Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Sudah Kerja Keras Bagai Kuda, Gaji (Masih) Dipotong Tapera

5 Juni 2024   06:19 Diperbarui: 5 Juni 2024   15:10 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melalui program ini, pemerintah bertujuan menghimpun dana dari berbagai kalangan pekerja termasuk PNS, TNI, Polri, pegawai BUMN dan BUMD, serta pekerja swasta. Bahkan, pekerja mandiri pun tak luput dari kebijakan ini, yang diharapkan dapat mempermudah pembiayaan perumahan. 

Namun, perjalanan Tapera tidak semulus yang dibayangkan, terutama karena kurangnya sosialisasi dan edukasi mengenai program ini.

Sejak diperkenalkan, Tapera berjalan dengan minim publikasi dan sosialisasi. Banyak pekerja yang baru menyadari keberadaan program ini ketika melihat potongan pada amprah/slip gaji. 

Hal ini mirip dengan "vampir" yang secara diam-diam menghisap darah, begitu pula Tapera yang secara tidak terasa menyedot iuran dari gaji pekerja, terutama di kalangan PNS biasa yang bukan dari "Kemensultan".

Kurangnya informasi dan pemahaman mengenai Tapera menyebabkan kebingungan dan kekhawatiran di kalangan pekerja, yang tiba-tiba mendapati gaji mereka ternyata telah dipotong setiap bulannya.

Sebagai seorang guru dengan pangkat yang masih rendah, saya termasuk salah satu yang awalnya terkejut, heran, dan bingung ketika mendapati adanya potongan untuk Tapera saat mengecek amprah gaji. 

Kebingungan ini memicu saya untuk mencari tahu lebih jauh mengenai Tapera, terutama kala itu diminta untuk mengirimkan data kepesertaan Tapera.

Potongan yang dilakukan setiap bulan, cukup membebani, terutama bagi mereka yang sudah memiliki berbagai cicilan dan iuran lain. 

Meskipun tujuan dari Tapera adalah mulia, yaitu untuk membantu masyarakat memiliki tabungan perumahan, akan tetapi implementasinya yang kurang transparan dan minim sosialisasi menimbulkan banyak pertanyaan. 

Bagi banyak pekerja, tambahan potongan ini dirasakan sebagai beban baru yang memperparah kondisi finansial mereka. Banyak yang merasa bahwa dana yang dipotong dari gaji mereka seharusnya digunakan untuk kebutuhan mendesak lainnya.

Agar tujuan ini tercapai, pemerintah perlu memperbaiki cara mereka menyampaikan informasi mengenai Tapera, memastikan bahwa setiap pekerja memahami manfaat dan mekanisme program ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun