Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Hadiah atau Hinaan? Dilema Pemberian Hadiah untuk Guru

24 Juni 2024   07:07 Diperbarui: 29 Juni 2024   02:58 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi memberikan hadiah. (Sumber: FREEPIK/JCOMP via Kompas.com) 

Sebagai seorang guru, saya dan rekan-rekan sejawat tidak pernah bermimpi mendapatkan kado atau hadiah dari wali murid. Bagi kami, kebahagiaan sejati adalah melihat siswa berkembang dan berprestasi. 

Bahkan, banyak dari kami yang dengan santun menginformasikan kepada orangtua untuk tidak repot-repot menyiapkan hadiah saat pembagian rapor. Meski begitu, tetap saja ada orangtua yang dengan tekad kuat dan ikhlas berbagi kebahagiaan sebagai tanda terima kasih atas dedikasi guru dalam mendidik semua siswa.

Namun, disinilah letak dilematisnya. Menolak hadiah dari orangtua yang tulus bisa terasa sangat tidak enak atau tidak pantas dan menimbulkan kekhawatiran akan menyinggung perasaan orangtua. 

Kami sangat menghargai niat baik ini, tetapi juga harus menjaga profesionalisme dan keadilan di dalam lingkungan sekolah. Oleh karena itu, sebagai guru, kami lebih memilih untuk menghentikan kebiasaan memberikan hadiah saat pembagian rapor. 

Percayalah, bahwa guru tidak akan merasa tidak dihargai tanpa hadiah tersebut.

Banyak yang belum menyadari bahwa apresiasi kepada guru tidak harus berupa barang atau materi. Dukungan moral, komunikasi yang baik, dan kolaborasi orangtua dan guru adalah bentuk apresiasi yang jauh lebih berarti. 

Sebuah ucapan terima kasih yang tulus atau penghargaan verbal seringkali lebih dari cukup untuk membuat guru merasa diapresiasi. Sebab, pada akhirnya, hubungan yang harmonis dan saling mendukung antara guru dan orangtua adalah kunci utama keberhasilan pendidikan anak.

Menghentikan tradisi pemberian hadiah tidak akan mengurangi rasa terima kasih atau apresiasi kepada guru. Justru, hal ini dapat menghilangkan tekanan sosial di antara orangtua dan menciptakan lingkungan yang lebih adil dan nyaman bagi semua pihak. 

Terima kasih kepada wali murid yang pernah berbagi atau memberi dengan ikhlas dan tulus. Guru sangat menghargai niat baik tersebut. 

Namun, sekali lagi, saya tegaskan bahwa pemberian hadiah saat pembagian rapor bukanlah keharusan. Jangan takut, semua akan baik-baik saja. Apresiasi apapun itu tetap dirasakan dan dihargai, meskipun tanpa hadiah materi.

Marilah kita bersama-sama menciptakan budaya pendidikan yang lebih sehat dan berfokus pada esensi dari pendidikan itu sendiri. Dengan menghentikan kebiasaan memberi hadiah, kita bisa membangun lingkungan yang lebih adil, profesional, dan fokus berorientasi pada perkembangan siswa. 

Panduan orangtua dalam mengapresiasi dan menjaga martabat guru

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun