Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Best Teacher 2022 dan Best In Specific Interest Nominee 2023 | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Frugal Living, Kunci Menata Keuangan Guru di Tengah Keterbatasan Finansial

27 Januari 2024   15:56 Diperbarui: 29 Januari 2024   08:00 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perencanaan keuangan. (Foto: shutterstock)

Dalam menghadapi tantangan dan kebutuhan hidup yang kian membesar di masa kini, konsep frugal living atau gaya hidup hemat namun terencana dengan baik menjadi semakin relevan. 

Khususnya umat Islam memiliki landasan kuat untuk menerapkan prinsip ini yang sebenarnya sudah lama diajarkan dalam ajaran Islam. Nabi Muhammad SAW telah menjadi teladan utama dalam menerapkan kehidupan sederhana dan hemat.

Pentingnya frugal living bukan sekadar sebuah tren keinginan untuk tampil kekinian, melainkan sebuah kewajiban dan tanggung jawab. Allah SWT dalam Al-Qur'an telah menegaskan nilai-nilai kesederhanaan dan tidak berlebih-lebihan.

Ini menjadi sebuah praktik yang tidak hanya bijak namun juga memiliki nilai-nilai spiritual yang tinggi.

Pada dasarnya, frugal living bukanlah sesuatu yang baru namun lebih sebagai pembaruan kesadaran terhadap praktik hidup yang sejalan dengan ajaran agama.

Salah satu aspek penting dari frugal living adalah kesadaran akan pengeluaran. Memahami perbedaan antara keinginan dan kebutuhan adalah langkah awal untuk mengembangkan kehidupan yang lebih hemat namun terencana.

Bagi siapapun, tanpa memandang pekerjaan atau jumlah penghasilan, sebenarnya bisa saja menerapkan frugal living. Hanya saja ini membutuhkan tekad, kemauan, dan komitmen untuk merubah pola pikir dan kebiasaan konsumtif yang berlebihan. 

Adapun praktik sehari-hari seperti membatasi pemakaian bahan makanan agar tidak terjadi pemborosan, mengelola utang dengan bijak, dan menyisihkan sebagian pendapatan untuk amal ataupun tabungan dapat menjadi langkah-langkah awal yang bernilai signifikan.

Nah, bagi banyak orang termasuk para guru yang seringkali berpenghasilan menengah ke bawah, menerapkan konsep frugal living bukan hanya menjadi pilihan bijak tetapi juga sebuah kebutuhan mendesak. 

Meskipun gaji guru sering kali beneran "pas-pasan," namun tekad untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang, dan papan, tetap menjadi pendorong utama dalam menerapkan gaya hidup minimalis dan frugal living.

Pertanyaannya, sudah sejauh mana kita menerapkan konsep frugal living ini dalam kehidupan kita? 

Apapun pekerjaan atau profesi kita, frugal living tetap bisa diterapkan sebagai upaya untuk mengelola keuangan secara bijak. 

Bagi seorang guru dengan keterbatasan gaji, kebijakan pengeluaran yang cerdas dan penuh perencanaan menjadi kunci untuk mencapai tujuan finansial, misalnya dalam upaya memiliki rumah pribadi.

Gaya hidup frugal living dalam hal ini menjadi sebuah strategi efektif. Seorang guru harus bisa memprioritaskan kebutuhan esensial, menghindari pemborosan, dan mengelola utang dengan bijak, meminimalisir pengeluaran tambahan, dan fokus pada hal-hal yang benar-benar dibutuhkan.

Selain itu, pilihan untuk hidup secara frugal living bukanlah sekadar strategi finansial semata, tetapi juga mencerminkan semangat kesederhanaan dan penghargaan terhadap apa yang kita miliki. 

Oleh karena itu, untuk seorang guru atau siapapun dengan penghasilan terbatas, mengintegrasikan prinsip-prinsip frugal living bukan hanya solusi praktis melainkan juga bentuk tekad untuk memenuhi kebutuhan dasar dan meraih impian finansial, diantaranya demi memiliki rumah pribadi.

Ilustrasi gaji, penghasilan. (Shutterstock via Kompas.com)
Ilustrasi gaji, penghasilan. (Shutterstock via Kompas.com)

Petualangan seorang guru dalam frugal living

Sebagai seorang guru, tanggung jawab terhadap masa depan generasi bangsa tidak hanya terbatas pada lingkup kelas, tetapi juga melibatkan keputusan besar dalam aspek keuangan dan kehidupan pribadi. 

Salah satu resolusi penting yang harus dicapai adalah memiliki rumah, namun dengan gaji yang terbatas maka hal ini seringkali terasa sebagai “uji nyali” yang membutuhkan keberanian yang luar biasa.

Bagaimana seorang guru bisa memenuhi tanggung jawab finansial sekaligus mampu membeli rumah?

Uji nyali yang dihadapi oleh banyak guru menjadi pintu gerbang menuju penerapan prinsip frugal living. 

Dalam mengelola keuangan keluarga, kesadaran akan pentingnya menyusun rencana pengeluaran yang matang, memprioritaskan kebutuhan, dan meminimalisir pengeluaran sesuai skala prioritas menjadi upaya yang bisa dilakukan guru. 

Keputusan untuk memberanikan diri mengambil kredit rumah bukanlah langkah yang diambil dengan “enteng”. Namun, hal ini mencerminkan tekad frugal living yang menjadi fondasi yang kokoh untuk mengelola pembayaran kredit, menghindari hutang yang berlebihan, dan menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan.

Pentingnya frugal living bagi seorang guru yang ingin memiliki rumah juga menciptakan peluang untuk mengajarkan nilai-nilai keuangan kepada generasi muda melalui praktik kesederhanaan dan kebijakan finansial yang diambil.

Dalam menghadapi uji nyali ini, guru tidak hanya menjadi pejuang pendidikan tetapi juga menjadi seorang pejuang finansial yang gigih. 

Melalui penerapan prinsip frugal living, impian guru memiliki rumah tidak lagi terasa sebagai beban yang terlalu berat, asalkan mereka memilih untuk hidup hemat, bijak, dan penuh tekad. Insya Allah..

Ilustrasi perencanaan keuangan. (Foto: shutterstock)
Ilustrasi perencanaan keuangan. (Foto: shutterstock)

Pengalaman saya sebagai guru hidup sederhana terencana 

Bagi seorang guru yang bercita-cita memiliki rumah, perjalanan menuju tujuan ini seringkali diwarnai dengan tantangan keuangan yang cukup berat. 

Harus diakui, bahwa hampir semua guru pasti punya hutang. Akan tetapi mungkin hal itu wajar saja, apalagi bila berhutang untuk tujuan yang jelas dan bisa menjadi aset bagi guru.

Dengan menerapkan prinsip frugal living, langkah-langkah konkret bisa menjadi panduan untuk meraih impian tersebut.

Pertama, merencanakan pengeluaran dengan teliti. 

Seorang guru harus terlebih dahulu memastikan bahwa setiap dana pengeluaran dari sumber penghasilan harus dapat dialokasikan untuk hal yang jelas. 

Rencana pengeluaran ini tidak hanya mencakup kebutuhan sehari-hari, tetapi juga alokasi untuk tabungan/dana darurat dan pembayaran utang atau cicilan kredit. 

Dengan memahami setiap aspek pengeluaran, guru dapat memastikan bahwa setiap langkah keuangannya memiliki arah yang jelas. Supaya tidak terjadi kekacauan di kemudian hari mengingat penghasilan yang sangat terbatas.

Kedua, harus ada kesepakatan dengan pasangan untuk menghindari "two income trap" atau jebakan dua penghasilan. 

Ini menjadi fondasi penting dalam perjalanan frugal living bagi guru dan pasangannya yang kebetulan sama-sama bekerja dan punya penghasilan sendiri. 

Guru harus memahami pentingnya keseimbangan antara bekerja keras dan mengelola keuangan dengan bijak. 

Keputusan bersama ini membantu mengurangi tekanan finansial dan menciptakan kolaborasi yang erat dalam mencapai impian bersama.

Ketiga, mengatur pengeluaran sesuai kebutuhan dan skala prioritas. 

Dengan mengevaluasi setiap pengeluaran, guru dapat membedakan antara kebutuhan yang tidak bisa diabaikan dengan keinginan sementara yang masih bisa ditunda. 

Semangat frugal living yang diterapkan sangat berguna untuk menciptakan disiplin finansial dan supaya memiliki arah dan tujuan pengeluaran secara jelas dan terperinci.

Setelah memutuskan nyicil rumah, sang guru harus langsung menerapkan frugal living dengan mengelola sumber penghasilan dengan tepat guna, tetapi juga membuka peluang untuk menabung maupun untuk amal.

Keempat, pembukuan pengeluaran agar semuanya terkelola dengan baik dan bijak.

Dengan mencatat setiap transaksi secara garis besar, guru dapat dengan jelas melihat pola pengeluaran dan mengidentifikasi area dimana penghematan bisa diterapkan. 

Pembukuan juga membantu menjaga fokus pada tujuan akhir, mengingatkan tentang pentingnya konsistensi dan kesidiplinan dalam gaya hidup ala frugal living.

Dengan adanya pembukuan ini, bahkan para guru bisa menyisihkan sisa penghasilan tambahan tersebut agar nantinya dapat mempercepat pelunasan cicilan rumah.

Ilustrasi. (UNSPLASH/TIERRA MALLORCA via Kompas.com)
Ilustrasi. (UNSPLASH/TIERRA MALLORCA via Kompas.com)

Begitu lah kira-kira cara penerapan frugal living yang dapat diterapkan guru jauh-jauh hari, apalagi semenjak memutuskan untuk nyicil rumah.

Ini adalah rahasia pengelolaan keuangan dan perencanaan hutang yang wajib guru ketahui. Supaya rekan-rekan guru bisa mengikuti jejak frugal living yang sangat berguna ini.

Sekali lagi, perjalanan seorang guru menuju kepemilikan aset berupa rumah pribadi adalah uji nyali yang membutuhkan kreativitas dan keberanian. 

Dengan menggabungkan kesadaran frugal living dengan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap pola sumber penghasilan dan alokasi pengeluaran adalah kunci keberhasilan. 

Seiring berjalannya waktu, saya membuktikan bahwa frugal living bukanlah sebuah keterbatasan, melainkan jalan menuju kemandirian finansial dan pemenuhan impian. For a better life...

*****
Salam berbagi dan menginspirasi.
== Akbar Pitopang ==

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun