Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Sudah Kerja Keras Bagai Kuda, Gaji (Masih) Dipotong Tapera

5 Juni 2024   06:19 Diperbarui: 5 Juni 2024   15:10 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Tangkapan layar Akbar Pitopang via tapera.go.id)

Ke depan, penting bagi pemerintah untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi mengenai Tapera. Termasuk bagaimana transparansi dalam pengelolaan dana, mekanisme program, skema pembiayaan, serta alur komunikasi yang jelas kepada masyarakat akan sangat membantu dalam membangun kepercayaan terhadap program ini. 

Yang dan paling penting adalah, poin tentang apa manfaat dari iuran atau potongan gaji ini. 

Gaji dipotong untuk Tapera? Boleh, asalkan... Yup, asalkan dibarengi dengan kenaikan gaji berkala yang nominalnya signifikan. Pengeluaran harus sebanding dengan pemasukan.

ilustrasi membeli rumah KPR via Tapera. (foto Akbar Pitopang)
ilustrasi membeli rumah KPR via Tapera. (foto Akbar Pitopang)

Membeli rumah dengan Tapera, mencari manfaat di tengah pengorbanan?

Sejak diluncurkan kembali, implementasi dan manfaat nyata dari Tapera masih menjadi tanda tanya besar bagi banyak pekerja. Tanpa adanya keuntungan yang jelas, potongan gaji sebesar 3 persen setiap bulan terasa memberatkan, apalagi bagi mereka yang sudah memiliki banyak iuran dan cicilan lainnya.

Salah satu alasan utama banyak pekerja menolak Tapera adalah kurangnya keuntungan langsung yang bisa dirasakan. Berbeda dengan iuran BPJS Kesehatan yang manfaatnya jelas dan terasa dengan prinsip gotong royong, Tapera belum menunjukkan manfaat yang nyata bagi banyak pekerja. 

Seandainya dengan adanya potongan iuran ini, pekerja bisa mendapatkan subsidi atau potongan signifikan saat membeli rumah KPR, mungkin program ini akan lebih diterima dan diapresiasi.

Pertanyaan "apakah kamu ingin menggunakan Tapera untuk membeli rumah?" sering muncul di kalangan pekerja. 

Saya pun pernah bertanya kepada rekan kerja yang dulu menyicil rumah melalui Tapera. Dengan iuran sekitar 1 juta rupiah per bulan dan masa tenor selama 15 tahun, pengalaman tersebut tampak mirip dengan KPR pada umumnya. 

Namun, rekan kerja saya yang kini mendekati masa pensiun merasa cukup dimudahkan dari segi birokrasi dan administrasi. Semua proses dilakukan oleh pihak Tapera, dan ia hanya perlu mengajukan lokasi perumahan yang diinginkan.

Kemudahan dari segi birokrasi ini mungkin menjadi salah satu poin positif Tapera. Bagi pekerja yang sibuk dan tidak ingin repot dengan urusan administrasi yang berbelit, Tapera menawarkan solusi yang lebih praktis. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun