Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | akbarpitopang.kompasianer@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

"Jangan Jadi Guru" dan "Jangan Jadi Dosen", Memangnya Kenapa?

14 Juni 2024   12:07 Diperbarui: 16 Juni 2024   14:50 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)

Beberapa waktu yang lalu, media sosial dihebohkan dengan trendingnya tagar #JanganJadiDosen. Fenomena ini membuat saya terbayang juga tentang sebuah sindiran yang tak jauh berbeda, jangan jadi guru. Kedua hal ini mencerminkan rasa keprihatinan dari publik terhadap kondisi para tenaga pendidik mengenai kompleksitas masalah yang dihadapi.

Tidak dapat dipungkiri, profesi guru dan dosen adalah pilar utama dalam membangun generasi penerus bangsa. Namun, seringkali mereka dihadapkan pada berbagai tantangan yang berat, mulai dari beban administrasi yang menumpuk, fasilitas yang kurang memadai, hingga gaji yang tidak sebanding dengan tanggung jawab yang diemban. 

Masalah kesejahteraan menjadi isu krusial. Gaji yang diterima oleh para guru dan dosen seringkali tidak sebanding dengan beban dan tanggung jawab yang harus dipikul. Banyak di antara guru maupun dosen yang harus mencari pekerjaan sampingan untuk memenuhi kebutuhan hidup. 

Kondisi ini tentu saja tidak ideal, karena seharusnya para pendidik bisa fokus sepenuhnya pada tugas mengajar tanpa harus memikirkan kesulitan finansial. Ini juga dapat berimbas pada banyaknya tenaga pendidik merasa kurang dihargai dan menjadi (agak) frustasi.

Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)
Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)

Tagar keprihatinan jadi pemicu perubahan

Pekerjaan sebagai guru dan dosen sering kali dianggap mulia dan penuh kebanggaan. Namun, dibalik itu semua, terdapat berbagai tantangan yang sering kali tidak terlihat oleh masyarakat umum. 

Mulai dari beban kerja yang sangat kompleks, minimnya penghargaan, hingga tekanan dari berbagai pihak. Ironisnya, upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan para tenaga pendidik masih belum maksimal.

Guru dan dosen harus menghadapi berbagai masalah, baik yang bersifat administratif maupun masalah lainnya. Beban administrasi yang semakin menumpuk sering kali mengalihkan fokus mereka dari tugas utama, yaitu mendidik dan membimbing siswa dan mahasiswa. Selain itu, tuntutan dari orang tua, tekanan dari atasan, serta harapan yang tinggi dari masyarakat juga menambah kompleksitas permasalahan yang dihadapi para pendidik.

Minimnya penghargaan dan dukungan finansial dirasakan banyak guru dan dosen yang merasa bahwa upah yang mereka terima tidak sebanding dengan usaha dan dedikasi yang diberikan. Padahal, mereka berperan penting dalam mencetak generasi penerus bangsa. 

Tidak hanya masalah finansial, dukungan psikologis dan moral juga seringkali minim. Banyak guru dan dosen yang merasa bekerja sendirian tanpa dukungan yang memadai dari pemerintah maupun institusi. Padahal, profesi ini membutuhkan komitmen dan semangat yang tinggi, yang tentunya perlu didukung dengan kondisi kerja yang kondusif.

Inti masalah yang diungkapkan di melalui media sosial menjadi medium untuk menyuarakan ketidakpuasan dan kekecewaan terhadap sistem yang ada. Harapannya, dengan viralnya tagar ini oleh netizen, perhatian dari berbagai pihak terutama pemerintah, dapat terarah pada perbaikan kondisi para tenaga pendidik.

Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)
Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/HERYUNANTO)

Kesejahteraan guru dan dosen, tanggung jawab siapa?

Di tengah tantangan besar yang dihadapi dunia pendidikan, tentu saja banyak guru dan dosen masih menunjukkan dedikasi dan komitmen tinggi dalam mendidik generasi. Mereka berjuang dengan tulus dan ikhlas, meski dengan fasilitas dan dukungan yang seringkali minim. 

Semangat ini layak mendapatkan apresiasi dan perhatian lebih dari pemerintah serta masyarakat luas. Penting bagi kita untuk mengakui peran krusial dan mendukung kesejahteraan pendidik secara penuh.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen secara tegas mengatur mengenai hak dan kewajiban guru serta dosen, termasuk upaya peningkatan kesejahteraan mereka. Pada Pasal 14 disebutkan bahwa guru berhak mendapatkan penghasilan diatas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. 

Penghasilan yang layak menjadi faktor penting dalam menjaga semangat dan motivasi para pendidik agar dapat fokus pada tugas utamanya yaitu mendidik.

Namun, implementasi dari amanat UU ini masih sering menjadi permasalahan. Tidak sedikit guru honorer dan dosen kontrak yang masih menerima gaji di bawah standar kelayakan. Mereka harus menjalani kehidupan yang serba terbatas, padahal tanggung jawab yang mereka emban sangatlah besar. 

Situasi ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah untuk memastikan bahwa setiap guru dan dosen memperoleh hak-hak yang telah diatur dalam UU.

Selain penghasilan, dalam pasal lain juga mengatur bahwa setiap guru dan dosen berhak mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kompetensi melalui pelatihan, seminar, dan pendidikan lanjutan. Agar mereka dapat terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu memberikan pendidikan terbaik kepada siswa dan mahasiswa.

Dukungan masyarakat juga sangat penting dalam upaya meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen. Penghargaan dan dukungan dari masyarakat dapat memberikan motivasi tambahan bagi para tenaga pendidik. 

Seturut dengan itu, peran serta pemerintah daerah juga sangat dibutuhkan. Banyaknya perbedaan kesejahteraan antara guru dan dosen di berbagai daerah menunjukkan bahwa kebijakan perlu diimbangi dengan implementasi yang konsisten di tingkat pemerintah daerah. 

Pemerintah daerah dapat mengalokasikan anggaran yang memadai untuk mewujudkan kesejahteraan guru dan dosen, serta memastikan pengalokasiannya adil, merata dan tepat sasaran. Serta transparansi dalam pengelolaan anggaran akan membangun kepercayaan para tenaga pendidik terhadap pemerintah.

Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/SUPRIYANTO)
Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/SUPRIYANTO)

Seandainya harapan guru dan dosen bisa diwujudkan..

Banyak guru dan dosen, terutama yang berstatus honorer dan kontrak, masih menerima penghasilan yang jauh di bawah standar kelayakan. Dengan gaji dan tunjangan yang layak, pemerintah tidak hanya memberikan pengakuan atas kinerja, tetapi juga memastikan guru dan dosen dapat menjalani kehidupan yang layak dan memfokuskan energi serta perhatian mereka pada peningkatan kualitas pendidikan.

Selain peningkatan penghasilan, pengurangan beban administratif juga merupakan langkah penting yang perlu diambil. Beban administratif yang berlebihan seringkali menghambat guru dan dosen dalam menjalankan tugas utama mereka, yaitu mengajar dan membimbing siswa serta mahasiswa. 

Investasi dalam infrastruktur pendidikan akan menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik, yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan. 

Selain langkah-langkah konkret tersebut, kebijakan yang lebih konsisten dan terencana juga diperlukan. Para guru dan dosen seringkali harus beradaptasi dengan perubahan kebijakan yang terus-menerus, yang dapat mengganggu fokus dan kinerja mereka. 

Dalam konteks ini, peran serta dari berbagai pihak, termasuk masyarakat dan organisasi pendidikan, sangat diperlukan. Masyarakat dapat berpartisipasi dengan memberikan dukungan kepada para guru dan dosen. 

Menciptakan ekosistem yang mendukung kesejahteraan dan profesionalisme para pendidik, sehingga mereka dapat terus memberikan yang terbaik bagi generasi penerus bangsa.

Akankah terus dibiarkan dan berlarut-larut? Pertanyaan ini harus kita jawab dengan tindakan nyata dan komitmen kuat. Profesi guru dan dosen adalah profesi yang sangat penting bagi masa depan bangsa. Mereka tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan moral generasi muda. 

Oleh karena itu, dukungan yang memadai dari pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan agar mereka dapat menjalankan tugas dengan baik dan menghasilkan generasi penerus yang berkualitas.

Tagar ini hendaknya menjadi bahan refleksi bagi kita semua, terutama bagi para pembuat kebijakan, untuk lebih serius memperhatikan kesejahteraan para tenaga pendidik. Sebuah panggilan untuk perubahan yang mendesak dan harus ditindaklanjuti dengan kebijakan yang konkret dan berkelanjutan.

Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/SUPRIYANTO)
Ilustrasi. (Sumber: KOMPAS/SUPRIYANTO)

Masa depan pendidik(an) Indonesia cerah

Pemerintah dalam suatu kesempatan telah melakukan beberapa upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen, seperti peningkatan tunjangan dan atau program sertifikasi. Langkah-langkah ini merupakan awal yang baik dalam menghargai peran penting para tenaga pendidik. Namun, upaya tersebut masih dirasa belum cukup. 

Tantangan yang dihadapi para guru dan dosen begitu kompleks sehingga diperlukan langkah yang lebih konkret dan berkelanjutan untuk benar-benar memperbaiki kondisi ini. Salah satu contoh adalah reformasi birokrasi.

Peningkatan anggaran pendidikan sangat diperlukan. Anggaran yang lebih besar harus dialokasikan secara efektif. Dengan investasi yang tepat untuk pendidikan, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan merata di seluruh penjuru negeri.

Selain itu, diperlukan pula program pendukung kesejahteraan guru dan dosen yang bisa mencakup asuransi kesehatan yang komprehensif, bantuan perumahan, serta akses terhadap pelatihan dan pengembangan profesional secara berkelanjutan. 

Dukungan dari orangtua dan siswa/mahasiswa sangat diperlukan agar profesi ini seterusnya dihormati dan dihargai sebagaimana mestinya. Orangtua dapat berperan aktif memastikan anak-anak mereka menghormati para pendidik. Siswa harus bisa menunjukkan rasa hormat dan apresiasi terhadap guru dan dosen mereka.

Dengan dukungan yang kuat dari berbagai pihak, semangat untuk mendidik dan mencerdaskan bangsa akan terus terjaga. Guru dan dosen akan merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik dalam proses belajar mengajar dan dunia pendidikan. 

Diharapkan kesadaran akan pentingnya peran guru dan dosen serta tantangan yang mereka hadapi semakin meningkat. Semoga tagar-tagar keprihatinan yang muncul di media sosial, menjadi pemicu bagi perubahan positif dalam dunia pendidikan kita. 

Pada gilirannya, hal ini akan meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia secara keseluruhan. Pendidikan yang berkualitas adalah kunci untuk menciptakan generasi penerus yang cerdas, kritis, dan kompeten dalam menghadapi tantangan global.

Semoga bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun