Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Untuk Guru, Pilih menjadi Content Creator atau Content Writer?

4 Juli 2024   06:19 Diperbarui: 4 Juli 2024   06:48 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi content creator dan content writer. (DOK. Freepik via Kompas.com)

Sebelumnya adanya Uji Kompetensi (Ukom) yang berlaku saat ini, proses kenaikan pangkat yang dahulu mewajibkan guru untuk menyiapkan karya tulis sebagai salah satu syarat yang harus dilengkapi.

Dengan demikian, guru terus terdorong untuk menjalankan budaya dan tradisi menulis sebagai akademisi.

Sebagai content writer, guru tidak hanya berbagi pengetahuan, tetapi juga memberikan inspirasi, pengalaman, opini dan manfaat luas kepada masyarakat. 

Platform seperti Kompasiana menjadi wadah bagi guru untuk terus menulis dan menyebarkan informasi. 

Menulis artikel di Kompasiana, misalnya, memungkinkan guru untuk menjangkau pembaca yang lebih luas dan beragam, sehingga dampak positif dari tulisan mereka bisa dirasakan oleh banyak orang.

Ada berbagai alasan mengapa guru memilih untuk menjadi content writer. Pertama, menulis adalah bentuk refleksi diri yang kuat. Dengan menulis, guru dapat mengevaluasi pengalaman mengajar mereka, merangkum inovasi dalam dunia pendidikan, dan berbagi best practices (praktik baik) dengan sesama pendidik. 

Hal ini tidak hanya sebagai aktualisasi diri sendiri, tetapi juga berkontribusi pada komunitas pendidikan secara keseluruhan.

Kedua, menulis membuka pintu untuk pengembangan profesionalisme guru. Melalui artikel-artikel yang dibagikan, guru dapat membangun personal branding yang kuat, memperluas jaringan, dan bahkan mendapatkan peluang kolaborasi serta memperoleh penghasilan tambahan. 

Memiliki portofolio tulisan yang baik bisa menjadi nilai tambah yang signifikan dan menjadi digital presence ---suatu cara untuk menjangkau publik secara online melalui berbagai platform.

Selain itu, menjadi content writer juga memberikan fleksibilitas waktu dan tempat. Ini sangat menguntungkan, terutama bagi guru yang ingin terus produktif di luar jam mengajar. Menulis bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan dan produktif, sambil tetap berkontribusi pada dunia pendidikan.

Lebih jauh lagi, menjadi content writer memungkinkan guru untuk menjelajahi topik-topik di luar dunia pendidikan. Selain menulis tentang isu-isu pendidikan, guru juga dapat menulis topik-topik sosial yang relevan seperti halnya Topik Pilihan di Kompasiana ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun