Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Meninjau Ulang Kurikulum Merdeka Sebelum Jadi Kurikulum Nasional

9 Maret 2024   10:30 Diperbarui: 10 Maret 2024   10:00 3142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Guru bertanggung jawab mengajar dan mengembangkan kompetensi lewat pelatihan demi kesuksesan implementasi Kurikulum Merdeka. (foto Akbar Pitopang

Memar benar bahwa masih ada banyak pertanyaan yang perlu dijawab dan tantangan yang perlu diatasi. Dengan memperhatikan peluang dan tantangan yang ada, para guru diharapkan dapat mempersiapkan diri secara optimal untuk menyambut Kurikulum Merdeka sebagai bagian dari perjalanan panjang menuju sistem pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan zaman.

Adanya kekhawatiran ini seharusnya dijadikan sebagai momentum untuk melakukan diskusi mendalam dan kolaborasi antara para pendidik, pemerintah, praktisi dan stakeholders pendidikan lainnya. 

Diperlukan forum-forum yang memfasilitasi pertukaran gagasan, analisis mendalam, dan penyusunan strategi untuk mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara efektif dan efisien. 

Satu hal yang sangat penting yakni pendidik wajib diberikan pelatihan dan dukungan yang memadai untuk mengimplementasikan "kurikulum baru" ini dengan baik.

Dengan mengeksplorasi Kurikulum Merdeka memungkinkan guru merencanakan strategi yang lebih tepat sesuai dengan tujuan nasional. (foto Akbar Pitopang)
Dengan mengeksplorasi Kurikulum Merdeka memungkinkan guru merencanakan strategi yang lebih tepat sesuai dengan tujuan nasional. (foto Akbar Pitopang)

Sebagai guru, sebenarnya saya masih sedikit bingung untuk mengomentari masalah ini. Dan saya yakin rekan guru yang lainnya juga harap-harap cemas dengan rencana penetapan kurikulum nasional ini.

Pertama, kesiapan sekolah

Situasi dimana masih banyak sekolah yang baru mengenal Kurikulum Merdeka dan baru beradaptasi untuk menerapkannya menimbulkan kebingungan dan kekhawatiran di kalangan para pendidik. Seiring pengumuman bahwa Kurikulum Merdeka akan menjadi kurikulum nasional, banyak guru merasakan adanya tekanan tambahan untuk memahami dan mengimplementasikan kurikulum baru ini dengan cepat dan tepat.

Tentu saja, sebagai pendidik, kami menginginkan yang terbaik untuk peserta didik. Namun, tantangan yang dihadapi ketika harus beradaptasi dengan perubahan kurikulum ini tidak bisa diabaikan begitu saja. Bagi sebagian sekolah, seperti yang saya alami, penerapan Kurikulum Merdeka masih sebagian dengan beberapa kelas sudah menerapkannya sementara kelas lain masih menggunakan Kurikulum 2013.

Kenyataan ini menunjukkan bahwa proses transisi ke Kurikulum Merdeka tidaklah mudah, terutama ketika harus dilakukan secara bertahap dan terbatas. Belum lagi, banyaknya perbedaan dalam pemahaman dan kesiapan mengimplementasikan kurikulum baru ini di antara berbagai sekolah. Hal ini dapat menciptakan ketidakpastian dan kekhawatiran di kalangan pendidik, mengingat pentingnya menyelaraskan kurikulum dengan tujuan pendidikan nasional sambil memperhatikan kebutuhan unik dan potensi setiap siswa.

Kedua, kesiapan guru

Ketidakpastian dan kekhawatiran yang diungkapkan oleh banyak guru terkait Kurikulum Merdeka tidaklah mengherankan, terutama mengingat masih banyaknya pendidik yang belum mendapatkan pengetahuan dan wawasan yang memadai tentang kurikulum ini. Fenomena ini menyoroti pentingnya peningkatan pemahaman dan kesiapan guru dalam menghadapi perubahan kurikulum.

Saat banyak guru masih menganggap bahwa Kurikulum Merdeka hanya membawa sedikit perubahan dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2013. Hal ini mencerminkan kurangnya pemahaman mendalam tentang substansi dan prinsip-prinsip yang mendasari kurikulum baru ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun