Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Perempuan Agen Perubahan untuk Masa Depan Pembangunan Energi Berkelanjutan

9 Juni 2024   14:30 Diperbarui: 9 Juni 2024   14:35 506
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ilustrasi via indonesia.oxfam.org)

Di berbagai sudut dunia, kita dapat menemukan inspirasi dari sosok perempuan yang terlibat transisi energi menggunakan energi baru terbarukan (EBT). Ini bukan hanya tentang efisiensi, tetapi juga tentang pemanfaatan sumber daya alam dengan bijak. Serta mencerminkan peran penting perempuan dalam mengelola energi lokal di lingkungan mereka, dari skala terkecil hingga yang lebih besar.

Katanya, peran perempuan seringkali diabaikan dalam diskusi tentang transisi Energi Baru Terbarukan (EBT). Akan tetapi, hal ini tidak menyebabkan kurangnya keterlibatan perempuan dalam strategi dan pelaksanaan transisi energi. 

Pada kenyataannya, perempuan tidak hanya menggunakan energi untuk keperluan pribadi, tetapi juga untuk mendukung keberlanjutan dan kesejahteraan hidup keluarga dan masyarakat.

Sudah saatnya kita mengakui dan mendorong pentingnya peran perempuan dalam proses transisi energi. Kita perlu memastikan lebih banyak perempuan terdorong untuk memanfaatkan EBT, mengetahui cara mengakses energi bersih dan terbarukan, serta menggunakan EBT yang berkeadilan, mudah, aman, dan mendukung kelestarian lingkungan. 

Contoh nyata bisa dilihat pada perempuan di pedesaan yang memanfaatkan biogas dari kotoran ternak untuk memasak. Teknologi ini tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil tetapi juga mengurangi emisi karbon dan polusi udara. [sumber]

Dengan begitu, kesehatan keluarga terutama perempuan dan anak-anak yang sering terpapar asap dapur juga terlindungi. 

Lebih jauh lagi dalam tradisi lokal masyarakat pesisir di Indonesia, perempuan memainkan peran dalam memanfaatkan panas matahari untuk mengeringkan ikan dan hasil tangkapan laut lainnya. Teknologi pengeringan ini untuk menjaga kualitas dan nilai jual produk sehingga awet tanpa menggunakan bahan kimia yang mencemari lingkungan.

Di desa lain di negara Yaman misalnya, juga ada kisah sukses para perempuan yang menginisiasi instalasi panel surya di rumah-rumah warga. Inisiatif ini tidak hanya memberikan akses listrik yang stabil dan ramah lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru. Banyak dari mereka yang kini dapat menjalankan usaha dan aktivitas dengan lebih efisien berkat akses listrik yang ramah lingkungan. [sumber]

Begitulah peran dan eksistensi perempuan dalam penerapan Energi Baru Terbarukan (EBT) dan pembangunan berkelanjutan seringkali terabaikan, meskipun dampak nyata mereka dapat diamati dalam kehidupan sehari-hari di sekitar kita. 

Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya sebagai pengguna energi, tetapi juga sebagai inovator dan pemain utama dalam transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

Ibu ini olah limbah basah menjadi biogas untuk memasak. (via tempo.co)
Ibu ini olah limbah basah menjadi biogas untuk memasak. (via tempo.co)

Peran perempuan di rumah dalam mendidik generasi tentang energi terbarukan

Perempuan, khususnya para ibu, memainkan peran yang sangat penting dalam mendidik generasi mendatang mengenai pentingnya memanfaatkan dan mengelola energi terbarukan. Ibu menjadi pengajar pertama bagi anak-anak mereka, mengajarkan nilai-nilai dasar tentang penggunaan energi yang bijak dan hemat. 

Dalam kehidupan sehari-hari, ibu-ibu di Indonesia memiliki berbagai cara kreatif untuk mengajarkan anak-anak mereka tentang pentingnya energi terbarukan. Salah satu contohnya adalah dengan memperhatikan penggunaan peralatan rumah tangga yang efisien energi. 

Tidak usah jauh-jauh, yang saya lihat dari sosok ibu saya sendiri misalnya, ibu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu mematikan lampu ketika tidak digunakan, memanfaatkan sinar matahari sebagai penerangan alami pada siang hari, mengeringkan pakaian dengan panas matahari, dan menggunakan peralatan elektronik dengan bijak. 

Melalui tindakan sederhana ini, anak-anak belajar untuk menghargai dan menghemat energi. Pendidikan dasar secara informal ini merupakan fondasi penting untuk menciptakan kesadaran sejak dini mengenai keberlanjutan lingkungan.

Peran perempuan, terutama para ibu dalam mendidik generasi mendatang tentang pentingnya energi terbarukan tidak bisa diremehkan. Mereka adalah pilar utama yang membentuk kesadaran lingkungan sejak dini melalui pendidikan informal di rumah.

Dengan membekali anak-anak dengan pengetahuan tentang energi bersih, mereka dibentuk menjadi individu yang lebih bertanggung jawab dan sadar akan dampak lingkungan.

Peran pendidikan yang dimainkan oleh perempuan dalam keluarga ini berkontribusi besar terhadap perubahan perilaku dalam jangka panjang. Anak-anak yang tumbuh dengan pemahaman kuat tentang pentingnya energi terbarukan lebih mungkin untuk mengadopsi praktik ramah lingkungan ketika mereka dewasa. 

Hal ini menciptakan efek berantai positif yang mendukung transisi energi adil berkelanjutan dalam masyarakat.

Ibu-ibu PKK dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya energi hijau. (ANTARA FOTO/SISWOWIDODO)
Ibu-ibu PKK dalam kegiatan pelestarian lingkungan hidup dan upaya energi hijau. (ANTARA FOTO/SISWOWIDODO)

Pemberdayaan perempuan di komunitas tentang transisi energi

Tidak hanya di dalam rumah, peran perempuan juga terlihat dalam kearifan lokal masyarakat Indonesia yang sarat dengan nilai-nilai keberlanjutan. Di beberapa daerah, misalnya, ibu-ibu mengajarkan kearifan lokal ini menunjukkan bagaimana tradisi dan inovasi dapat berjalan beriringan untuk mencapai keberlanjutan lingkungan.

Peran perempuan dalam mengajarkan keberlanjutan energi juga tercermin dalam kegiatan komunitas seperti Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). 

Ibu-ibu seringkali menjadi penggerak dalam program-program edukasi dan sosialisasi tentang energi terbarukan di tingkat lokal. Mereka dapat mengorganisir workshop atau seminar yang membahas cara-cara praktis menghemat energi, penggunaan energi terbarukan, dan pemanfaatan produk ramah lingkungan untuk mengurangi jejak karbon. 

Partisipasi aktif ini membuktikan bahwa perempuan memiliki peran strategis dalam membentuk pola pikir masyarakat menuju gaya hidup yang lebih hijau.

Selain itu, ibu-ibu di pedesaan juga sering terlibat dalam pengelolaan kebun rumah tangga yang ramah lingkungan. Mereka menanam berbagai jenis tanaman yang tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan keluarga tetapi juga berfungsi sebagai sumber energi terbarukan. 

Misalnya, pemanfaatan sisa-sisa tanaman sebagai kompos dapat mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia dan menjaga kesuburan tanah. Dengan demikian, anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang menghargai siklus alam dan keberlanjutan.

Kehadiran perempuan dalam setiap aspek pengelolaan energi terbarukan juga membawa dampak positif bagi pemberdayaan ekonomi. Melalui pelatihan dan pendampingan, ibu-ibu dapat mengembangkan keterampilan baru seperti pembuatan produk-produk energi terbarukan yang bisa dijual. 

Misalnya, pembuatan briket dari tempurung kelapa atau memproduksi sabun dari bahan-bahan organik seperti buah lerak maupun pembuatan sabun eco enzym. 

Kegiatan ini tidak hanya memberikan manfaat lingkungan tetapi juga menambah pendapatan keluarga dan memperkuat ekonomi lokal.

Ibu guru dan wali murid dalam kegiatan yang mendukung masa depan hijau. (foto Akbar Pitopang)
Ibu guru dan wali murid dalam kegiatan yang mendukung masa depan hijau. (foto Akbar Pitopang)

Kontribusi perempuan di berbagai profesi dalam membangun masa depan hijau

Dalam era di mana keberlanjutan menjadi fokus dan perhatian bersama, peran berbagai profesi sangat penting dalam mengajarkan pemanfaatan EBT serta praktik keberlanjutan. 

Di lingkungan profesi pendidik, misalnya, para guru terutama para ibu guru memiliki perhatian yang sangat besar dalam merancang kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan. 

Dengan menerapkan pembelajaran terdiferensiasi pendekatan Kurikulum Merdeka dan Program Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), para guru dapat merancang kegiatan yang mendidik siswa tentang gaya hidup berkelanjutan dan atau kewirausahaan, seperti penanaman sayur-mayur yang hasilnya bisa dijual kepada warga sekolah dan masyarakat sekitar.

Melalui kegiatan penanaman sayur, siswa tidak hanya belajar tentang pentingnya pertanian berkelanjutan, tetapi juga memperoleh pemahaman praktis tentang siklus ekonomi hijau. Mereka melihat secara langsung bagaimana produk ramah lingkungan dapat dihasilkan dan dijual, menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan ekonomi. 

Ini mengajarkan mereka nilai dari keberlanjutan dan tanggung jawab lingkungan, serta membuka pikiran mereka terhadap peluang kewirausahaan hijau atau profesi hijau (green jobs).

Integrasi konsep keberlanjutan dalam kurikulum juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060. [sumber]

Anak-anak yang tumbuh dengan pemahaman mendalam tentang keberlanjutan kemungkinan besar akan lebih sadar lingkungan dan termotivasi untuk berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim. 

Mereka dapat mengembangkan minat dan keterampilan yang relevan dengan profesi hijau, seperti manajemen energi terbarukan, inovasi agrikultur organik, atau merancang teknologi berbasis lingkungan.

Lebih jauh lagi, dorongan ibu guru untuk mengadopsi gaya hidup berkelanjutan di sekolah dapat memicu transformasi budaya di kalangan siswa dan keluarga mereka. Ketika siswa membawa pulang pengetahuan dan praktik yang mereka pelajari di sekolah, mereka dapat menginspirasi perubahan dalam kebiasaan rumah tangga, seperti pengurangan limbah dan pengelolaan sampah rumah tangga menjadi kompos atau eco enzym. 

Dukungan Oxfam bagi pemperdayaan perempuan di NTT. (via indonesia.oxfam.org) 
Dukungan Oxfam bagi pemperdayaan perempuan di NTT. (via indonesia.oxfam.org) 

Dukungan bagi perempuan untuk energi berkelanjutan 

Untuk memperkuat peran pembangunan berkelanjutan, diperlukan kebijakan yang mendukung akses perempuan terhadap pelatihan, teknologi, dan pendanaan untuk proyek-proyek energi terbarukan. 

Program yang dirancang untuk meningkatkan keterampilan perempuan dalam teknologi EBT akan membuka peluang baru bagi mereka untuk berkontribusi secara lebih signifikan dalam ekonomi hijau.

Bertekad mengubah dunia dengan menggerakkan kekuatan masyarakat di seluruh dunia, Oxfam bekerja untuk mencari cara yang praktis dan inovatif bagi masyarakat untuk tumbuh berkembang dengan melibatkan peran perempuan dan anak muda. Oxfam turut menginisiasi transisi menuju energi terbarukan dengan sumber energi yang lebih ramah lingkungan. Ini juga tentang memberdayakan semua lapisan masyarakat, termasuk perempuan, untuk menjadi bagian dari solusi. [sumber]

Dengan mendorong partisipasi perempuan dalam EBT, kita tidak hanya mempercepat transisi energi, tetapi juga memastikan bahwa perubahan ini adil dan inklusif bagi semua.

Mari kita refleksikan pentingnya peran perempuan dalam transisi pemanfaatan EBT. Dengan memberikan dukungan yang tepat, perempuan dapat menjadi agen perubahan yang kuat dalam upaya global untuk mencapai keberlanjutan energi. 

Mari kita bersama-sama mengakui dan mendukung peran mereka dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan lebih sehat bagi generasi mendatang.

Transfer pengetahuan atau edukasi tentang keberlanjutan ini juga dapat diperluas melalui proyek-proyek kolaboratif yang melibatkan komunitas. Misalnya, Oxfam dapat bekerja sama dengan sekolah, petani lokal atau ibu-ibu yang bergerak di bisnis berkelanjutan untuk mengadakan workshop atau pelatihan. Hal ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar serta memperkuat hubungan antara Oxfam dan masyarakat dalam mempromosikan praktik ramah lingkungan.

Efek domino ini memperluas dampak dari praktek keberlanjutan ke seluruh komunitas. Dengan demikian, para perempuan berperan sebagai agen perubahan yang menanamkan nilai-nilai keberlanjutan pada generasi muda. 

Hal ini membentuk dasar bagi generasi untuk menjadi warga negara Indonesia yang bertanggung jawab dan inovatif dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau.

Sumber literasi: satu, dua, tiga, empat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun