akan tindak-tanduk dan tanggung jawab di dunia digital.

Dengan saling follow juga dapat meminimalisir perilaku tidak pantas yang mungkin muncul dari orangtua di media sosial. Misalnya, seperti berbagi konten yang tidak sesuai atau berpartisipasi dalam komentar yang "berisiko". 

Orangtua mungkin akan lebih berhati-hati dalam memilih konten yang akan dibagikan. Hal ini bukan hanya melindungi reputasi keluarga, tetapi juga memberikan contoh yang baik bagi anak-anak dan generasi muda tentang bagaimana menggunakan media sosial secara bijak.

Ketika anggota keluarga sama-sama berada di media sosial, ada kesempatan untuk saling belajar dan berbagi pengalaman. Orangtua bisa memberikan arahan tentang etika digital, sementara anak-anak bisa mengajarkan teknologi atau fitur-fitur terbaru. 

Interaksi ini tidak hanya memperkuat ikatan keluarga tetapi juga meningkatkan literasi digital secara keseluruhan.

Orangtua perlu bersinergi dengan pihak sekolah mengedukasi anak didik tentang akses gadget yang bertanggung jawab. (foto Akbar Pitopang)
Orangtua perlu bersinergi dengan pihak sekolah mengedukasi anak didik tentang akses gadget yang bertanggung jawab. (foto Akbar Pitopang)

Follow Media Sosial dan "Controlling" terhadap Karakter dan Proses Belajar Anak

Di era kecerdasan buatan (artificial intelligence), media sosial turut menjadi arena penting bagi pembentukan karakter anak. Dengan beragam konten berbasis AI yang tersebar, baik yang mendidik maupun yang kurang pantas, pengawasan menjadi sangat krusial. 

Sebagai seorang guru, saya sering menemui situasi dimana anak-anak terpapar konten negatif, baik saya temukan secara sengaja maupun tidak sengaja. Akan tetapi, hal ini sering terjadi tanpa sepengetahuan orangtua, yang terkadang kurang aktif memantau aktivitas anak mereka di dunia maya. Saling follow di media sosial menjadi langkah awal yang penting, tetapi tidak cukup jika anak-anak menyembunyikan aktivitas mereka.

Orangtua kerap terkejut saat diberitahu tentang konten-konten yang kurang pantas yang diakses oleh anak-anak mereka. Ini menunjukkan bahwa masih banyak anak yang berusaha menyembunyikan aktivitas online mereka dari orangtua. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun