Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Lowongan Kerja Lansia di Tengah Eksistensi "Generasi Sandwich"

8 Mei 2024   07:40 Diperbarui: 16 Mei 2024   14:03 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja lansia. (Sumber: KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Tren lansia yang tetap aktif bekerja meskipun pergerakan fisik mereka menurun telah menjadi pemandangan umum dalam masyarakat kita. Fenomena ini tidak hanya mencerminkan semangat dan keteguhan hati para lansia, tetapi juga mencerminkan realitas problematika yang kompleks di mana banyak dari lansia masih memiliki tanggung jawab secara finansial dan lainnya yang belum tuntas. 

Bahkan sebelum munculnya inisiatif perusahaan-perusahaan yang kini menyediakan lowongan kerja khusus untuk lansia, banyak dari mereka telah menemukan cara untuk tetap produktif di usia lanjut.

Sebagian besar lansia menolak untuk diam dirumah dan pensiun sepenuhnya dari dunia pekerjaan. Bagi mereka, bekerja bukan hanya tentang mendapatkan penghasilan tambahan, tetapi juga mempertahankan tujuan hidup. 

Meskipun fisik mereka mungkin tidak sekuat dulu, semangat lansia untuk berkontribusi tercermin dalam berbagai bidang pekerjaan, mulai dari pekerjaan lapangan hingga pekerjaan kantoran.

Dalam banyak kasus, pensiun menjadi sesuatu yang hanya bisa diimpikan, bukan realitas yang dapat diwujudkan sepenuhnya.

Pergeseran budaya dan kesadaran akan nilai-nilai lansia mendorong perusahaan-perusahaan mulai menyadari potensi dan kontribusi yang dapat diberikan oleh tenaga kerja senior/lansia. 

Inisiatif seperti lowongan kerja khusus untuk lansia menjadi contoh nyata dari perubahan tersebut, yang tidak hanya memberikan kesempatan bagi lansia untuk tetap produktif, tetapi juga memperkaya lingkungan kerja dengan pengalaman dan kebijaksanaan yang dimiliki oleh mereka.

Meskipun demikian, ada tantangan tersendiri bagi lansia yang tetap bekerja. Kondisi fisik yang menurun dapat membatasi pilihan pekerjaan, dan seringkali mereka harus mencari pekerjaan yang sesuai dengan keterbatasan tersebut. 

Selain itu, terkadang stigma sosial terhadap lansia di tempat kerja dapat menjadi hambatan tambahan.

Penting bagi masyarakat untuk mengubah pandangan tentang lansia yang bekerja. Mereka bukan sekadar individu yang melintasi usia pensiun, tetapi sumber daya berharga yang dapat terus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan sosial. 

Dukungan dan kesempatan yang diberikan kepada lansia dalam dunia kerja tidak hanya membantu mereka secara finansial, tetapi juga menghargai peran dan kontribusi mereka dalam membangun keberlanjutan komunitas masyarakat yang inklusif dan saling mendukung satu sama lain.

Banyak lansia masih dipertahankan bekerja meskipun sudah harus pensiun (Foto: KOMPAS/GARRY LOTULUNG)
Banyak lansia masih dipertahankan bekerja meskipun sudah harus pensiun (Foto: KOMPAS/GARRY LOTULUNG)

Berbagai faktor dan alasan lansia bekerja

Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak lansia yang masih aktif bekerja merasa terdorong oleh berbagai faktor finansial yang membebani. Salah satunya adalah beban biaya hidup yang terus meningkat seiring dengan perkembangan zaman. 

Harga-harga kebutuhan pokok serta harga kebutuhan penting lainnya cenderung terus naik dari waktu ke waktu. Bagi lansia yang mungkin sudah pensiun dengan tabungan yang terbatas, menjaga agar pendapatan mereka tetap cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari bisa menjadi tantangan yang nyata.

Selain itu, perawatan kesehatan yang memerlukan biaya mahal juga menjadi pertimbangan serius bagi banyak lansia. Seiring bertambahnya usia, resiko terkena penyakit serius atau membutuhkan perawatan medis yang intensif juga meningkat. 

Biaya obat-obatan, rawat inap rumah sakit, dan pemeriksaan medis secara berkala (medical check up) dapat menjadi beban finansial yang sangat besar bagi lansia yang tidak memiliki perlindungan asuransi kesehatan yang memadai.

Dengan berbagai faktor tersebut, tidak mengherankan jika banyak lansia merasa bahwa mereka tidak memiliki pilihan selain tetap bekerja. 

Semangat dan keteguhan hati lansia untuk terus bekerja demi keberlangsungan hidup dan kesejahteraan diri serta keluarga adalah inspirasi bagi banyak orang di sekitar mereka terutama bagi anak muda usia produktif.

Ilustrasi- KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO
Ilustrasi- KOMPAS.COM/KRISTIANTO PURNOMO

Terbatasnya dana pensiun untuk bertahan 

Saya pernah menyimak cerita pengalaman seorang lansia yang masih aktif bekerja meskipun telah pensiun dari pekerjaan sebelumnya memberikan gambaran yang jelas tentang tantangan yang dihadapi oleh banyak lansia di era modern ini. 

Yakni sebuah kisah seorang lansia yang masih banting tulang meskipun sudah pensiun dari BUMN PT Perkebunan Nusantara (PTPN) menunjukkan bahwa realitas tuntutan ekonomi seringkali jauh dari harapan. 

Meskipun ia telah bekerja keras sepanjang hidupnya dan diharapkan bisa menikmati masa pensiun dengan tenang, namun kenyataannya ia masih harus bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan memberikan dukungan finansial kepada keluarganya.

Saya pikir bahwa uang pensiun bulanan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, kenyataannya seringkali tidak sesederhana itu. 

Dalam banyak kasus, uang pensiun yang diterima oleh seorang lansia tidak cukup untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan juga tanggung jawab finansial terhadap keluarga yang masih membutuhkan dukungannya.

Ini menjadi dilema yang sulit, dimana tetap lanjut bekerja menjadi satu-satunya pilihan yang rasional untuk menjaga kestabilan finansial.

Bagi banyak lansia seperti itu, bekerja bukanlah sekadar pilihan, tetapi kebutuhan yang mendesak. 

Kisah tersebut mengingatkan kita akan pentingnya memahami realitas kompleks yang dihadapi oleh lansia di era modern ini. 

Dukungan sosial dan kesempatan lowongan kerja lansia menjadi harapan untuk memastikan bahwa lansia tetap dapat hidup dengan layak dan bermartabat di masa pensiun mereka.

Ilustrasi pekerja lansia. (Sumber: KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)
Ilustrasi pekerja lansia. (Sumber: KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO)

Demi meringankan beban tulang punggung keluarga

Meskipun telah mencapai usia pensiun, banyak lansia masih merasa bertanggung jawab secara finansial terhadap pasangan, anak-anak, atau anggota keluarga lainnya. Mereka mungkin memiliki tanggungan seperti biaya pendidikan anak cucu, biaya perawatan orangtua yang membutuhkan perhatian khusus, atau bantuan finansial untuk keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi.

Para lansia berjuang untuk menjaga keseimbangan antara memenuhi kebutuhan finansial mereka sendiri dan memenuhi tanggung jawab mereka terhadap orang-orang yang mereka cintai.

Anak-anaknya mungkin ada yang mendedikasikan dirinya menjadi tulang punggung keluarga menggantikan peran orangtua mereka. Namun, hal itu tentu tidak sepenuhnya menjadikan orangtua lansia menjadi lepas tangan atau lepas tanggung jawab.

Generasi sandwich mendedikasikan dirinya untuk menanggung biaya hidup orangtua dan keluarganya. Generasi sandwich, istilah yang merujuk pada mereka yang berada diantara tanggung jawab merawat orangtua dan kehidupannya sendiri, seringkali berada dalam situasi finansial yang rumit.

Itulah alasan mengapa lansia tetap bekerja demi meringankan beban tanggung jawab anaknya yang telah berada di posisi "sandwich generation".

Kisah lansia yang tetap bekerja meskipun telah pensiun, seperti yang telah disampaikan sebelumnya, mencerminkan realitas banyak lansia lainnya. Mereka berusaha untuk meringankan beban tanggung jawab anak-anak mereka yang telah berada dalam posisi generasi sandwich. 

Kehadiran lansia di tempat kerja tidak hanya tentang memenuhi kebutuhan finansial pribadi, tetapi juga tentang memberikan dukungan kepada generasi sandwich yang mungkin berjuang untuk menjaga keseimbangan antara pekerjaan dan tanggung jawab keluarga.

Yang perlu kita ingat bahwa perjuangan ini tidak hanya terjadi di satu komunitas atau keluarga tertentu, tetapi merupakan realitas yang dihadapi oleh banyak lansia di berbagai belahan dunia khususnya di Indonesia. 

Dalam menghadapi kompleksitas kehidupan modern, solidaritas antar generasi dan dukungan sosial-finansial menjadi sangat penting. 

Hanya dengan saling membantu dan memahami, lansia dengan generasi sandwich dapat saling membantu meringankan beban kerja demi kebaikan keluarga dan kehidupan mereka.

Semoga artikel ini bermanfaat..

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun