Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tiada MPLS, Sekolah Ditutup karena Kekurangan Siswa Dampak Zonasi PPDB

18 Juli 2024   14:15 Diperbarui: 18 Juli 2024   18:07 940
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tahun Pelajaran Baru 2024-2025 telah dimulai dengan semangat dan antusiasme yang tinggi. Sekolah-sekolah di seluruh negeri, termasuk di daerah kami, telah melaksanakan proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan penuh dedikasi. Kini, dengan kedatangan para siswa baru, suasana sekolah kembali hidup dan penuh dengan aktivitas. 

Dua pekan di awal tahun ajaran ini dikhususkan untuk kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), sebuah langkah penting untuk membantu siswa beradaptasi dan mengenal lingkungan sekolah mereka. Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) merupakan momen penting dalam perjalanan pendidikan siswa, guru, dan sekolah. 

Bagi siswa, MPLS adalah pintu gerbang menuju lingkungan baru yang penuh dengan peluang untuk belajar dan berkembang. Melalui kegiatan ini, siswa dapat beradaptasi dengan suasana sekolah, mengenal teman-teman baru, serta memahami tata tertib dan budaya sekolah. Selain itu, MPLS juga membantu siswa mengembangkan keterampilan sosial dan membangun rasa percaya diri yang sangat diperlukan dalam menghadapi tantangan akademik dan non-akademik.

Bagi guru, MPLS adalah kesempatan emas untuk mengenal lebih dekat para siswa baru yang akan menjadi bagian dari kelas yang mereka ampu. Melalui interaksi yang intensif selama MPLS, guru dapat mengidentifikasi karakter, bakat, serta kebutuhan khusus siswa, sehingga dapat merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dan inklusif. MPLS juga memungkinkan guru untuk menyampaikan nilai-nilai positif sekolah kepada siswa, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan harmonis sejak awal.

Sekolah secara keseluruhan juga mendapatkan manfaat besar dari pelaksanaan MPLS. Kegiatan ini tidak hanya mempererat hubungan antara siswa dan guru, tetapi juga mempromosikan budaya sekolah yang positif dan inklusif. MPLS menjadi sarana untuk memperkenalkan visi, misi, dan nilai-nilai inti sekolah kepada semua anggota baru, memastikan bahwa setiap orang berada di halaman yang sama dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. 

Namun, dibalik keceriaan dan semangat tahun ajaran baru ini, terdapat kabar yang cukup memprihatinkan. Beberapa Sekolah Dasar (SD) Negeri di kota kami terpaksa harus ditutup karena tidak mencapai jumlah minimum siswa yang dibutuhkan dalam proses PPDB online beberapa waktu yang lalu. 

Kekurangan siswa ini menjadi tantangan besar yang harus dihadapi oleh pihak sekolah dan Dinas Pendidikan setempat. Penutupan sekolah-sekolah ini tentu membawa dampak signifikan bagi masyarakat, khususnya bagi anak-anak yang harus mencari sekolah lain untuk melanjutkan pendidikan mereka.

Sekolah Negeri di Pekanbaru Kembali "Merger"

(ilustrasi oleh https://www.kompas.id/baca/opini/2023/07/30/desentralisasi-fungsional-untuk-ppdb)
(ilustrasi oleh https://www.kompas.id/baca/opini/2023/07/30/desentralisasi-fungsional-untuk-ppdb)

Di Tahun Ajaran 2024-2025, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru mengambil langkah berani dan strategis untuk menghadapi tantangan dalam sistem pendidikan dasar. Dua Sekolah Dasar Negeri, yakni SDN 57 dan SDN 87, akan ditutup karena minimnya jumlah peserta didik. 

Dilansir dari pekanbaru.go.id, Kepala Disdik Kota Pekanbaru menjelaskan bahwa SDN 57 hanya menerima empat calon siswa pada PPDB tahun ini, sementara SDN 87 tidak mendapatkan siswa sama sekali.

Keputusan penutupan ini adalah bagian dari upaya restrukturisasi yang lebih efektif. SDN 57 yang berlokasi di Jalan Semangka, akan digabungkan dengan SDN 153 yang berjarak sekitar 200 meter. Dengan penggabungan ini, diharapkan sumber daya dapat lebih terfokus dan efisien agar tetap menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan mendukung.

Sedangkan SDN 87 juga akan mengalami proses merger dengan salah satu sekolah dasar terdekat di kawasan tersebut. Langkah ini merupakan bagian dari strategi Disdik Pekanbaru untuk mengantisipasi kekurangan peserta didik di beberapa sekolah. Proses merger ini tidak hanya mengoptimalkan penggunaan fasilitas, tetapi juga memastikan bahwa kualitas pendidikan tetap terjaga.

