Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Tiada MPLS, Sekolah Ditutup karena Kekurangan Siswa Dampak Zonasi PPDB

18 Juli 2024   14:15 Diperbarui: 18 Juli 2024   18:07 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ilustrasi oleh tim Kompas)

Keputusan penutupan ini adalah bagian dari upaya restrukturisasi yang lebih efektif. SDN 57 yang berlokasi di Jalan Semangka, akan digabungkan dengan SDN 153 yang berjarak sekitar 200 meter. Dengan penggabungan ini, diharapkan sumber daya dapat lebih terfokus dan efisien agar tetap menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan mendukung.

Sedangkan SDN 87 juga akan mengalami proses merger dengan salah satu sekolah dasar terdekat di kawasan tersebut. Langkah ini merupakan bagian dari strategi Disdik Pekanbaru untuk mengantisipasi kekurangan peserta didik di beberapa sekolah. Proses merger ini tidak hanya mengoptimalkan penggunaan fasilitas, tetapi juga memastikan bahwa kualitas pendidikan tetap terjaga.

Saat ini, Disdik Pekanbaru sedang menunggu proses pengalihan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk memastikan kelancaran proses merger. Dengan target waktu yang telah ditentukan, diharapkan dalam waktu dekat, penggabungan ini akan selesai dan dapat langsung diimplementasikan. 

Dengan semangat baru dan strategi yang matang, upaya restrukturisasi ini tidak hanya sebagai solusi jangka pendek tetapi juga sebagai fondasi bagi pengembangan sistem pendidikan yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan zaman. 

PPDB Zonasi Mempengaruhi Ekosistem Pendidikan 

(ilustrasi oleh tim Kompas)
(ilustrasi oleh tim Kompas)

Seperti yang telah saya ulas sebelumnya, fenomena merger SD Negeri di Pekanbaru bukanlah hal baru. Proses penggabungan ini sudah beberapa kali terjadi, terutama pada sekolah-sekolah yang lokasinya berdekatan hanya beberapa ratus meter saja. Dinamika ini diperparah dengan perubahan pola permukiman masyarakat yang kini lebih banyak memilih tinggal di pinggiran kota, mengikuti tren pembangunan perumahan yang marak di kawasan tersebut.

Kebijakan zonasi yang diterapkan dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) juga berperan signifikan dalam mengubah peta pendidikan di Pekanbaru. Sekolah-sekolah yang berada di tengah kota semakin kehilangan peminat karena jumlah pendaftar yang terus menurun. Akibatnya, beberapa sekolah harus menghadapi kenyataan pahit kekurangan siswa, sebuah tantangan yang tidak bisa diabaikan begitu saja.

Dalam konteks ini, merger sekolah menjadi salah satu solusi yang paling realistis untuk diambil. Namun, ini bukanlah solusi jangka panjang. Seluruh ekosistem pendidikan harus beradaptasi dan berinovasi untuk menghadapi tantangan ini di masa depan. 

Tantangan kekurangan siswa di berbagai daerah bisa berdampak lebih luas jika tidak ditangani dengan strategi yang tepat. Meningkatkan kualitas pendidikan, memperbaiki fasilitas, serta mengimplementasikan metode pembelajaran yang lebih menarik dan relevan dengan kebutuhan zaman adalah beberapa langkah yang perlu dilakukan. 

Dengan menghadapi tantangan ini secara proaktif, kita dapat membangun fondasi yang kokoh untuk masa depan sekolah. Transformasi pendidikan ini harus dilihat sebagai peluang untuk memperbaiki dan mengembangkan sistem yang lebih baik.

Refleksi untuk Menjaga Eksistensi Pendidikan

Siswa baru di Tahun Ajaran 2024-2025. (foto Akbar Pitopang)
Siswa baru di Tahun Ajaran 2024-2025. (foto Akbar Pitopang)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun