Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Membongkar Mitos Fake Productivity pada Profesi Guru

6 Mei 2024   13:58 Diperbarui: 7 Mei 2024   17:11 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru dan siswa. (DOK. Kemendikbudristek)

Menggapai produktivitas sejati untuk guru. (foto Akbar Pitopang)
Menggapai produktivitas sejati untuk guru. (foto Akbar Pitopang)

Agar guru terhindar "fake productivity", ini caranya..

Untuk menghindari jebakan fake productivity, penting bagi setiap guru untuk melakukan refleksi diri secara berkala. 

Hal ini meliputi evaluasi terhadap cara mengajar yang digunakan, memahami tupoksi, peninjauan terhadap prioritas pekerjaan, dan pengaturan waktu yang efektif. 

Selain itu, komunikasi yang terbuka dengan atasan dan rekan kerja juga dapat membantu dalam memastikan bahwa setiap tugas yang dilakukan memiliki nilai-nilai yang sesuai.

Beberapa kiat yang bisa dilakukan guru untuk menghindari produktivitas palsu, sebagai berikut.

  1. Membuat jurnal kegiatan guru. Penting bagi individu untuk mengembangkan pemahaman yang jelas tentang tujuan mereka dan menetapkan prioritas yang sesuai. Seperti untuk aktivitas belajar-mengajar, mendidik, menyusun materi interaktif, dan seterusnya. 

  2. Menyeleraskan 4 kompetensi dasar: pedagogis, kepribadian, sosial dan profesional. Hal ini melibatkan pengakuan bahwa ada waktu untuk bekerja keras dan waktu untuk beristirahat serta menjaga keseimbangan yang sehat diantara semuanya. Guru masa kini juga sudah dapat memanfaatkan kecanggihan AI (artificial intelligence) dan menjadi guru konten kreator untuk menyeimbangkan empat kompetensi yang perlu dikuasai seorang guru.

  3. Bekerja dalam lingkungan kerja yang seimbang dan berkelanjutan. Dengan memahami bahaya produktivitas palsu, kita dapat memperhatikan kesejahteraan individu. Ini bukan hanya tentang penampilan yang mengesankan, tetapi tentang pencapaian yang substansial dan memuaskan yang memperkaya kehidupan dan karier kita. Guru dapat mengembangkannya melalui wadah komunitas belajar (KomBel).

  4. Peningkatan investasi dalam pelatihan dan pengembangan profesionalisme guru. Ini dapat membantu meningkatkan kompetensi mereka dan meningkatkan kepercayaan diri dalam mengajar. Selain itu, reformasi dalam sistem kepegawaian dan penyesuaian gaji yang lebih adil dapat mendorong guru untuk fokus pada kualitas pengajaran daripada sekadar penampilan produktif. Adanya Program Guru Penggerak (PGP) juga merupakan upaya untuk itu.

  5. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam mendorong budaya kerja. Hal yang berfokus pada hasil yang substansial daripada penampilan semata. Mereka harus mempromosikan transparansi, komunikasi terbuka, dan penghargaan terhadap pencapaian yang berkualitas daripada sekadar jumlah tugas yang diselesaikan.

  6. Pengurangan beban administratif dan pengembangan sistem pendukung yang efisien. Bila itu dilakukan maka dapat membantu guru untuk lebih fokus pada inti dari pekerjaan mereka, yakni mengajar dengan efektif dan memberdayakan siswa untuk meraih potensi penuh mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun