Mohon tunggu...
Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Mohon Tunggu... Guru - Berbagi Bukan Menggurui

Mengulik sisi lain dunia pendidikan Indonesia 📖 Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri terbitan Bentang Pustaka | Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta | Ketua Bank Sampah Sekolah | Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Akun ini dikelola Akbar Fauzan, S.Pd.I

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Lagi-lagi Siswa Bikin Masalah, Sekolah Bisa Apa?

22 Februari 2024   01:03 Diperbarui: 22 Februari 2024   17:15 908
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Heryunanto/Kompas)

Sebagai cerminan orangtuanya, maka karakter anak sejatinya merupakan gambaran dari karakter orangtua sendiri. Tolok ukur karakter anak dapat sesederhana itu.

Di beberapa sekolah sering dijumpai murid-murid yang menghadapi masalah perilaku. Namun, setelah ditelusuri latar belakang orang tua mereka, dapat diambil benang merah bahwa masalah ini dapat dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian orang tua. 

Dalam hal seperti ini, pengambilan keputusan ekstrim seperti pengeluaran murid, mungkin tidak etis karena kecenderungan murid bermasalah tidak semata-mata disebabkan oleh kesengajaan mereka. Melainkan juga hasil dorongan dari alam bawah sadar, hasil dari pengamatan anak terhadap perilaku orang tua mereka sehari-hari.

Selanjutnya, murid akan mengalami fase pencarian jati diri dan penemuan karakter. Sekolah memiliki peran penting dalam menyediakan lingkungan yang tepat dalam mengenalkan karakter yang baik untuk diinternalisasikan ke dalam dirinya. 

Faktor lingkungan memiliki dampak signifikan dalam membentuk perubahan karakter murid, mulai dari yang baik menjadi tidak baik maupun sebaliknya. 

Oleh karena itu, guru bersama orangtua harus senantiasa berperan aktif dalam meluruskan karakter murid, memberikan bimbingan dan pembinaan agar mereka dapat kembali dibina dan dibimbing pada karakter yang seharusnya menjadi inti dari kepribadian setiap murid.

Sementara faktanya tidak sedikit orang dewasa yang terlihat "uneducated" atau kurang terdidik secara karakter. Oleh karena itu, proses pendidikan karakter bagi murid bukanlah suatu titik akhir, melainkan sebuah perjalanan yang berkelanjutan dan berkesinambungan di sepanjang kehidupan. 

Ilustrasi (via Kompas.id)
Ilustrasi (via Kompas.id)

Memanusiakan siswa dalam konteks Kurikulum Merdeka

Pendidikan dihadirkan di tengah-tengah masyarakat dengan tujuan mulia, yaitu untuk memanusiakan manusia. 

Sekolah menjadi wadah pembentukan karakter, diharapkan dapat menciptakan murid yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berakhlak mulia. 

Generasi yang memiliki nilai-nilai moral dan kesusilaan tertanam dalam diri setiap individu, menjadi cita-cita yang perlu diwujudkan oleh setiap satuan pendidikan mulai dari jenjang PAUD, pendidikan dasar dan menengah, hingga pendidikan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun