Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Fenomena "War" Takjil: Keunikan Toleransi dalam Bingkai Keberagaman Indonesia

31 Maret 2024   09:00 Diperbarui: 31 Maret 2024   09:05 1359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana "WAR" Takjil di Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (12/3/2023). (KOMPAS.com/XENA OLIVIA)

Indonesia, sebuah negeri yang kaya akan keberagaman suku, budaya, agama, ras, dan etnis, dapat menawarkan konsep toleransi yang mencuri perhatian dunia. Dalam perjalanannya, tak pernah terputus bahasan akan pentingnya toleransi. 

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan toleransi? Secara sederhana, toleransi adalah sikap menghargai segala perbedaan. 

Dalam landasan filosofi "Bhineka Tunggal Ika", Indonesia meneguhkan komitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi sebagai fondasi persatuan dan kesatuan.

Toleransi bukanlah sekadar kata-kata, tetapi prinsip yang mewarnai kehidupan sehari-hari. Di tengah masyarakat yang majemuk ini, keberagaman bukanlah hambatan, melainkan anugerah yang memperkaya warna hidup. 

Dalam suasana harmoni, perbedaan menjadi lahan subur untuk saling mengenal, menghormati, dan berbagi pengalaman.

Perjalanan menuju harmoni toleransi dalam keberagaman tidaklah mudah. Diperlukan upaya bersama untuk membina rasa saling percaya, menghargai, dan menghormati satu sama lain. 

Edukasi tentang pentingnya toleransi sejak dini. Konsep toleransi menjadi instrumen penting dalam memperkokoh fondasi toleransi.

Termasuk di dalam ajaran Islam, ada ayat dalam Al-Qur'an bahwa "Lakum dinukum waliyadin" (bagimu agamamu, bagiku agamaku). Jadi, Islam senantiasa mengajarkan umatnya untuk selalu bersikap toleran.


Di tangan kita semua, Indonesia akan terus melangkah maju sebagai negara yang kokoh dalam keberagaman. Toleransi bukanlah pilihan, melainkan keharusan dalam membangun masa depan kebangsaan yang cerah. 

Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, kita dapat membuka jalan bagi kehidupan generasi saat ini dan masa mendatang untuk hidup dalam kedamaian dan harmoni yang hakiki.

Nah, fenomena "war" takjil yang terjadi di bulan Ramadhan 2024 memang sebuah contoh yang unik dan menarik dalam upaya membangun toleransi di Indonesia. 

Pemandangan tersebut menjadi bukti nyata bahwa keberagaman budaya dan agama dapat menjadi sumber sukacita dan kebersamaan.

Melalui "war" takjil ini, banyak teman dari berbagai latar belakang agama yang turut berpartisipasi dalam merayakan kebersamaan. Meskipun mereka tidak menjalankan ibadah puasa, semangat untuk merayakan momen spesial dengan teman-teman Muslim terasa sangat kuat. 

Bahkan, ada yang dengan antusias berlomba-lomba mendapatkan takjil, bahkan dengan cara-cara yang kreatif seperti "nyuri start" atau bahkan berpenampilan layaknya seorang Muslim.

Fenomena ini tidak hanya menjadi viral di media sosial, tetapi juga menjadi bahan pembicaraan yang hangat di antara masyarakat. 

Konten-konten hiburan yang memperlihatkan "war" takjil ini turut menyebar dengan cepat dan viral, baik yang dibuat oleh Muslim maupun non-Muslim. 

Yang menarik, dalam semangat lucu-lucuan, tidak ada yang mempermasalahkan. Sebaliknya, mereka justru menemukan "keunikan" dan kebersamaan dalam momen yang menggelitik tersebut.

Fenomena "war" takjil ini menjadi bukti bahwa toleransi dapat dibangun melalui cara-cara yang tidak monoton di era digital dan media sosial seperti saat ini. 

Melalui kebersamaan, humor, dan semangat untuk merayakan perbedaan, kita dapat menciptakan lingkungan yang inklusif dan harmonis. 

Semoga fenomena ini dapat terus memperkuat rasa persaudaraan di antara kita semua, dan menjadi inspirasi untuk terus memupuk nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sehari-hari.

Ilustrasi toleransi.(SHUTTERSTOCK via Kompas.com)
Ilustrasi toleransi.(SHUTTERSTOCK via Kompas.com)

Proses menciptakan toleransi seringkali dipenuhi dengan perjuangan dan gesekan. Konflik intoleransi seringkali muncul karena kurangnya keterbukaan dan rasa saling menghargai di antara masyarakat. 

Percaya lah bahwa kasus-kasus intoleransi hanya menghasilkan kerugian bagi kita semua. 

Bukankah hidup dalam kerukunan, kedamaian, dan kebebasan untuk menjalankan keyakinan dan prinsip masing-masing adalah suatu keindahan yang patut dinikmati dan disyukuri?

Dalam membangun toleransi, penting untuk memahami bahwa perbedaan adalah harta yang berharga. Melalui interaksi yang sikap terbuka, kita dapat memperkuat jalinan persaudaraan di tengah keberagaman. 

Menghormati keyakinan dan pandangan orang lain bukanlah tanda kelemahan, tetapi bukti kedewasaan dan kebijaksanaan. Hanya dengan mengakui keberadaan dan hak setiap individu, kita dapat mencapai kedamaian yang bukan fatamorgana.

Saat kita mampu melampaui batasan-batasan ego dan memeluk prinsip saling menghormati, kita akan menemukan bahwa keindahan hidup terletak dalam kemampuan kita untuk menjalin hubungan yang berlandaskan toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.

Mari kita bersama-sama membangun budaya toleransi yang kokoh. Dengan menghargai keberagaman dan merangkul persatuan dalam perbedaan, kita dapat menjadikan Indonesia dan dunia ini sebagai tempat yang damai, adil, sejahtera dan memanusiakan manusia.

Semoga bermanfaat..

*****
Salam berbagi inspirasi.
== Akbar Pitopang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun