Ini menjadi dilema yang sulit, dimana tetap lanjut bekerja menjadi satu-satunya pilihan yang rasional untuk menjaga kestabilan finansial.
Bagi banyak lansia seperti itu, bekerja bukanlah sekadar pilihan, tetapi kebutuhan yang mendesak.Â
Kisah tersebut mengingatkan kita akan pentingnya memahami realitas kompleks yang dihadapi oleh lansia di era modern ini.Â
Dukungan sosial dan kesempatan lowongan kerja lansia menjadi harapan untuk memastikan bahwa lansia tetap dapat hidup dengan layak dan bermartabat di masa pensiun mereka.
Demi meringankan beban tulang punggung keluarga
Meskipun telah mencapai usia pensiun, banyak lansia masih merasa bertanggung jawab secara finansial terhadap pasangan, anak-anak, atau anggota keluarga lainnya. Mereka mungkin memiliki tanggungan seperti biaya pendidikan anak cucu, biaya perawatan orangtua yang membutuhkan perhatian khusus, atau bantuan finansial untuk keluarga yang mengalami kesulitan ekonomi.
Para lansia berjuang untuk menjaga keseimbangan antara memenuhi kebutuhan finansial mereka sendiri dan memenuhi tanggung jawab mereka terhadap orang-orang yang mereka cintai.
Anak-anaknya mungkin ada yang mendedikasikan dirinya menjadi tulang punggung keluarga menggantikan peran orangtua mereka. Namun, hal itu tentu tidak sepenuhnya menjadikan orangtua lansia menjadi lepas tangan atau lepas tanggung jawab.
Generasi sandwich mendedikasikan dirinya untuk menanggung biaya hidup orangtua dan keluarganya. Generasi sandwich, istilah yang merujuk pada mereka yang berada diantara tanggung jawab merawat orangtua dan kehidupannya sendiri, seringkali berada dalam situasi finansial yang rumit.
Itulah alasan mengapa lansia tetap bekerja demi meringankan beban tanggung jawab anaknya yang telah berada di posisi "sandwich generation".
Kisah lansia yang tetap bekerja meskipun telah pensiun, seperti yang telah disampaikan sebelumnya, mencerminkan realitas banyak lansia lainnya. Mereka berusaha untuk meringankan beban tanggung jawab anak-anak mereka yang telah berada dalam posisi generasi sandwich.Â