Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Revitalisasi "Rumah Gadang" dalam Transformasi Desa Wisata di Sumatera Barat

24 Juli 2024   12:37 Diperbarui: 25 Juli 2024   12:14 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesona Desa Wisata Kawasan Rumah Gadang di Kabupaten Solok Selatan. (Foto Akbar Pitopang)

Desa wisata kini semakin marak diperbincangkan sebagai potensi besar untuk memajukan perekonomian lokal di Indonesia. Sudah mencapai ribuan desa wisata yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam konteks ini, keindahan dan kekayaan budaya desa-desa di Ranah Minang tak bisa diabaikan. Sayangnya, tantangan zaman telah mempengaruhi eksistensi Rumah Gadang, ikon arsitektur tradisional Minangkabau yang sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal.

Rumah Gadang bukan sekadar bangunan, melainkan sebuah mahakarya arsitektur yang memadukan estetika dan fungsi dalam kehidupan sosial masyarakat Minangkabau. 

Bentuknya yang unik dengan atap melengkung (baca: gonjong), serta ukiran-ukiran kayu yang sarat makna filosofis, menjadikan Rumah Gadang sebagai simbol kebanggaan masyarakat Minangkabau. 

Keberadaan Rumah Gadang seharusnya menjadi daya tarik utama dalam pengembangan desa wisata di Sumatera Barat.

Kondisi rumah gadang di kampung-kampung saat ini. (Foto Akbar Pitopang)
Kondisi rumah gadang di kampung-kampung saat ini. (Foto Akbar Pitopang)

Namun, realita yang terjadi saat ini cukup memprihatinkan. Banyak Rumah Gadang yang terbengkalai, rusak, dan bahkan ditinggalkan oleh ahli warisnya. 

Di masa kini, masyarakat cenderung membangun rumah permanen dengan atap berbentuk segitiga yang dianggap lebih praktis. Kondisi ini tak hanya mengancam keberlanjutan Rumah Gadang, tetapi juga menghilangkan jejak sejarah dan budaya yang begitu kaya.

Pelestarian Rumah Gadang harus menjadi prioritas, bukan hanya sebagai warisan budaya, tetapi juga sebagai potensi pariwisata. 

Pemerintah, akademisi, dan masyarakat perlu bergandengan tangan untuk terus merestorasi dan merawat Rumah Gadang yang masih tersisa. Pendekatan kolaboratif ini dapat menciptakan sinergi dalam menjaga dan mengembangkan potensi pariwisata berkelanjutan.

Rumah gadang warisan yang masih dirawat yang ada di kampung saya. (Foto Akbar Pitopang)
Rumah gadang warisan yang masih dirawat yang ada di kampung saya. (Foto Akbar Pitopang)

Mengintegrasikan Rumah Gadang ke dalam konsep desa wisata adalah salah satu solusi efektif. Desa wisata yang menampilkan keunikan arsitektur tradisional seperti Rumah Gadang dapat menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun