Hobi seharusnya menjadi tempat kita menemukan kebahagian, bukan sumber tekanan tambahan. Meskipun begitu, fenomena "joki hobi" ini menyoroti kebutuhan mendasar manusia untuk diakui dan dihargai.
Mengejar hobi di era digital memang memiliki tantangan tersendiri. Namun, penting untuk diingat bahwa esensi dari hobi adalah kebahagiaan pribadi, bukan validasi sosial.Â
Mungkin kita perlu meluangkan waktu untuk benar-benar menikmati hobi kita, tanpa perlu memikirkan penilaian orang lain.Â
Dengan begitu, kita bisa menemukan keseimbangan yang lebih sehat antara kehidupan nyata dan kehidupan di dunia maya.
Setiap individu pantas memiliki sesuatu yang mereka nikmati, meskipun dalam bentuk yang sederhana. Lakoni hobi Anda dan nikmatilah dengan tulus.Â
Mengubah Validasi Hobi Menjadi Peluang Cuan
Di era digital saat ini, kebutuhan manusia untuk mendapatkan validasi jadi semakin besar. Banyak yang rela melakukan berbagai cara demi mendapatkan pengakuan di berbagai platform, meski belum menemukan hobi yang sesuai dengan jati diri mereka atau sedang tidak bisa melakukannya.Â
Inilah saatnya melihat fenomena ini sebagai peluang emas untuk menghasilkan cuan. Seperti halnya joki Strava dan joki mendaki gunung yang sudah lebih dulu mengambil peluang ini.
Ini menunjukkan bahwa ada pasar yang siap membayar untuk validasi sosial. Bagi mereka yang tidak bisa melakoni hobinya, jasa ini menjadi solusi instan untuk tetap tampil aktif di media sosial.
Peluang ini bisa dimanfaatkan oleh mereka yang benar-benar menikmati hobinya. Misalnya, seorang pelari yang rutin berlari setiap pagi bisa menawarkan jasanya untuk menjadi joki Strava. Begitu juga dengan pendaki gunung yang gemar mendaki bisa membuka jasa dokumentasi pendakian.Â
Dengan begitu, mereka tidak hanya menjalani hobi dengan penuh semangat tetapi juga bisa menghasilkan pendapatan tambahan.