Pemerintah masih kurang memperhitungkan tantangan yang harus guru hadapi. Antara mengikuti pelatihan/webinar, juga dalam melaksanakan tugas sehari-hari misalnya bagi guru sekaligus sebagai ibu rumah tangga.Â
Masih minimnya fasilitas dan infrastruktur pendidikan terutama di daerah terpencil sehingga sulit bagi guru untuk mengikuti pelatihan tanpa kendala misalnya dari segi kualitas internet yang masih buruk dan belum merata.
Win-win solution
Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru memang memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi peserta didik dan kualitas mutu pendidikan secara keseluruhan. Namun, perlu diakui bahwa ada beberapa risiko yang harus diperhatikan dalam implementasinya.
Salah satu risiko utama adalah adanya potensi guru mengabaikan peserta didik sebab guru yang terlalu terfokus pada pelatihan. Waktu dan interaksi antara guru dan murid bisa terganggu karena guru sibuk dengan kegiatan pelatihan dan tugas-tugas terkait.Â
Hal ini dapat mengakibatkan menurunnya kualitas pembelajaran dan perhatian terhadap kebutuhan individual siswa.
Selain itu, ada juga risiko bagi keseimbangan kehidupan pribadi guru. Terutama misalnya bagi guru perempuan yang seringkali harus menanggung beban ganda antara karir dan mengurus rumah tangga.Â
Partisipasi mengikuti pelatihan dapat mempengaruhi waktu dan perhatian yang seharusnya diberikan pada keluarga dan rumah tangga, sehingga menimbulkan konflik dan stres tambahan.
Meskipun demikian, penting untuk tidak menyalahkan pelatihan itu sendiri sebagai akar dari semua masalah. Sebaliknya, perlu adanya pendekatan yang bijak dalam mengelola pelatihan sehingga dapat memberikan manfaat maksimal tanpa mengorbankan keseimbangan dan kualitas kehidupan guru serta interaksi dengan peserta didik.
Dengan memperhatikan kebutuhan dan keseimbangan guru dalam mengikuti pelatihan, serta supaya guru memperoleh dukungan dan fasilitas yang memadai, maka saya memberikan ide/masukan bahwa hari efektif untuk belajar cukup 5 hari saja yakni dari Senin sampai Jumat. Sedangkan di hari Sabtu diliburkan agar guru bisa fokus mengikuti pelatihan dan mengerjakan tugas-tugas terkait.Â
Menurut hemat saya, supaya guru bisa fokus terhadap prioritas masing-masing diantara kedua aspek ini. Jadi, 5 hari untuk guru fokus mengajar dan mendidik murid, dan 1 hari bagi guru untuk fokus pada upaya pengembangan kompetensi yang dituntut oleh Kemdikbud.
Â