Saat ini, Disdik Pekanbaru sedang menunggu proses pengalihan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk memastikan kelancaran proses merger. Dengan target waktu yang telah ditentukan, diharapkan dalam waktu dekat, penggabungan ini akan selesai dan dapat langsung diimplementasikan. 

Dengan semangat baru dan strategi yang matang, upaya restrukturisasi ini tidak hanya sebagai solusi jangka pendek tetapi juga sebagai fondasi bagi pengembangan sistem pendidikan yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan zaman. 

PPDB Zonasi Mempengaruhi Ekosistem Pendidikan 

(ilustrasi oleh tim Kompas)
(ilustrasi oleh tim Kompas)

Seperti yang telah saya ulas sebelumnya, fenomena merger SD Negeri di Pekanbaru bukanlah hal baru. Proses penggabungan ini sudah beberapa kali terjadi, terutama pada sekolah-sekolah yang lokasinya berdekatan hanya beberapa ratus meter saja. Dinamika ini diperparah dengan perubahan pola permukiman masyarakat yang kini lebih banyak memilih tinggal di pinggiran kota, mengikuti tren pembangunan perumahan yang marak di kawasan tersebut.

Kebijakan zonasi yang diterapkan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) juga berperan signifikan dalam mengubah peta pendidikan di Pekanbaru. Sekolah-sekolah yang berada di tengah kota semakin kehilangan peminat karena jumlah pendaftar yang terus menurun. Akibatnya, beberapa sekolah harus menghadapi kenyataan pahit kekurangan siswa, sebuah tantangan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Dalam konteks ini, merger sekolah menjadi salah satu solusi yang paling realistis untuk diambil. Namun, ini bukanlah solusi jangka panjang. Seluruh ekosistem pendidikan harus beradaptasi dan berinovasi untuk menghadapi tantangan ini di masa depan. 

Tantangan kekurangan siswa di berbagai daerah bisa berdampak lebih luas jika tidak ditangani dengan strategi yang tepat. Meningkatkan kualitas pendidikan, memperbaiki fasilitas, serta mengimplementasikan metode pembelajaran yang lebih menarik dan relevan dengan kebutuhan zaman adalah beberapa langkah yang perlu dilakukan. 

Dengan menghadapi tantangan ini secara proaktif, kita dapat membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan sekolah. Transformasi pendidikan ini harus dilihat sebagai peluang untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem yang lebih baik.

Refleksi untuk Menjaga Eksistensi Pendidikan

Siswa baru di Tahun Ajaran 2024-2025. (foto Akbar Pitopang)
Siswa baru di Tahun Ajaran 2024-2025. (foto Akbar Pitopang)

Kondisi ini mengingatkan kita akan pentingnya peran serta masyarakat (pendidikan nonformal) dalam mendukung keberlangsungan pendidikan di lingkungan sekitar. Kolaborasi antara orangtua, sekolah, dan pemerintah menjadi kunci utama dalam mengatasi tantangan seperti ini. 

Dengan bersama-sama, kita dapat mencari solusi terbaik untuk memastikan setiap anak mendapatkan akses pendidikan yang layak. Peningkatan kualitas pendidikan dan fasilitas sekolah juga perlu menjadi prioritas agar dapat menarik minat lebih banyak siswa.

Selain itu, inovasi dalam metode pengajaran dan kurikulum yang menarik serta relevan dengan perkembangan zaman sangat diperlukan. Program-program intra dan ekstra kurikuler yang bervariasi dan menarik juga dapat membantu meningkatkan minat siswa untuk mendaftar di sekolah-sekolah tersebut. 

Kreativitas dan adaptabilitas menjadi kunci dalam menghadapi perubahan dan tantangan di dunia pendidikan saat ini.

Penutupan sekolah bukanlah akhir dari segalanya. Ini adalah momentum untuk merenung dan memperbaiki sistem pendidikan yang ada. 

Dengan komitmen dan kerja keras dari semua pihak, kita dapat membangun kembali dan memperkuat fondasi pendidikan yang kokoh untuk masa depan anak-anak kita. 

Mari kita jadikan setiap tantangan sebagai peluang untuk berinovasi dan berkembang, demi tercapainya pendidikan yang berkualitas dan merata bagi seluruh anak bangsa.

Dengan semangat baru di tahun ajaran ini, mari kita lanjutkan perjuangan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Setiap langkah kecil yang kita ambil hari ini akan membawa dampak besar bagi masa depan pendidikan Indonesia. 

Bersama, kita bisa mewujudkan mimpi-mimpi besar dan menciptakan generasi yang cerdas, kreatif, dan berdaya saing.

Semoga bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun