Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Harus "High Tech" dan "High Touch" dalam Transformasi Pendidikan

23 Mei 2024   09:47 Diperbarui: 24 Mei 2024   07:33 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru dan siswa. (DOK. Kemendikbudristek)

Setiap saat, dunia pendidikan di seluruh dunia mengalami berbagai sentuhan perubahan yang signifikan. Inovasi teknologi, metode pembelajaran terbaru, serta kebutuhan dan tantangan zaman yang terus berubah mendorong sektor pendidikan untuk selalu beradaptasi. 

Tidak hanya mengakomodasi kebutuhan peserta didik, tetapi juga menyiapkan mereka untuk menghadapi masa depan yang lebih pasti.

Salah satu perubahan terbesar dalam pendidikan adalah adopsi teknologi digital. Dari adanya kelas-kelas berbasis daring hingga penggunaan alat bantu digital seperti aplikasi pendidikan. Kehadiran teknologi telah mengubah cara siswa belajar dan guru mengajar. 

Akses informasi menjadi tak terbatas untuk berbagai sumber belajar sehingga membuat pembelajaran menjadi lebih fleksibel dan mudah diakses.

Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa juga semakin populer dengan hadirnya Kurikulum Merdeka. Metode ini menempatkan siswa sebagai pusat dari proses pembelajaran, memungkinkan mereka untuk lebih aktif terlibat dan bertanggung jawab dalam semangat Merdeka Belajar. 

Pembelajaran berbasis proyek (P5) dan pembelajaran kolaboratif adalah beberapa contoh pendekatan yang meningkatkan keterlibatan dan hasil belajar siswa.

Dunia pendidikan semakin menyadari pentingnya menyediakan lingkungan belajar yang inklusif mendukung semua siswa, termasuk yang berkebutuhan khusus. Dengan demikian, kurikulum dan metode pengajaran terus disesuaikan untuk memastikan setiap siswa mendapatkan kesempatan yang sama untuk berhasil.

Keterampilan seperti berpikir kritis, kreativitas, kolaborasi, dan komunikasi menjadi semakin penting di era globalisasi ini. Guru dan sekolah mulai mengintegrasikan pengajaran dan keterampilan tersebut.

Hal ini guna memastikan bahwa siswa tidak hanya menguasai pengetahuan akademik, tetapi juga siap untuk berkontribusi di dunia nyata.

Dengan terus berinovasi dan beradaptasi, guru menjadi lebih "high tech" dan "high touch". Guru dapat memenuhi tuntutan zaman dan mempersiapkan generasi masa depan untuk menghadapi tantangan dan peluang yang ada. 

Dengan begitu, pendidikan tidak hanya menjadi sarana transfer pengetahuan berbasis teknologi (high tech), tetapi juga menjadi wahana pembentukan karakter dan pengembangan potensi manusia secara holistik (high touch).

(ilustrasi sumber dari kompas.id)
(ilustrasi sumber dari kompas.id)

Menjaga nilai kemanusiaan dalam pendidikan di era AI

Guru masa kini dihadapkan dengan berbagai kemajuan teknologi, termasuk dengan adanya kecerdasan buatan (AI). Kehadiran AI dalam pendidikan menawarkan berbagai potensi untuk meningkatkan proses belajar mengajar, namun juga menimbulkan tantangan bagi para pendidik. 

Tidak elok rasanya bila guru tidak mengenal AI, karena dengan demikian mereka bisa terisolasi dan tertinggal, bagaikan katak dalam tempurung. 

Guru adalah sosok pembelajar sepanjang hayat, dan pemahaman tentang AI adalah bagian penting dari perkembangan profesional mereka.

Dengan AI dapat membantu guru untuk menganalisis, memberikan umpan balik, dan mengadaptasi materi pelajaran sesuai kebutuhan. Namun, AI tidak bisa menggantikan kehadiran dan peran seorang guru sebagai pendidik seutuhnya.

Kehadiran guru di kelas tidak hanya tentang menyampaikan materi pelajaran. Lebih dari itu, guru memainkan peran penting dalam membentuk karakter, memberikan inspirasi, dan menanamkan nilai-nilai kemanusiaan. 

Melansir Repository UIN Suska, high touch adalah mempercayai sesuatu yang mengakui adanya sesuatu yang lebih besar di luar diri kita dengan kemanusiaan. Manusia memperoleh kehormatan dan kesempatan untuk mengaktualisasikan hakikat dirinya dalam proses kehidupannya.

Maka, dalam bayang-bayang kecerdasan buatan, kehadiran guru tetap sangat diperlukan untuk mengakui dan menanamkan nilai-nilai seperti empati, integritas, dan kerjasama. AI mungkin dapat mengajarkan pengetahuan, tetapi hanya manusia yang bisa mengajarkan apa artinya menjadi manusia.

Peran guru yang tidak dapat digantikan oleh AI dalam membangun hubungan interpersonal. Interaksi antara guru dan siswa menciptakan ikatan emosional yang mendukung proses pembelajaran. 

Sebagai pembelajar sepanjang hayat, guru terus memperbarui pengetahuan dan keterampilannya, termasuk dalam bidang teknologi. Menguasai penggunaan AI dalam pendidikan dapat membuka peluang baru untuk metode pengajaran yang lebih efektif dan efisien. 

Namun, guru harus tetap kritis dan bijaksana dalam menggunakan teknologi ini, memastikan bahwa teknologi digunakan untuk mendukung, bukan menggantikan peran kemanusiaan dalam pendidikan.

Akhirnya, peran guru di era kecerdasan buatan adalah untuk menjaga keseimbangan antara teknologi dan kemanusiaan. Meskipun teknologi dapat membantu dalam banyak aspek pendidikan, nilai-nilai kemanusiaan tetaplah esensial. 

Guru yang terjun menjadi content creator tetap menjadi role model bagi anak didiknya. (via aromabuku.com)
Guru yang terjun menjadi content creator tetap menjadi role model bagi anak didiknya. (via aromabuku.com)

Moralitas guru kreator konten dalam kehidupan digital

Guru masa kini telah banyak yang berbagi inspirasi dengan menjadi kreator konten. Baik guru muda maupun guru senior, mereka memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan semangat pendidikan dan berbagi pengetahuan. 

Lewat media sosial, blog, ataupun kanal hos video, menjadi alat yang efektif bagi para guru untuk menjangkau audiens yang lebih luas, memberikan materi, dan mendukung proses belajar-mengajar di luar kelas. 

Namun, dalam upaya menyebarkan semangat pendidikan, guru-guru juga harus peka terhadap konten yang mereka bagikan.

Sensitivitas sebagai guru tetap harus dijaga agar nilai-nilai moral tetap tumbuh dan berkembang dengan baik. Sebagai role model bagi anak didik, guru harus memastikan bahwa konten yang mereka bagikan tidak hanya mendidik tetapi juga mencerminkan etika dan nilai-nilai moral yang baik. 

Konten yang inspiratif dan edukatif harus disajikan dengan penuh tanggung jawab, mempertimbangkan dampak yang mungkin timbul pada siswa dan masyarakat luas.

Menjadi kreator konten memungkinkan guru untuk berbagi metode pengajaran yang inovatif, strategi belajar yang efektif, serta berbagai tips dan trik untuk sukses dalam pendidikan. Namun, penting bagi guru untuk selalu menyaring informasi sebelum membagikannya. 

Menghindari penyebaran informasi yang keliru atau menyesatkan. Dengan demikian, guru dapat membantu membangun masyarakat yang lebih cerdas dan kritis.

Selain itu, guru sebagai kreator konten harus peka terhadap isu-isu sensitif yang mungkin muncul. Seperti penggunaan bahasa yang baik, menghindari topik yang kontroversial tanpa alasan yang kuat, adalah bagian dari tanggung jawab moral seorang pendidik. 

Guru yang menjadi kreator konten harus mampu menanggapi komentar dan pertanyaan dengan sikap yang profesional dan santun. Guru tersebut harus siap menghadapi kritik dan memberikan penjelasan yang konstruktif. 

Etika dalam berkomunikasi di dunia digital menjadi sangat penting, karena guru harus tetap menjadi panutan yang baik di mata siswa dan masyarakat.

Guru sebagai kreator konten harus terus belajar dan mengembangkan diri. Dunia digital selalu berubah, dan guru harus terus mengikuti perkembangan teknologi dan tren dalam pendidikan. 

Dengan menjaga nilai-nilai moral dan etika, guru sebagai kreator konten dapat menjadi sumber inspirasi yang positif bagi siswa dan masyarakat. 

Guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan tetapi juga menanamkan nilai-nilai yang penting dalam kehidupan. 

Dengan demikian, peran guru di era digital tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik moral dan agen perubahan dalam masyarakat.

Ilustrasi anak Indonesia. Photo by Agung Pandit Wiguna from Pexels.com
Ilustrasi anak Indonesia. Photo by Agung Pandit Wiguna from Pexels.com

Menjaga keseimbangan lewat pendidikan karakter di zaman modern

Untuk dapat berkehidupan yang baik dan benar, selain menguasai pengetahuan, kita juga harus mengasah sisi kemanusiaan. Pendidikan karakter tidak akan pernah menjadi sesuatu yang kuno. 

Meskipun dunia semakin modern dan perkembangan teknologi semakin canggih, pendidikan karakter tetap akan dibutuhkan supaya kehidupan manusia menjadi seimbang dan utuh sebagaimana mestinya.

Pendidikan karakter berperan penting dalam membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moral dan etika yang kuat. Nilai-nilai seperti integritas, empati, tanggung jawab, dan kebersamaan menjadi fondasi yang membantu kita menjalani kehidupan dengan baik dan memberikan kontribusi positif. 

Di era digital, di mana interaksi sosial sering terjadi secara virtual, nilai-nilai ini semakin krusial untuk menjaga hubungan yang sehat dan bermakna.

Integrasi pendidikan karakter ke dalam kurikulum adalah langkah yang esensial. Guru tidak hanya bertugas menyampaikan materi akademik, tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai positif yang akan menjadi bekal bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari. 

Teknologi, meskipun membawa banyak manfaat, juga menimbulkan tantangan tersendiri dalam pendidikan karakter. 

Melalui pendidikan karakter yang kuat membantu siswa mengembangkan filter moral yang akan memandu mereka dalam menggunakan teknologi secara bertanggung jawab.

Pendidikan karakter membantu menciptakan keseimbangan antara kemajuan teknologi dan kemanusiaan. 

Dalam keseimbangan high tech dan high touch, meskipun teknologi terus berkembang dan membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, nilai-nilai kemanusiaan tetap menjadi inti dari kehidupan yang bermakna. 

Melalui pendidikan karakter, individu dapat menghadapi tantangan zaman modern dengan moralitas yang kuat, menciptakan masyarakat yang harmonis dan berkelanjutan. 

Jadilah individu yang tidak hanya sukses secara profesional, tetapi juga yang mampu hidup berdampingan bersama orang lain dengan kepedulian dan kemanusiaan.

Semoga bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun