Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Efektivitas Kebijakan Penghapusan Jurusan IPA, IPS, dan Bahasa di SMA

29 Juli 2024   05:05 Diperbarui: 29 Juli 2024   09:28 1634
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemendikbud telah memutuskan untuk menghapus penjurusan IPA, IPS, dan Bahasa pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) mulai Tahun Pelajaran 2024-2025. Kebijakan ini telah diusulkan sejak pengenalan Kurikulum Merdeka. Langkah ini tentu mengundang perhatian berbagai kalangan, dari pihak sekolah, guru, siswa, orangtua, masyarakat, hingga warganet. Apakah kebijakan ini diharapkan dapat membawa angin segar dalam dunia pendidikan Indonesia?

Sejak kurikulum yang lama, siswa SMA di Indonesia harus memilih jurusan ketika naik ke Kelas XI. Jurusan klasik seperti IPA, IPS, dan Bahasa sudah menjadi bagian dari sistem pendidikan di SMA. 

Namun, apakah sistem penjurusan ini masih relevan di era digital dan globalisasi yang penuh dinamika seperti sekarang?

Dunia kerja dan industri masa depan semakin menuntut kemampuan beradaptasi dan pengetahuan lintas disiplin. Dengan menghapus penjurusan, siswa SMA diharapkan dapat mengeksplorasi bidang studi atau mata pelajaran tanpa terkungkung dalam satu jalur tertentu. 

Dunia kerja dan dunia kampus tetap menuntut siswa untuk mengembangkan keterampilan yang siap menghadapi tantangan masa depan yang tak terduga. Kepada siswa tetap ditekankan untuk menyadari pentingnya critical thinking, creativity, collaboration, dan communication.

Tentu saja, adanya kebijakan penghapusan jurusan IPA, IPA dan Bahasa ini membawa tantangan tersendiri bagi sekolah. Serta penyediaan fasilitas penunjang dan komposisi guru menjadi faktor krusial. 

Implementasi yang baik dari kebijakan ini membutuhkan dukungan yang memadai bagi para pendidik dan satuan pendidikan. 

Yang sangat penting adalah sekolah harus mampu menyusun kurikulum yang holistik dan fleksibel, agar mengakomodasi berbagai minat dan kebutuhan siswa agar dapat berdaya saing tinggi.

Mengurai Polemik dalam Pembagian Jurusan di SMA

Pembagian jurusan di SMA seringkali menjadi sumber polemik yang memicu kecemburuan sosial di kalangan siswa. Fenomena ini terjadi karena siswa jurusan IPA dianggap lebih unggul dan mendapatkan prioritas dari sekolah. 

Di zaman dulu, kondisi ini semakin diperparah oleh kebijakan pemerintah daerah yang memberikan bantuan hanya kepada siswa jurusan IPA, sementara siswa dari jurusan lain seperti IPS dan Bahasa tidak mendapat perhatian serupa. Ketimpangan ini menciptakan ketidakadilan yang terasa nyata di lingkungan sekolah.

Sekolah dan guru seringkali memberikan perhatian yang lebih kepada siswa jurusan IPA. Mereka dianggap memiliki potensi lebih tinggi dalam bidang akademik dan masa depan yang lebih cerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun